Putri Candrawathi Dapat Remisi Natal, Ferdy Sambo Tidak
Advertisement
Liputan6.com, Jakarta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) memberikan memberikan remisi kepada 15.922 narapidana dalam rangka Natal 2023.
Dari belasan ribu narapidana tersebut, termasuk Putri Candrawathi, istri dari terpidana Ferdy Sambo. Sementara itu, Ferdy Sambo sendiri tidak dapat remisi Natal 2023.
Advertisement
Mereka berdua merupakan narapidana kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Novriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J yang tewas pada 8 Juli 2022 lalu.
"PC (Putri Candrawathi) dapat remisi Natal 2023 sebesar 1 bulan. Sambo tidak dapat," kata Koordinator Humas dan Protokol Ditjenpas Kemenkumham, Deddy Eduar Eka Saputra, saat dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/12/2023).
Deddy menjelaskan Ferdy Sambo tidak mendapatkan remisi Natal mengingat hukuman pidana penjara seumur hidup.
Selain PC, beberapa narapidana lainnya juga mendapatkan remisi dengan jangka waktu yang bervariasi di antaranya 3.038 orang menerima remisi 15 hari, 10.871 narapidana mendapat remisi 1 bulan, 1.404 narapidana memperoleh remisi 1 bulan 15 hari, dan 2 bulan remisi untuk 510 narapidana.
"Sementara itu, 99 orang menerima RK (Remisi Khusus) II atau langsung bebas, dengan rincian 37 narapidana menerima pengurangan masa pidana 15 hari, 53 orang menerima remisi 1 bulan, 4 narapidana menerima remisi 1 bulan 15 hari, dan 5 narapidana menerima remisi 2 bulan," jelas Deddy.
Pemberian remisi tersebut pun merupakan penghargaan bagi narapidana yang dinilai telah mencapai penyadaran diri, tercermin dalam sikap dan perilaku sesuai dengan norma agama dan sosial yang berlaku.
Hal itu sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak WBP.
"Kepada seluruh narapidana yang pada hari ini mendapatkan remisi, khususnya bagi narapidana yang langsung bebas, saya mengingatkan agar saudara dapat menunjukkan perilaku yang baik di tengah-tengah masyarakat," tuturnya.
"Remisi diberikan sebagai bentuk keterlibatan negara untuk menghargai dan memberi pengakuan kepada narapidana yang menunjukkan integritas, berperilaku positif, dan menjauhi pelanggaran. Tujuannya adalah agar remisi dapat mendorong narapidana untuk mendapatkan kesadaran pribadi yang terlihat dari tindakan dan sikap mereka sehari-hari," kata Deddy.
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
MA Korting Vonis Putri Candrawathi dari 20 Tahun Menjadi 10 Tahun
Mahkamah Agung (MA) memutuskan vonis terhadap Putri Candrawathi menjadi 10 tahun penjara. Vonis ini lebih ringan dari putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Pengadilan Tinggi DKI yang menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara.
Adapun Majelis Hakim dalam tingkat kasasi, yaitu Suhadi (Ketua Majelis), Suharto (Anggota 1), Supriyadi (Anggota 2), Desnayeti (Anggota 3), Yohannes Priyana (Anggota 4).
"Pidana menjadi pidana penjara 10 tahun," demikian dalam putusan yang disampaikan MA, Selasa, 8 Agustus 2023.
Alasan majelis hakim tingkat kasasi meringankan hukuman istri Ferdy Sambo itu yakni karena Putri bukan inisiator pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.
"Bahwa terdakwa (Putri Candrawathi) bukan inisiator pembunuhan terhadap korban," tulis putusan kasasi MA dikutip Senin (28/8/2023).
Selain itu, Putri juga disebut sebagai sosok yang ingin menuntaskan masalahnya selagi di Magelang, Jawa Tengah secara baik. Sebab, dia sempat memanggil Brigadir J dan telah memaafkannya.
Fakta itu dianggap hakim selaras dengan insiden penembakan Brigadir J yang kala itu Putri tidak terlibat langsung. Karena tembakan pertama justru dilontarkan Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E.
"Bahwa dari segi keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatannya, terdakwa bukan sebagai orang yang terlibat langsung melakukan pembunuhan terhadap Korban karena yang melakukan penembakan terhadap korban adalah saksi Richard Eliezer Pudihang Lumiu dan saksi Ferdy Sambo."
Selain soal peran, dalam pertimbangnya majelis hakim juga melihat kondisi Putri yang merupakan sosok ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak. Bahkan, anak yang terakhirnya merupakan anak yang masih harus mendapatkan asuhan darinya.
"Terdakwa merupakan ibu dari 4 (empat) orang anak, bahkan memiliki putra bungsu masih di bawah usia 3 tahun (batita) yang tentunya membutuhkan asuhan, kasih sayang dan perhatian dari orang tua terutama terdakwa selaku ibunya," demikian pertimbangan MA.
Advertisement
MA Diskon Vonis Mati Ferdy Sambo Jadi Penjara Seumur Hidup
Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan vonis pidana penjara selama seumur hidup kepada terdakwa pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Ferdy Sambo. Vonis ini lebih ringan daripada vonis tingkat banding PT DKI Jakarta hukuman pidana mati.
"Pidana penjara seumur hidup," bunyi petitum putusan MA yang dibacakan Ketua Majelis Suhadi saat sidang Selasa (8/8/2023).
Putusan tersebut setelah majelis hakim menolak vonis hukuman pidana mati yang dijatuhkan PT DKI sebagaimana menguatkan vonis tingkat pertama yakni Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.
"Pemohon kasasi diajukan oleh penuntut umum dan terdakwa. Amar putusan kasasi, tolak kasasi penuntut umum dan terdakwa dengan perbaikan kualifikasi tindak pidana dan pidana yang dijatuhkan," kata dia.
Pertimbangan meringankan vonis Ferdy Sambo dari pidana mati menjadi penjara seumur hidup dalam kasus pembunuhan Brigadir J, karena kontribusinya selama bertahun-tahun berdinas sebagai anggota Polri sampai jabatan terakhir Kadiv Propam Polri.
"Terdakwa telah mengabdi sebagai anggota Polri kurang lebih 30 tahun. Terdakwa juga tegas mengakui kesalahannya dan siap bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan," demikian salinan putusan.
"Sehingga selaras dengan tujuan pemidanaan yang ingin menumbuhkan rasa penyesalan bagi pelaku tindak pidana," lanjut putusan MA tersebut.
Selain itu, majelis dalam pertimbanganya juga berharap agar vonis terhadap Sambo bisa dijadikan pedoman. Dengan mempertimbangkan keseluruhan fakta hukum dalam perkara tersebut.
"Maka demi asas kepastian hukum yang berkeadilan serta proporsionalitas dalam pemidanaan, terhadap pidana mati yang telah dijatuhkan judex facti kepada terdakwa perlu diperbaiki menjadi pidana penjara seumur hidup," bebernya.
Reporter: Rahmat Baihaqi
Sumber: Merdeka.com
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Komentar
Posting Komentar