123 Siswa SMA-SMK Berlomba Ciptakan Ide Inovatif Pencegahan dan Pengendalian DBD
26 Juni 2024 17:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
Ide dan gagasan inovatif dalam pencegahan demam berdarah dengue (DBD ) terus dikumpulkan untuk membantu pemerintah meminimalkan bahaya DBD.
Seperti yang dilakukan Prestasi Junior Indonesia (PJI) dan Asia Dengue Voice and Action Group (ADVA), dengan dukungan PT Takeda Innovative Medicines (Takeda) dan Kemenkes RI.
Kolaborasi sejumlah pihak ini dalam rangka mengimplementasikan Dengue Slayers Challenge, sebuah terobosan baru dalam edukasi penanganan DBD bagi generasi muda.
Sejak Februari 2024, program ini telah berhasil meningkatkan pemahaman 123 siswa SMA/SMK dari 17 kota/kabupaten di Indonesia mengenai DBD serta memberdayakan mereka untuk mengembangkan 41 solusi inovatif pencegahan dan pengendalian DBD di komunitas mereka.
Hasilnya, para siswa sukses menggagas beragam ide brilian, seperti aplikasi seluler yang dapat memberi notifikasi area penularan DBD, program edukasi berbasis proyek yang berkolaborasi dengan pemerintah, serta buku interaktif edukasi DBD untuk anak-anak.
Kemenkes RI menyambut baik hadirnya program Dengue Slayers Challenge. Menurut Tim Kerja Arbovirosis Kemenkes, Agus Handito, Aksi individu dan kolektif dari komunitas sangat dibutuhkan untuk mengurangi kasus infeksi DBD hingga mencapai target nol kematian.
"Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi dukungan yang diberikan Takeda, ADVA, dan PJI melalui program edukasi untuk generasi muda ini. Inisiatif ini selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025, khususnya dalam aspek peningkatan keterlibatan masyarakat dan pengembangan inovasi," kata dia.
Sementara itu, Academic Advisor and Operations Counsel Prestasi Junior Indonesia Robert Gardiner melihat generasi muda, dengan potensi dan semangat yang dimiliki, perlu didorong untuk berpartisipasi aktif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat.
"Melalui program ini, para siswa memperoleh pengalaman pertama mengeksplorasi demam berdarah dengue secara komprehensif sekaligus kesempatan mentransformasi aspirasi mereka menjadi sebuah karya nyata yang bermanfaat," terang Robert.
"Selama proses pembelajaran dan pengembangan ide, mereka juga mengasah keterampilan abad ke-21 yang sangat dibutuhkan, seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas," terangnya.
Hal senada juga disampaikan ADVA Steering Committee for Indonesia yang turut mengapresiasi ide inovatif dari para siswa Indonesia dalam mengendalikan DBD.
"Generasi muda yang terlibat dalam program ini adalah segmen masyarakat yang sangat penting dalam upaya penanggulangan DBD. Dengan sumber daya yang lebih baik dan didukung kreativitas, mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan efek domino dalam menyebarkan pesan dan semangat bebas dari DBD kepada keluarga, sekolah, dan komunitas mereka," jelasnya.
"Kami antusias mengimplementasikan inisiatif perdana ini di lima negara di Asia Tenggara, meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand," imbuhnya.
Kasus DBD menjadi isu kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin penting untuk ditangani saat ini. Hingga pekan ke-22 tahun 2024, Kemenkes telah mencatat 119.709 kasus demam berdarah dengan 777 kematian di 34 provinsi di Indonesia.
Angka ini melonjak drastis hingga tiga kali lipat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Situasi ini mendorong pengembangan upaya penanganan demam berdarah dengue yang kian inovatif dan melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Dengan adanya inovasi dari para siswa, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines mengatakan, pihaknya akan terus berkomitmen dalam memerangi DBD.
"Kami bekerja sama dengan pemerintah, asosiasi medis, perusahaan, sekolah, dan masyarakat untuk memperkuat pencegahan DBD yang komprehensif dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi keluarga dan masyarakat di negeri ini. Bersama-sama, kita memiliki kekuatan untuk melawan DBD, dan kita harus bertindak sekarang," kata dia.
Dalam Dengue Slayers Challenge, para siswa ditantang menciptakan solusi inovatif pencegahan dan pengendalian DBD berupa media edukasi (Outreach), sistem pengawasan (Surveillance & Epidemiology), atau strategi pengendalian nyamuk (Vector Control: Prophylaxis/Prevention).
Untuk mendukung proses eksplorasi dan penyusunan ide, para siswa telah memperoleh lokakarya DBD, pelatihan design thinking, serta pendampingan dari mentor ahli di bidang kesehatan.
Sebagai puncak program, tim terbaik berkesempatan mewakili Indonesia mempresentasikan ide mereka kepada komunitas internasional, pemimpin kesehatan masyarakat di pemerintah, dan pembuat keputusan pada ajang Asia Dengue Summit ke-7.
Tim terbaik itu adalah Tim Detecta dari SMA Plus Pembangunan Jaya, yang berkesempatan mempresentasikan ide mereka dalam kegiatan Asia Dengue Summit ke-7 di Kuala Lumpur, Malaysia pada 5-7 Juni 2024.
0
Komentar
Posting Komentar