Pemko Sabang Aceh Sebut Tidak Keluarkan Anggaran untuk Pengungsi Rohingya, Siapa yang Membiayai? - Tribunnews
Pemko Sabang Aceh Sebut Tidak Keluarkan Anggaran untuk Pengungsi Rohingya, Siapa yang Membiayai?
TRIBUNNEWS.COM, SABANG- Pemerintah Kota (Pemko) Sabang Provinsi Aceh mengaku tidak mengeluarkan uang terkait pengungsi Rohingya.
Keterangan tersebut disampaikan Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Setda Pemko Sabang, Ady Akmal Shiddiq.
Menurutu Ady, pihaknya tidak mengeluarkan sepeser pun anggaran untuk pengungsi Rohingya baik saat pendaratan kedua di pesisir Pantai Ie Meulee pada Sabtu (2/12/2023) pekan kemarin, maupun saat kedatangan pertama di Ujong Kareung beberapa waktu lalu.
Dijelaskannya, Pemko hanya memberikan bantuan kemanusiaan pada saat tiba pertama kali, karena melihat kondisi mereka yang membutuhkan makanan, minuman maupun pakaian.
"Dan itu pun dengan dibantu masyarakat sekitar juga," terang Ady.
Pembiayaan pengungsi Rohingya sejauh ini ditanggung sepenuhnya oleh Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
Pemko Minta UNHCR Pindahkan Pengungsi Rohingya
Pemko Sabang juga meminta sebaiknya UNHCR segera memindahkan pengungsi Rohingya dari sana.
Hal ini menyikapi berbagai ketegangan yang terjadi antara warga dan para pengungsi maupun dengan pemerintah setempat.
"Menyikapi sikap masyarakat yang menolak kehadiran pengungsi Rohingya, kami tidak ingin terjadi hal-hal di luar kendali," kata Ady.
"Jadi sebaiknya pihak UNHCR segera memindahkan mereka ke tempat yang telah ditentukan sebelumnya," tambahnya.
Sementara Protection Associate UNHCR, Faisal Rahman mengatakan pihaknya bertanggung jawab penuh terhadap para pengungsi etnis Rohingya tersebut.
Baik dalam hal biaya yang dibutuhkan, kebutuhan dasar, kesehatan, dan lain sebagainya.
"Jadi semua penanganan yang dilakukan itu, menjadi tanggung jawab kita dari UNHCR dengan lembaga mitra kita seperti IOM dan lainnya," jelas Faisal.
"Semaksimal mungkin kita mengusahakan tidak membebankan biaya kepada pemerintah," tambahnya.
Kemudian, tim dari UNHCR itu juga menjelaskan pihaknya akan berkoordinasi lebih lanjut kepada Satgas Penanganan Pengungsi Nasional dan pemerintah.
Koordinasi tersebut mengenai relokasi atau penempatan selanjutnya para pengungsi Rohingya.
"Yang bisa kita lakukan adalah terus berkoordinasi, dari UNHCR sendiri kita berkoordinasi dengan internal kita, di nasional dengan Satgas Penanganan Pengungsi Nasional," jelas Faisal.
"Untuk kemudian mencari satu alternatif tempat yang bisa ditunjuk oleh pemerintah agar bisa kita lakukan penanganan yang lebih efektif," pungkasnya.
Diketahui sebelumnya pengungsi Rohingya berlabuh di pesisir Pantai Ie Meulee, Sabang menggunakan perahu kayu pada Sabtu (2/12/2023) sekitar pukul 2.00 WIB dini hari.
Para pengungsi tersebut sempat bermalam di Gampong Balohan, namun ditolak masyarakat setempat.
Akhir-akhir ini kedatangan para pengungsi Rohingya terus membanjiri Aceh, meski demikian terjadi penolakan warga di sejumlah tempat.
Pasalnya, para pengungsi Rohingya ini kerap berulah setelah ditolong seperti melarikan diri dari penampungan dan sebagainya, sehingga warga yang diperiksa polisi.
Gegara Pengungsi Rohingya, Warga Sabang Bentrok Bentrok Sama Polisi
Sementera sebelumnya, diduga gegara pengungsi Rohingya viral warga Sabang bentrok hingga dorong-dorongan dengan polisi.
Hal itu terjadi di Dermaga CT-1, BPKS Sabang pada Rabu (6/12/2023) sore.
Sejumlah polisi lengkap dengan helm dan tameng anti huru-hara terlihat menghadang massa yang berusaha menerobos barikade pihak keamanan.
"Woy, woy. Ribut, ribut ini," teriak warga dan netizen yang merekam aksi tersebut sebagaimana dikutip dari Instagram @berita_aceh, Rabu malam.
Beragam pendapat warganet meramaikan kolom komentar usai video tersebut diunggah ke media sosial.
"Pemerintah harus segera ambil sikap," tulis salah seorang warganet di kolom komentar.
"Kan, akhirnya jadi keributan," komen warganet lainnya.
"Inilah yang ditakutkan, akhirnya terjadi. Masyarakat orang Aceh dan polisinya juga orang Aceh. Terjadi keributan sesama saudara gara-gara orang asing," timpal warganet lain.
Hingga tulisan ini ditayang, Serambinews.com masih berupaya mengonfirmasi sejumlah pihak terkait.
Pengungsi Rohingya Terang-terangan Ngaku Ingin Tinggal di Indonesia
Sementara dalam video viral lainnya, pengungsi Rohingya secara terang-terangan mengakui ingin tinggal di Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh salah seorang pengungsi Rohingya yang mendarat di wilayah pesisir pantai Ie Meulee, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang, pada Sabtu (2/12/2023).
"Insya Allah kami akan tinggal di sini," kata Deli Warsa salah seorang mengungsi dikutip dari TikTok @hotlisimanjuntak, Rabu (6/12/2023).
Diketahui akhir tahun ini Aceh kebanjiran pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kamp di Cox's Bazar, Bangladesh.
Beberapa kabupaten/kota yang menjadi tempat pendaratan pengungsi Rohingya di Aceh seperti Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur dan Sabang.
Ketua MPU Aceh Minta Pusat Jangan Abai
Sementara Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk Faisal Ali mengatakan, pemerintah pusat jangan abai terhadap apa yang menimpa masyarakat Aceh.
Hal itu terkait provinsi paling ujung barat Indonesia ini yang tak henti-hentinya kebanjiran pengungsi etnis Rohingya.
Sebab menurutnya selama ini pemerintah pusat telah abai soal human trafficking (perdagangan manusia) pengungsi Rohingya, sehingga berimbas ke masyarakat Aceh.
"Penting kita dorong ini pemerintah pusat, jangan abai atau tidak peduli terhadap apa yang menimpa masyarakat Aceh dalam rangka memberikan bantuan kepada Rohingya," kata Faisal Ali dalam program Serambi Spotlight dipandu News Manajer Serambi Indonesia, Bukhari M Ali di Studio Serambinews.com, Rabu (22/11/2023).
Ketua MPU ACeh itu bercerita, dulu pihaknya pernah membicarakan persoalan ini ke Pemerintah Aceh masa Gubernur Nova Iriansyah agar dicarikan solusi.
Kemudian Pemerintah Aceh telah bersurat ke pemerintah pusat karena persoalan ini berurusan dengan warga negara asing, bukan tanggung jawab Pemda.
"Orang Aceh sudah sangat peduli selama ini, bahkan dulu kita kumpul beras kita antar. Luar biasa masyarakat kita," ungkap ulama yang akrab disapa Lem Faisal itu.
"Makanya kalau ada penolakan ini bukan murni, karena masyarakat kita tetap peduli dan empati walau dengan hal-hal kecil," tambahnya.
Penulis: Sara Masroni
Komentar
Posting Komentar