Menteri Agama: Bukan Hanya Indonesia yang Pantau Hilal, Mayoritas Negara ASEAN Pakai Teknik Sama - Halaman all - Wartakotalive

 

Menteri Agama: Bukan Hanya Indonesia yang Pantau Hilal, Mayoritas Negara ASEAN Pakai Teknik Sama - Halaman all - Wartakotalive

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Alfian Firmansyah

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan bukan hanya Indonesia yang menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah dengan kriteria visibilitas hilal.

Empat negara lainnya di Asia Tenggara kata Yaqut sudah sepakat menentukan satu Ramadan dengan cara yang sama.

Hal itu diungkapkan Yaqut dalam konferensi pers sidang Isbat yang digelar di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat Minggu (10/3/2024).

Yaqut mengatakan bahwa keempat negara yang memakai teknik pemantauan hilal untuk menentukan Ramadan yakni Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Singapura.

Keempat negara tersebut tergabung dalam MABIMS dan menyepakati penetapan 1 Ramadan dengan pemantauan hilal sejak tahun 2021 lalu.

"Tahun 2021 lalu sudah bersepakat bahwa kriteria visibilitas hilal yaitu tinggi hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat dan kesepakatan ini menjadi pedoman 4 negara tadi dalam tetapkan awal bulan qomariyah," ujarnya.

Pada Ramadan 1445 H ditetapkan 1 Ramadan jatuh pada Selasa (12/3/2024).

Hal itu kata Yaqut lantaran berdasarkan hisab posisi hilal di beberapa daerah Indonesia sudah di atas ufuk dan tidak memenuhi kriteria MABINS baru.

Selain itu tidak ada kesaksian melihat hilal maka ditetapkan 1 Ramadan jatuh pada 12 Maret 2024.

Yaqut mengatakan bahwa dirinya mengetahui sejumlah perbedaan penetapan 1 Ramadan 1445 Hijriah.

Di tengah perbedaan itu Yaqut berharap masyarakat Indonesia bisa saling menghormati dan toleransi.

"Dan sejumlah perbedaan itu lumrah saja dan kita tetap saling hormati dan junjung tinggi nilai-nilai toleransi," harapnya.

Sebelumnya, Guru Besar Ilmu Hadis UIN Alauddin Makassar ini menyampaikan pertemuan pakar falak MABIMS yang berlangsung secara daring pada Kamis, 21 April 2022.

Dalam pertemuan tersebut, Kamaruddin menyampaikan, penerapan kriteria baru MABIMS diharapkan memunculkan formulasi dan gagasan yang bermanfaat bagi umat Islam di negara-negara anggota MABIMS.

“Kita perlu menciptakan suasana yang kondusif bagi umat Islam, khususnya di bidang hisab rukyat. Kami berharap, forum ini bisa menghasilkan ide-ide yang cemerlang untuk mendukung kemajuan hisab rukyat di dunia Islam secara umum,” tambahnya.

Kementerian Agama (Kemenag) RI menyampaikan, jika perhitungan astronomi terkait posisi hilal awal Ramadan 1445 H di Indonesia masih belum terlihat.

Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama (Kemenag) Cecep Nurwendaya menyimpulkan hari 1 Ramadan 1445 H atau awal puasa 2024 akan jatuh pada Selasa (12/3/2024).

Baca juga: Hasil Pemantauan Posisi Hilal Belum Terlihat, Kemenag Prediksi Awal Puasa Pada Selasa

Hal itu disampaikan oleh Cecep setelah memaparkan posisi hilal di Auditorium HM Rasjidi, Kemenag, Thamrin Jakarta Pusat, pada Minggu (10/3/2024) sore.

"Berdasarkan kriteria MABIMS, 3 ketinggian dan elongasi 6,4 tanggal 29 Sya'ban 1445 H 10 Maret 2024 masehi, posisi hilal di seluruh wilayah NKRI belum masuk kriteria minimum tinggi hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat sehingga tanggal 1 Ramadan secara hisab jatuh pada selasa pon tanggal 12 Maret 2024 Masehi," ujar Cecep.

Cecep Nurwendaya mengatakan, berdasarkan kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS), posisi hilal di seluruh wilayah NKRI belum masuk kriteria minimum tinggi hilal 3 derajat dengan elongasi 6,4 derajat.

Kata dia, Sehingga tanggal 1 Ramadan 1445 H secara hisab jatuh bertepatan pada Selasa Pon, yaitu 12 Maret 2024.

Meski hilal tidak dapat diamati dengan Kriteria MABIMS lanjut Cecep, laporan yang dibacakan itu sifatnya masih informatif.

Untuk konfirmasinya, harus ditentukan pada pengamatan langsung di beberapa titik di wilayah Indonesia.

"Jadi hari ini termasuk di Kota Sabang belum masuk kriteria Imkan Rukyat. Oleh karenanya, hilal jelang awal Ramadhan 1445 H pada hari rukyat ini secara teoritis, empirik dapat diprediksi tidak akan terukyat, karena posisinya berada di bawah kriteria Imkan Rukyat tersebut," imbuhnya. (m32)

Baca Juga

Komentar