Pakar Pakistan serukan solusi holistik dan dinamis atasi masalah iklim
29 Desember 2023 23:41 WIB
Islamabad (ANTARA) - Sejumlah pakar Pakistan pada Kamis (28/12) mengatakan bahwa negara-negara di seluruh dunia, termasuk Pakistan, perlu membentuk solusi yang holistik dan dinamis guna mengatasi tantangan perubahan iklim.
Komunitas internasional harus bekerja sama untuk menyelamatkan generasi mendatang dari dampak buruk perubahan iklim, kata para pakar dan pejabat dalam sebuah seminar tentang perubahan iklim yang digelar Institut Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Policy Institute/SDPI), sebuah wadah pemikir berbasis di Islamabad, Pakistan.
Berbicara dalam kesempatan tersebut, pejabat senior di Kementerian Perubahan Iklim Pakistan, Muhammad Farooq, mengatakan bahwa Pakistan merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim di dunia.
"Pakistan kehilangan 8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)-nya karena bencana iklim yang berulang, termasuk banjir dan gelombang panas, dan Pakistan telah melewati titik kritis dari krisis iklim dan memasuki kondisi normal yang baru," ujar pejabat tersebut.
Farooq mengatakan bahwa pemerintah federal yang berkoordinasi dengan provinsi-provinsi, telah mengambil sejumlah langkah untuk mencegah dampak negatif perubahan iklim di tengah meningkatnya bencana iklim di negara tersebut, dan menyoroti bahwa sel-sel untuk adaptasi telah dibentuk di tingkat federal dan provinsi sehubungan dengan hal ini.
Komunitas internasional harus bekerja sama untuk menyelamatkan generasi mendatang dari dampak buruk perubahan iklim, kata para pakar dan pejabat dalam sebuah seminar tentang perubahan iklim yang digelar Institut Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Policy Institute/SDPI), sebuah wadah pemikir berbasis di Islamabad, Pakistan.
Berbicara dalam kesempatan tersebut, pejabat senior di Kementerian Perubahan Iklim Pakistan, Muhammad Farooq, mengatakan bahwa Pakistan merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim di dunia.
"Pakistan kehilangan 8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)-nya karena bencana iklim yang berulang, termasuk banjir dan gelombang panas, dan Pakistan telah melewati titik kritis dari krisis iklim dan memasuki kondisi normal yang baru," ujar pejabat tersebut.
Farooq mengatakan bahwa pemerintah federal yang berkoordinasi dengan provinsi-provinsi, telah mengambil sejumlah langkah untuk mencegah dampak negatif perubahan iklim di tengah meningkatnya bencana iklim di negara tersebut, dan menyoroti bahwa sel-sel untuk adaptasi telah dibentuk di tingkat federal dan provinsi sehubungan dengan hal ini.
Menyinggung pengembangan data dasar berbasis teknik modern, Farooq mengatakan bahwa Penilaian Kerentanan dan Risiko Multibahaya sedang dilakukan untuk data iklim beresolusi tinggi
Pakar pertanian dan spesialis senior di bidang mata pencaharian dan migrasi di International Center for Integrated Mountain Development (ICIMOD), Amina Maharjan, menyerukan pendekatan futuristik untuk mengatasi kekurangan yang menghambat pembangunan yang resilien terhadap iklim.
"Ada beberapa metode untuk menjajaki jalur masa depan dalam hal pandangan ke depan, pengembangan skenario, pengembangan strategi yang efisien, dan memahami pandangan ke depan di luar prediksi," ujarnya.
Mengenai pendekatan antisipatif, diperlukan sistem yang mampu melakukan mitigasi risiko bencana, adaptasi antisipatif perubahan iklim dan model-model pandangan ke depan, kata Wakil Direktur Eksekutif SDPI Shafqat Munir.
Menurut Munir, pemerintah juga harus fokus membuat masyarakat dan individu menjadi peka terhadap isu perubahan iklim.
Para pakar sepakat bahwa pemerintah dan pembuat kebijakan harus membuat pendekatan yang inklusif guna menangani krisis iklim yang semakin parah.
Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2023
Tags:
Komentar
Posting Komentar