Menlu Paparkan Diplomasi Ekonomi Buat Indonesia Raup Banyak Keuntungan - Beritasatu

 

Menlu Paparkan Diplomasi Ekonomi Buat Indonesia Raup Banyak Keuntungan

01/06/2024 20:58:51Total 501 word12.5 minutes to read

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi memaparkan data diplomasi ekonomi membawa dampak besar bagi perekonomian Indonesia dalam 2 tahun terakhir.

Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi memaparkan data diplomasi ekonomi membawa dampak besar bagi perekonomian Indonesia dalam 2 tahun terakhir. Diplomasi ekonomi dilakukan melalui kolaborasi dengan kementerian lain, seperti Kementerian Investasi dan Kementerian Perdagangan (Kemendag).

ADVERTISEMENT

Pertama, adalah diplomasi ekonomi terkait perdagangan ekspor yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri, pada Januari hingga November 2023, perdagangan ekspor Indonesia mencapai US$ 439,1 miliar.

"Tren ekonomi perdagangan ekspor kita dari waktu ke waktu terus meningkat dan Indonesia mengalami surplus. Demikian juga investasi makin banyak yang masuk," ujar Retno dalam keterangan tertulis, Sabtu (6/1/2024).

ADVERTISEMENT

Selain itu, kata Retno, kebijakan diplomasi ekonomi Indonesia juga terlihat pada penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 Bali 2022. Pada ajang itu, Kementerian Luar Negeri melakukan langkah out of the box dengan membuat daftar proyek yang dikerjasamakan. 

Langkah serupa dilakukan juga pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN. Melalui ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF), Indonesia berhasil memperoleh 93 proyek dengan nilai US$ 38,2 miliar.

"Kementerian Luar Negeri juga melakukan perundingan demi mengurangi hambatan-hambatan perdagangan. Salah satunya Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) terkait diskriminasi produk-produk Indonesia, seperti kelapa sawit dan hilirisasi industri," beber Retno.

Retno mengungkapkan Indonesia terus memperjuangkan hilirisasi seluruh produk berbahan minyak sawit yang ditentang Eropa karena dianggap merusak lingkungan. Faktanya, minyak sawit lebih ramah dari sisi lingkungan dibanding bunga matahari dan kanola yang banyak ditanam negara Eropa untuk pembuatan minyak goreng. 

Adapun pohon sawit bisa bertahan hidup selama 25 tahun, bahkan 30 tahun. Sementara bunga matahari, setiap enam bulan harus dipanen. Saat itu tanaman bunga matahari atau kanola harus ditebang habis dan ditanam ulang.

Menurut Retno, kebijakan Indonesia yang membuat geram Eropa adalah ketika Indonesia menghentikan ekspor bijih nikel sejak 2020. Retno menilai kebijakan tersebut diambil Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. 

Dengan adanya kebijakan tersebut, nilai tambah nikel Indonesia telah melonjak menjadi US$ 30-US$ 33 miliar atau sekitar Rp 450 triliun pada 2022 dari sebelumnya hanya sekitar US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp 17 triliun.

Retno Marsudi

Menlu Retno

Diplomasi Ekonomi

Larangan CPO Eropa

Hilirsasi Industri

Baca Juga

Komentar