Pelayaran Kapal di Laut Merah Mulai Normal, Harga Minyak Turun
Penulis: Indah Handayani | Editor: HE

Jakarta, Beritasatu.com - Harga minyak pada Kamis (28/12/2023) pagi mengalami penurunan menjadi US$ 74 per barel. Penurunan ini terjadi seiring meredanya ketegangan di Laut Merah, yang ditandai dengan mulai normalnya pelayaran kapal-kapal di kawasan tersebut. Selain itu, data minyak American Petroleum Institute (API) juga menjadi faktor penekan terhadap harga minyak.
Menurut hasil riset tim research and development ICDX, Kamis (28/12/2023), penurunan harga ini dipicu oleh tindakan satuan tugas internasional, Prosperity Guardian, yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS). Tindakan tersebut diyakini mampu melindungi kapal-kapal komersial dari serangan Houthi di Laut Merah, terutama dalam perjalanan menuju Terusan Suez.
BERITASATU WA CHANNEL
Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp
Menurut data Angkatan Laut Pusat AS, setidaknya ada 15 kapal komersial yang diserang oleh Houthi pada November dan Desember, dengan serangan terbaru terjadi pada 26 Desember lalu.
Meskipun kekhawatiran terkait pelayaran di Laut Merah mulai mereda, tim research and development ICDX menegaskan bahwa ketegangan di Timur Tengah masih berlanjut dan menjadi salah satu faktor penyebab fluktuasi harga minyak. Perhatian kini beralih ke ketegangan yang melibatkan Iran di wilayah tersebut, yang semakin mempersulit proses penjualan minyak.
Sementara itu, stok minyak mentah AS dilaporkan mengalami peningkatan sebesar 1,84 juta barel, menurut sumber dari American Petroleum Institute.
ICDX juga mencatat bahwa sentimen positif berasal dari Rusia yang memaksa penghentian muatan minyak di Pelabuhan Novorossiysk Laut Hitam karena adanya badai.
Selain itu, Irak mengumumkan rencananya untuk secara sukarela mengurangi produksi minyak sebesar 220.000 barel per hari mulai Januari hingga Maret, sebagai bagian dari perjanjian sukarela yang melibatkan beberapa kelompok OPEC+.
ICDX.
Dari segi teknis, ICDX menyebutkan bahwa harga minyak berpotensi mencapai posisi resistance terdekat di level US$ 77 per barel. Namun, jika terjadi katalis negatif, harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 72 per barel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar