Gara-gara Rupiah, Tugas Impor Beras dan Jagung Bulog Jadi Lebih Berat - Bisnis Liputan6

 

Gara-gara Rupiah, Tugas Impor Beras dan Jagung Bulog Jadi Lebih Berat - Bisnis Liputan6

Segala kebijakan impor beras dan jagung yang dilakukan oleh negara seluruhnya menjadi tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan. Perum Bulog dalam hal ini hanya mengikuti penugasan saja.

diperbarui 25 Apr 2024, 20:30 WIB

Diterbitkan 25 Apr 2024, 20:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi buka-bukaan soal dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terhadap biaya impor beras dan jagung. 

Menurut perhitungannya, pelemahan kurs rupiah akan berpengaruh langsung terhadap ongkos impor beras dan jagung. Adapun beban biaya impor beras dan jagung bakal bertambah selaras dengan terperosoknya nilai tukar rupiah. 

"Dampaknya kalau terjadi peningkatan dolar atau pelemahan rupiah, maka karena itu langsung, jadi tonase (impor beras dan jagung) dikali dengan harga dikali dengan kurs. Kalau kursnya naik 10 persen, maka total kebutuhan biaya untuk membayar impor naik 10 persen," terangnya di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Namun, Bayu menambahkan, angka dolar yang dipakai dalam penghitungan biaya impor Bulog adalah yang dipakai dalam asumsi makro di APBN. 

"Jadi Anda bisa melihat perbedaan dolar riil dengan asumsi APBN, di situ lah terjadinya kenaikan biaya Bulog," sambung dia. 

Mengacu pada situasi tersebut, Perum Bulog coba memberikan aspirasi perlunya kebijakan stabilisasi pangan jangka panjang untuk mengelola berbagai risiko-risiko semacam itu. 

"Kalau kita punya program stabilisasi jangka panjang, risiko kurs sebenarnya paling tidak sedikit diredam dengan menggunakan kontrak pembelian jangka panjang. Saya tidak hanya mengatakan untuk impor, tapi dalam negeri juga. Itu pentingnya kita punya kebijakan jangka panjang," ungkapnya. 

"Bukan karena kita pingin impor dalam jangka panjang, tapi kita bisa membuat perencanaan dan melakukan antisipasi risiko yang mungkin terjadi," tegas Bayu. 

Bayu menekankan, segala kebijakan impor yang dilakukan oleh negara seluruhnya menjadi tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan. Perum Bulog dalam hal ini hanya mengikuti penugasan saja.

"Bagi Bulog, importasi itu penugasan. Oleh sebab itu, sebenarnya ini pass through kepada subsidi, APBN. Kami telah berkoordinasi intens dengan Kemenkeu serta perbankan yang membiayai untuk bisa melakukan perhitungan bersama atas masalah atau situasi nilai tukar ini," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Bos Bulog Sebut 650 Ribu Ton Beras Impor Sudah Masuk Indonesia

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkapkan realisasi impor beras yang masuk ke Indonesia. Mengingat 2024, Bulog masih memegang kuota impor beras untuk pemenuhan stok dalam negeri.

Bayu mengatakan,  sejak awal 2024 ini, sudah masuk sebanyak 650 ribu ton beras. Ini merupakan realisasi dari kuota sebesar 3,6 juta ton untuk 2024.

"Saat ini kurang lebih sudah sekitar 650 ribu yang sudah masuk atau masih di pelabuhan," kata Bayu dalam Media Gathering di Jakarta, dikutip Rabu (3/4/2024).

Dalam data yang dikantonginya, realisasi impor atas carry over dari penugasan 2023 sudah seluruhnya rampung. Kemudian, rencananya masih ada 350 ribu ton lagi yang akan masuk ke Indonesia untuk kuota 2024.

Angka itu sudah disepakati antara Bulog dengan sejumlah negara suplier. Sehingga, jika dihitung, akan ada sekitar 1 juta ton yang masuk pada 2024.

"350 ribu (ton) yang sudah kontrak. Jadi kira-kira hampir satu juta (ton beras impor)," ucapnya.

Cadangan Beras

Perlu diketahui, ada 4 negara asal impor beras, yakni, Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Kamboja. Vietnam menjadi negara paling besar menyuplai beras ke Indonesia.

Sementara itu, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sendiri saat ini ada sebanyak 1,07 juta ton. Bayu menegaskan belum ada rencana menambah kuota impor lagi dari jatah sebesar 3,6 juta ton untuk 2024 ini.

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengaku tak ada rencana untuk menambah impor beras tahun ini. Menurutnya, stok beras nasional bisa dipenuhi lewat penyerapan lokal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya