Mengapa Begitu Banyak Insiden dengan Pesawat Boeing? Ini Kata Para Ahli - inews

 Mengapa Begitu Banyak Insiden dengan Pesawat Boeing? Ini Kata Para Ahli

PARIS, iNews.id- PesawatBoeingmenjadi headline alias berita utama di mancanegara, akhir-akhir ini. Hal tersebut menyusul serangkaian masalah pada pesawat pabrikanAmerika Serikatitu.

Dalam tempo dua hari berturut-turut, ada empat peristiwa "tak sedap" yang melibatkan pesawat Boeing dari berbagai jenis. Keempat insiden terbaru itu terjadi di Turki, Senegal, dan Jerman.

Beberapa bulan sebelumnya, ledakan panel kabin nyaris menimbulkan bencana pada pesawat jet Boeing 737 MAX 9 yang digunakan maskapai Alaska Airlines. Para ahli mengatakan, peristiwa yang berlangsung pada Januari itu menunjukkan adanya masalah pada tahap produksi dan pemeliharaan pesawat. Kendati demkian, mereka pada umumnya tidak melihat pola yang jelas di balik berbagai insiden tersebut.

United Airlines baru-baru ini juga mengalami masalah pada berbagaipenerbanganyang melibatkan pesawat Boeing. Begitu pula Southwest Airlines yang pada awal April mengalami kebakaran mesin pada satu penerbangan.

Pada Kamis (9/5/2024), sebuah Boeing 737-300 tergelincir dari landasan pacu di Senegal. Insiden itu menyebabkan 11 orang cedera, termasuk empat orang yang menglami luka serius.

Sehari sebelumnya, di Istanbul, Turki, sebuah pesawat kargo Boeing 767 milik FedEx mendarat di hidungnya setelah roda pendaratan depannya gagal terpasang. "Peristiwa semacam itu sangat jarang terjadi dalam perjalanan udara," tutur pakar penerbangan Bertrand Vilmer.

Penyebab-penyebab alternatif

AFPpada Jumat (10/5/2024) melansir, para ahli penerbangan biasanya mencari tiga kemungkinan penjelasan atas berbagai kasus yang menimpa pesawat Boeing tersebut. Sebagian dari mereka menduga, bisa jadi ada cacat desain seperti dua kecelakaan fatal jet 737 MAX pada 2018 di Indonesia dan 2019 di Ethiopia. Kedua insiden itu diketahui melibatkan cacat pada sistem stabilisasi penerbangan (MCAS).

Berikutnya, para pengamat penerbangan juga cenderung merujuk pada cacat produksi sebagai kemungkinan penyebab insiden Alaska Airlines, yang melibatkan Boeing 737 MAX 9 yang baru dikirim pada Oktober lalu. Laporan awal dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) yang diterbitkan pada Februari menemukan bahwa empat baut yang berfungsi untuk membantu mengamankan panel kabin yang meledak di pesawat itu ternyata telah hilang.

Sementara kemungkinan penyebab ketiga adalah pemeliharaan yang tidak memadai. Meskipun desain dan produksi menjadi tanggung jawab produsen pesawat, tugas untuk merawat dan menjaga kendaraan tersebut adalah urusan masing-masing maskapai setelah mereka membeli atau menerimanya.

"Setelah pesawat dikirimkan, Boeing tidak lagi melakukan apa pun terkait pemeliharaannya," kata pengamat penerbangan dari AeroDynamic Advisory, Richard Aboulafia.

Transportasi paling aman?

Terlepas dari serentetan insiden yang terjadi baru-baru ini, para ahli penerbangan sepakat bahwa secara keseluruhan terdapat catatan keselamatan yang kuat dalam penerbangan Boeing. "Kami belum pernah mengalami satu pun korban jiwa di seluruh industri penerbangan AS selama lebih dari satu dekade, meski ada jutaan orang yang terbang. Itu luar biasa!" kata Aboulafia.

Dia berpendapat, penerbangan modern adalah wujud "transportasi paling aman" yang pernah dibuat oleh manusia. Dia lantas membandingkan bahwa setiap hari ada ratusan orang meninggal karena kecelakaan lalu lintas di jalanan.

Saingan Boeing,Airbus, juga tidak luput dari masalah. Ratusan pesawat yang diproduksi oleh perusahaan Eropa itu pernah dihentikan layanannya untuk menjalani pemeriksaan terkait keberadaan kontaminan mikroskopis logam pada mesin yang dibuat oleh Pratt & Whitney. Airbus juga terlibat perselisihan dengan Qatar Airways mengenai persoalan degradasi permukaan luar pesawat.

Namun, hanya ada sedikit masalah serupa yang terjadi di Airbus dan tidak ada satu pun insiden yang menarik perhatian sebesar Alaska Airlines, kata para ahli. "Setiap insiden yang terjadi pada pesawat Boeing tahun ini menjadi berita utama, menunjukkan bahwa pesawat Boeing tidak aman," demikian sebuah catatan dari perusahaan riset ekuitas Bernstein.

"Kenyataannya adalah jumlah insiden pesawat Airbus dan Boeing di AS sepanjang tahun ini sebanding dengan jumlah pesawat di armada maskapai penerbangan AS."

Menurut perusahaan analisis penerbangan Cirium, armada komersial AS saat ini memiliki sekitar 4.800 pesawat, dengan sekitar 60 persen adalah pesawat Boeing.

Copyright ©2024 iNews.id. All Rights Reserved

Baca Juga

Komentar