Lembaga amal desak Israel berhenti duduki Rumah Sakit Indonesia di Gaza
2023.12.20
Jakarta
Sebuah lembaga amal mendesak tentara Israel untuk berhenti menduduki Rumah Sakit Indonesia dan menjadikannya sebagai markas militer di tengah perang yang terus terjadi di jalur Gaza, Palestina.
Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Comittee (MER-C), Sarbini Abdul Murad, mengatakan bulan lalu Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menuduh RS Indonesia sebagai markas Hamas, tapi kini mereka justru menjadikan RS Indonesia sebagai markas sendiri.
“Jadi saya menuntut Israel harus keluar dari RS Indonesia dan berhenti menjadikannya sebagai tameng. Dua pekan ini RS Indonesia justru jadi markas IDF,” kata Sarbini kepada BenarNews.
Sarbini mengatakan sejauh ini RS Indonesia sudah kosong karena para tenaga medis, pasien, dan warga yang berlindung di rumah sakit sudah dievakuasi setelah gencatan senjata yang dimulai 24 November dan berakhir pada 1 Desember lalu.
Sarbini mengatakan IDF menjadikan RSI sebagai markas diperkirakan karena mereka semakin tidak aman di Gaza karena gagal menaklukan kelompok-kelompok perlawanan di Palestina.
“Jadi RSI ini jadi fungsi markas dan fungsi tameng. Karena Hamas jadi berpikir ulang [kalau] mau menyerang Israel karena itu RS Indonesia dan Indonesia sangat heroik membantu Palestina,” terang Sarbini.
Sarbini mendesak World Health Organization untuk mengirimkan tim independen untuk menginvestigasi kejahatan yang dilakukan Israel di rumah sakit, khususnya RS Indonesia di Palestina.
RS Indonesia sekarang dalam keadaan kosong dan dua relawan MER-C melakukan aktivitas kemanusiaan di selatan Gaza, ungkap Sarbini.
MER-C sebelumnya mengatakan RS Indonesia selama ini adalah tumpuan bagi masyarakat di Gaza Utara yang berjumlah 450 ribu orang dalam menjalani perawatan medis.
Bulan lalu, militer Israel menuding sejumlah rumah sakit di Jalur Gaza, termasuk RS Indonesia dan Rumah Sakit Sheikh Hamad yang didanai pemerintah Qatar, menampung pejuang Hamas sebagai markas mereka.
BenarNews telah menghubungi juru bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal, namun belum mendapatkan respons.
Otoritas di Gaza pada Selasa mengatakan hampir 20 ribu orang tewas, termasuk lebih dari 8 ribu anak-anak, akibat serangan yang dilakukan Israel.
Selain itu, mereka juga melaporkan bahwa sebanyak 135 institusi kesehatan telah rusak, 26 rumah sakit gagal beroperasi dan 140 pos kesehatan juga gagal beroperasi.
Serangan Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan lebih dari 90 persen populasi wilayah tersebut mengungsi, kata badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) pada Rabu (20/12).
“Lebih dari 60 persen infrastruktur di Gaza telah hancur atau rusak,” kata UNRWA dalam sebuah pernyataan.
Sekitar 1.200 warga Israel tewas dalam serangan Hamas, termasuk 373 tentara dan 36 anak di bawah umur, menurut kantor berita AFP, mengutip data kantor jaminan sosial Israel. Sementara lebih dari 130 orang masih disandera kelompok perlawanan Palestina, menurut Reuters.
Israel ingin duduki Gaza
Pengamat Timur Tengah Universitas Indonesia Yon Machmudi mengatakan tindakan Israel menduduki RS Indonesia kian memperjelas bahwa tujuan serangan mereka untuk menduduki wilayah Gaza, bukan lagi membela diri dari serangan Hamas seperti yang mereka klaim.
“Harusnya dunia Barat membuka mata mereka bahwa apa yang dilakukan oleh Israel itu sudah jauh dari sekedar untuk mempertahankan diri, tetapi justru ingin melakukan pendudukan terhadap wilayah Gaza,” terang Yon kepada BenarNews.
Menurut Yon, Israel akan bertindak lebih jauh menghancurkan Gaza jika dunia internasional tidak memberikan tekanan yang kuat kepada mereka.
“Bisa saja mereka terobsesi untuk yang menguasai secara penuh dengan didahului penghancuran secara total wilayah Gaza,” ucap Yon.
Ryantori, Direktur Eksekutif the Indonesia Society for Middle East Studies, sebuah wadah pemikir soal Timur Tengah, mengatakan langkah Israel menjadikan RS Indonesia sebagai markas merupakan standar ganda.
Dia mengatakan tindakan Israel ini menunjukkan keputusasaan.
“Tidak hanya karena panjangnya durasi konflik yang menggerogoti anggaran, namun juga banyaknya anggota IDF yang tewas dan rasa frustrasi di internal mereka,” ujar Ryantori.
Indonesia harus bersuara keras
Ryantori mengatakan Indonesia harus bersuara lantang menyikapi pendudukan RS Indonesia oleh Israel dan kekerasan Israel yang terus terjadi di Gaza.
“Indonesia melalui menteri luar negeri Retno harus bersuara keras perihal ini. Meskipun sudah dihibahkan kepada bangsa Palestina, namun rumah sakit tersebut membawa nama Indonesia,” ujarnya.
“Dan ini semoga menjadi blessing in disguise [hikmah] yang bisa menjadi daya dorong Indonesia dalam menyuarakan gerakan global yang lebih masif bagi Palestina,” tambahnya.
Komentar
Posting Komentar