500 Warga Palestina Dilarang Menunaikan Ibadah Haji oleh Israel - Halaman all - Tribun Gorontalo
TRIBUNGORONTALO.COM - Ratusan warga Palestina dilarang meninggalkan Gaza untuk mengikuti ibadah haji tahun ini ke Mekah.
Seperti dilaporkan oleh kantor berita Turki, Anadolu dikutip TribunGorontalo.com, Sabtu (15 /6/2024), bahwa pelarangan ini dampak dari kontrol Israel atas perbatasan Rafah.
Buntutnya, sebanyak 2.500 warga Palestina untuk menempuh ibadah haji ke Arab Saudi sebagaimana rukun kelima dalam Islam.
Ikrami Al-Mudallal, juru bicara Kementerian Wakaf Gaza menjelaskan, bahwa jemaah haji dari Gaza tercatat sebagai sepertiga dari total jemaah Palestina yang mengikuti ibadah haji tahun ini.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan Pelabuhan Bantuan untuk Palestina Dipindahkan Amerika ke Wilayah Israel
Ia mengungkapkan, kantor pusat Kementerian Wakaf di Gaza hancur akibat serangan Israel selama perang.
Hal ini yang sangat mempengaruhi kemampuan lembaga ini untuk mengatur perjalanan jemaah haji ke Mekah.
Al-Mudallal menjelaskan kepada Anadolu bahwa larangan Israel terhadap warga Palestina yang ingin meninggalkan Gaza merupakan pelanggaran jelas terhadap kebebasan beragama.
Perang tersebut juga telah sangat mempengaruhi perencanaan logistik perjalanan haji, termasuk koordinasi dengan Mesir dan Arab Saudi.
Pemilihan jemaah haji dilakukan melalui sistem undian yang dimulai oleh kementerian pada Maret 2023, karena keterbatasan slot dan blokade Israel yang sudah berlangsung bertahun-tahun di Jalur Gaza.
Prioritas diberikan kepada orang tua dan yang sakit, dengan keberangkatan dijadwalkan antara 20 Mei dan 2 Juni.
Al-Mudallal menambahkan bahwa jemaah haji yang terdampak oleh penutupan perbatasan Rafah akan diprioritaskan tahun depan.
Baca juga: Ternyata Ini Kelompok Israel yang Suka Cegat Bantuan Warga Palestina, Kini Disanksi Amerika
Rata-rata mereka adalah calon jemaah haji (CJH) yang telah menunggu hingga 10 tahun untuk mendapatkan giliran berhaji.
Raja Saudi Salman bin Abdulaziz telah mengumumkan bahwa negaranya akan menjamu 500 jemaah dari keluarga mereka yang tewas dan terluka di Gaza.
Namun, karena perang, hak istimewa ini hanya diberikan kepada warga Gaza yang berhasil meninggalkan daerah yang terkepung tersebut.
"Gagasan ini memungkinkan mereka yang telah meninggalkan Gaza untuk melaksanakan haji, menjaga hak Gaza atas pemberian kerajaan," ujar Al-Mudallal.
Raja Saudi memerintahkan Program Tamu Haji dan Umrah Kementerian Urusan Islam Saudi untuk menjamu 1.000 jemaah dari keluarga korban tewas dan terluka di Gaza pada 6 Juni 2024 lalu.
Para jemaah ini dipilih dari mereka yang telah melarikan diri dari Gaza karena perang atau untuk perawatan medis.
Kementerian Wakaf Palestina melaporkan bahwa 2.000 pria dan wanita dari Tepi Barat telah melakukan perjalanan ke Yordania.
Ada 69 bus dikabarkan menuju Arab Saudi, sementara 1.200 orang lainnya menggunakan pesawat menuju kerajaan tersebut.
Kementerian tersebut mengecam Israel atas agresi yang terus-menerus terhadap Gaza, terutama dengan peningkatan serangan di kota Rafah di selatan Gaza dan penutupan perbatasan yang mencegah pelaksanaan haji.
Al-Mudallal menyatakan kepada Anadolu bahwa kementeriannya telah meminta Mesir dan Arab Saudi untuk menekan Israel agar membuka perbatasan Rafah dan mengizinkan warga Gaza melaksanakan haji.
Militer Israel menyita dan menutup perbatasan Rafah pada 7 Mei 2024. Padahal ini adalah pintu masuk utama bagi bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza sejak Oktober.
Pemboman Israel yang terus menerus selama delapan bulan di Jalur Gaza telah mengakibatkan lebih dari 37.000 orang tewas.
Menurut catatan, sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut. Ribuan lainnya diyakini tewas terperangkap di bawah reruntuhan.
Perang ini telah membawa Gaza ke ambang kelaparan, serta menghancurkan sistem kesehatan dan infrastruktur penting seperti jaringan air, yang menimbulkan risiko tinggi wabah penyakit, terutama di daerah padat penduduk seperti Rafah.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar