Aqsa Pemuda Sarjana Informatika Tak Menyesal Jualan Sayur, Sejak Kecil Bantu Orangtua, Kini Terkenal - Halaman all - Tribunjatim

TRIBUNJATIM.COM - Sosok sarjana informatika jadi penjual sayur kini viral di media sosial.
Pemuda yang bernama Muhamad Aqsa Hamdani ini tak menyesal atas keputusannnya.
Sulit mencari kerja, Aqsa memilih jalan kariernya sendiri.
Kini ia pun terkenal di media sosial.
Muhamad Aqsa Hamdani merupakan lulusan jurusan Informatika di Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta, tahun 2023.
Pria asal Aceh itu berjualan sayur di pasar, sambil tetap menyebarkan surat lamaran kerja.
Kisah Aqsa viral usai diunggah di TikTok @ikehngehe.
Dia memperlihatkan aksinya saatnya berjualan sayur di pasar.
"When Linkedln and Jobstreet didn't work.
It's time to start my career at jualan sayur with my mamake dan bapake," tulisnya dalam keterangan video, dikutip dari TribunTrends, Jumat (21/6/2024).
Baca juga: Suami Resign Demi Rawat Ayah Sakit, Istri Salut Bantu Cari Uang, Ibu Mertua Bangga Menantu Diratukan
Rupanya, berjualan sayur sudah bukan menjadi hal yang baru bagi Aqsa.
Aqsa bercerita bagaimana dia semenjak kecil sudah bergelut dengan dunia persayuran di pasar tradisional, Kota Langsa, Aceh.
Bahkan dia mengaku sudah ikut berjualan dengan orangtuanya sejak masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak.
Diketahui ibu Aqsa berjualan sayur di pasar sementara ayahnya buruh pikul di tempat yang sama.
Lapak sayur milik orangtua Aqsa itu menjual beragam sayuran, mulai dari cabai merah, mentimun, kacang panjang, dan sebagainya.
Bahkan dari berjualan sayur itu, orang tua Aqsa mampu membesarkan dan menyekolahkan kelima anak mereka hingga ke jenjang tinggi.
Baca juga: Resign setelah Jadi TKW 8 Tahun, Wanita Malang Kini Jadi Bos Importir, Omzet Rp184 Juta Tiap 3 Bulan
Aqsa bercerita saat masih sekolah dulu, dia berjualan sayur pagi-pagi sebelum pulang dan ganti seragam.
Bahkan ketika kuliah dan libur semester, dia pulang ke Langsa untuk membantu orangtuanya berjualan sayur dan cabai di pasar.
Aqsa mengaku sudah berusaha mencari kerja namun tak membuahkan hasil.
Dia akhirnya memutuskan untuk ikut membantu orangtuanya berjualan sayur di pasar Langsa, Aceh.
Aqsa iseng-iseng mengunggah video dirinya berjualan sayur di pasar dan ternyata viral.
Tampak dalam video yang beredar, Aqsa sedang melayani pembeli sayur di pasar.
Aqsa terlihat begitu terampil melayani pelanggan.
Bak orang yang sudah berpengalaman, Aqsa tampak tak grogi ketika menyebutkan harga untuk sayur yang dijualnya.
Momen Aqsa pulang kampung untuk jualan sayur di pasar ini pun viral.
Bahkan tak sedikit warganet ikut memberikan komentar.
Warganet memuji tindakan Aqsa yang tidak malu jualan di pasar sambil terus berusaha mendapatkan pekerjaan.
Sementara itu, viral pula sosok sosok Rhafi Sukma Zakyanto (18), siswa SMA yang diterima 6 universitas di luar negeri.
Rhafi adalah siswa kelas 12 MIPA 2 dari SMA Negeri 2 Purworejo.
Remaja 18 tahun ini anak desa yang banyak diragukan tetangga, namun kini dapat membuktikannya dengan keberhasilannya.
Baca juga: Resign Kerja Percetakan, Pria di Kota Blitar Raup Omzet Menggiurkan Berkat Ternak Burung Kenari
Anak yang tinggal di Desa Wareng, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ini berhasil mendapatkan enam Letter of Acceptance (LoA) dari kampus luar negeri.
Sosoknya dikenal sebagai siswa yang berprestasi dan tekun.
Rhafi juga dikenal selalu santu kepada kedua orang tuanya sejak kecil.
Meski dengan pekerjaan orang tuanya yang hanya sebagai penderes atau pencari nira kelapa, hal tersebut bukan menjadi hambatan dirinya untuk berprestasi.
Rhafi mengaku awalnya minder, ia bahkan mengira bahwa yang pasti diterima adalah dari keluarga yang mampu.
“Waktu dapat kabar diterima, awalnya sih ekspektasinya kayaknya bakal berat sekali nanti bimbinganya dan sempat minder karena yang diterima pasti dari keluarga yang mampu, tetapi saya bisa beradaptasi dan saya bisa mengikuti dengan baik,” tuturnya, Kamis (20/6/2024), dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Dulu Presenter Terkenal Kini Jual Rumahnya, Sempat Curhat Diminta Resign Bos Gara-gara Nanya Gaji
Rhafi bercerita, mulanya banyak tetangga yang meragukan dengan kondisi keluarganya yang pas-pasan.
Namun, ia bisa membuktikan dengan belajar lebih giat dan menjadikan keraguan tersebut menjadi cambuk semangat dalam meraih mimpinya di luar negeri.
Ia memulai perjuangannya dengan mengikuti kompetisi bergengsi di seluruh Indonesia, yaitu Olimpiade Sains Nasional (OSN) pada 2022.
Rhafi lolos ke tingkat nasional yang membawa namanya mendapat berbagai tawaran untuk berkuliah di luar negeri dengan beasiswa meskipun belum mendapatkan medali.
Hingga akhirnya pada 2023, Rhafi berhasil meraih medali perak di bidang astronomi sekaligus mendapatkan penghargaan 'Best Observation'.
Tawaran seleksi beasiswa itu Rhafi gunakan dengan tepat hingga akhirnya ia memilih untuk mengikuti seleksi Beasiswa Indonesia Maju (BIM) Batch 3.
Rhafi berjuang untuk mendapatkan beasiswa tersebut dimulai pada November 2022, ia mengikutio seleksi tertulis dan wawancara di Semarang untuk diambil 15 terbaik se-Jawa Tengah, dan Rhafi berhasil ke tahap berikutnya.
Kemudian dari Januari hingga Desember 2023, Rhafi mengikuti pembinaan terpusat Beasiswa Indonesia Maju (BIM) Batch 3 di Bali untuk 50 anak dari 3 provinsi, yaitu: Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Bali.
Kegiatannya di Bali seperti kursus SAT, Bahasa Inggris, dan bimbingan proyek sosial ataupun menghadiri guest lecture.
"Januari hingga Juli 2024 saya ikut pembinaan pindah ke Jakarta, dan lebih fokus kepada kegiatan yang lebih ke pengembangan materi sains dan akademik," katanya lagi.
Rhafi pun mulai melakukan apply ke beberapa perguruan tinggi di luar negeri pada November 2023 hingga awal 2024.
Pada Januari hingga Maret, ia mendapat enam LoA atau surat penerimaan dari universitas luar negeri.
"Sekitar bulan April dan Mei 2024 saya melakukan pengajuan pengajuan LoA (Letter of Acceptance) kepada PUSPRESNAS untuk mendapat LoS (Letter of Statement) beasiswa," jelas Rhafi.
Kemudian pada Juli 2024 akan diumumkan LoS beasiswa antara kedua kampus yang diajukan Rhafi yaitu University of British Columbia: Bach. of Science atau University of Sydney: Bach. Of Space Engineering.
Baca juga: Nasib Presenter Kondang Kini Rumahnya Dijual, Sempat Curhat Diminta Resign Bos Gegara Nanya Gaji
Lebih lanjut, Rhafi mengaku bahwa keinginan untuk kuliah di luar negeri itu di luar rencananya.
Ia juga mengaku, dulu, dirinya bukan seorang yang ambisius.
“Bisa dibilang dulu saya bukan tipe ambisius, jadi jarang mikir cita-cita. Tapi dulu beberapa kali terpikir jadi peneliti, dan enggak punya bayangan untuk kuliah di luar negeri," kata Rhafi.
“Malah dulu sempet skeptis juga kalau bakal lolos, apalagi pengumumannya enggak tentu waktu itu," tambah Rhafi.
Karena kerja kerasnya, Rhafi pun bertemu dengan Prof. Yohanes Surya, Ph.D, salah satu mentor dalam beasiswa keluar negeri rersebut.
“Kalau kemarin Prof. Yohanes Suya, Ph.D berpesan jangan sia-siakan kesempatan, IPK nya 4.0 jangan ada yang 2, nanti menyusahkan adik-adik kelasnya," kata dia.
“Prinsip saya cukup kurangi nethink (negative thinking), kadang yang buat susah itu karena nethink yang berlebihan, yang padahal sebenarnya bisa dilalui dengan lancar,” tutup Rhafi.
Baca juga: Demi Jadi Presenter, Jeremy Teti Tidur di Terminal, Pilu 17 Tahun Kerja Malah Disuruh Resign Bos
Daftar universitas luar negeri
Berikut daftar universitas luar negeri yang menerima Rhafi:
- University of British Columbia: Bach. of Science
- Wanginen University and Research: Bach. Soil, Water, and Atmosphere
- University of Sydney: Bach. Of Space Engineering
- University of Western Australia: Bach. Mining Engineering
- Curtin University: Bach. Mining Engineering
- University of New South Wales: Bach. Mining Engineering
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar