Jaringan Terowongan Hizbullah Lebih Luas Dibanding Punya Hamas: Suplai Senjata dari Iran Lancar Jaya - Halaman all - TribunNews

Jaringan Terowongan Hizbullah Lebih Luas Dibanding Punya Hamas: Suplai Senjata dari Iran Lancar Jaya Buat Hantam Israel
TRIBUNNEWS.COM - Gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon diyakini telah membangun jaringan terowongan di bawah Lebanon.
Menurut para analis, jaringan terowongan yang dibangun Hizbullah ini lebih luas daripada yang digunakan oleh Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza, majalah Foreign Policy melaporkan.
Menurut koresponden intelijen dan keamanan nasional majalah tersebut, Amy Mackinnon, terowongan itu memungkinkan pasokan senjata dari Iran ke Hizbullah bisa tersalur secara lancar.
Baca juga: 3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah
“Tidak seperti Gaza, yang secara geografis terisolasi dari pendukungnya di Teheran, Iran telah membangun rute pasokan darat dan udara menuju Lebanon melalui Irak dan Suriah yang dapat digunakan untuk mempertahankan pasukan Hizbullah jika terjadi perang habis-habisan.”
Penulis mengatakan, meskipun perang yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza telah menjadi fokus perhatian dunia selama lebih dari delapan bulan, perang serupa terus meningkat di perbatasan utara negara pendudukan tersebut dengan Lebanon.
Hizbullah Lebanon melancarkan serangan roket terbesarnya terhadap Israel hingga saat ini pekan lalu sebagai pembalasan atas serangan udara Israel yang menewaskan seorang komandan senior gerakan tersebut.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik dapat menjadi tidak terkendali secara cepat.
“Hizbullah yang didukung Iran telah meluncurkan ribuan roket, rudal anti-tank, dan drone ke Israel, sementara Angkatan Udara Israel membalasnya dengan ribuan serangan udara,” kata Foreign Policy.
“Sekitar 140.000 orang mengungsi dari rumah mereka di kedua sisi perbatasan.”

Hizbullah Musuh Tangguh, Lebanon Hancur Tapi Israel Juga Ikutan Lebur
Meskipun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Selasa bahwa baik Israel maupun Hizbullah tidak menginginkan perang yang lebih luas, Mackinnon mengklaim bahwa segala sesuatunya mungkin mengarah ke sana.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz menyatakan bahwa, “Dalam perang total, Hizbullah akan dihancurkan, dan Lebanon akan terkena dampak paling parah.”
Majalah tersebut mengomentari pernyataan Katz dengan menyatakan, “Israel juga akan mengalami pertumpahan darah."
"Hizbullah adalah musuh yang jauh lebih tangguh dibandingkan Hamas, karena Hamas dianggap sebagai aktor non-negara yang memiliki persenjataan paling berat di dunia, menurut Pusat Studi Internasional dan Strategis. Kelompok ini telah membangun persenjataan canggih dengan bantuan Iran, Suriah, dan Rusia,” tulis laporan tersebut
Dalam hal ini, Mackinnon mengutip diplomat Michael Oren, yang menjabat sebagai duta besar Israel untuk AS pada masa pemerintahan Obama.
“Hamas merupakan ancaman taktis terhadap negara Israel,” ujarnya.
“Hizbullah adalah ancaman strategis bagi negara Israel.”
Diperkirakan Hizbullah memiliki sekitar 130.000 roket dan rudal yang mampu melumpuhkan sistem pertahanan udara canggih Israel dan menghantam kota-kota terbesarnya.
“Saya telah membaca perkiraan mengenai apa yang dapat dilakukan Hizbullah terhadap kita dalam tiga hari, yang sungguh mengerikan,” tambah Oren.
“Anda berbicara tentang menghancurkan semua infrastruktur penting kami, kilang minyak, pangkalan udara, Dimona.” Yang terakhir ini merujuk pada fasilitas senjata nuklir negara pendudukan.

Perang Total di Depan Mata
Israel telah mengumumkan untuk melakukan perang terbuka dengan Hizbullah di selatan Lebanon.
Ketika bentrokan antara Israel dan gerakan Hizbullah di Lebanon semakin intensif, Foreign Policy melaporkan mengutip seorang diplomat Israel, bahwa Israel akan menghadapi “ancaman strategis” jika terjadi perang habis-habisan.
Hizbullah melancarkan serangan roket paling signifikan ke Israel pekan lalu sebagai pembalasan atas serangan udara Israel yang menewaskan seorang komandan senior Hizbullah.
Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran bahwa konflik dapat meningkat dengan cepat.
Sejak 8 Oktober, Hizbullah telah meluncurkan ribuan roket, rudal anti-tank, dan drone ke Israel.
Sementara Angkatan Udara Israel membalasnya dengan ratusan serangan udara di Lebanon selatan.
Baca juga: Punya Kemampuan Intelijen Baru, Hizbullah Peringatkan Israel agar Tak Buat Perang Lebih Luas
Menurut Foreign Policy sekitar 140.000 orang telah mengungsi dari rumah mereka di kedua sisi perbatasan.
Meskipun ada seruan dari Amerika Serikat dan sekutu barat lainnya untuk melakukan deeskalasi, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan pada Selasa bahwa negaranya akan berperang dengan Lebanon dengan menegaskan bahwa dalam perang total itu Hizbullah akan dihancurkan dan Lebanon akan terkena dampak paling parah.
Namun demikian, Israel juga akan menderita kerugian yang signifikan jika perang habis-habisan melawan Hizbullah.
Foreign Policy menyebutkan laporan yang dikeluarkan oleh Pusat Studi Internasional dan Strategis, yang memperkirakan bahwa Hizbullah adalah musuh yang jauh lebih tangguh bagi Israel dibandingkan Hamas.
Hanya Tiga Hari
Berbicara dengan FP, Michael Oren, yang menjabat sebagai duta besar Israel untuk Amerika Serikat pada masa pemerintahan Obama, mengatakan Hamas merupakan ancaman taktis terhadap negara Israel.
Sementara Hizbullah adalah ancaman strategis bagi negara Israel.
Hizbullah, menurut laporan tersebut, diperkirakan memiliki sekitar 130.000 roket dan rudal yang dapat dengan cepat melumpuhkan sistem pertahanan udara canggih dan menghantam kota-kota terbesar di Israel.
“Saya telah membaca perkiraan mengenai apa yang dapat dilakukan Hizbullah terhadap kita dalam tiga hari, yang sungguh mengerikan,” kata Oren kepada FP.
“Anda berbicara tentang menghancurkan semua infrastruktur penting kami, kilang minyak, pangkalan udara, Dimona,” tambahnya, merujuk pada lokasi fasilitas penelitian nuklir Israel.
Pada Selasa (17/6/2024), Hizbullah merilis rekaman drone dari Pelabuhan Haifa Israel, yang terletak 17 mil dari perbatasan Lebanon.
"Ini adalah bukti dari Hizbullah dalam upaya untuk menembus pertahanan udara Israel dan menjangkau jauh ke dalam negara tersebut,” kata laporan itu.
Hizbullah juga diperkirakan telah mengembangkan jaringan terowongan yang berada di bawah Lebanon, yang menurut beberapa analis Israel bahkan lebih luas daripada yang digunakan oleh Hamas.
Jalan Menuju Deeskalasi
Menurut Daniel Byman, seorang profesor di Fakultas Pelayanan Luar Negeri Universitas Georgetown, gencatan senjata di Gaza dapat memastikan deeskalasi di perbatasan utara Israel.
“Saya pikir jika Hamas menyetujui gencatan senjata, Hizbullah juga akan menghormatinya,” kata Byman.
“Secara umum sudah diusahakan proporsional,” tambahnya.
Penasihat senior Presiden AS Joe Biden, Amos Hochstein, tiba di Israel pada hari Senin untuk mengatasi meningkatnya konflik antara Israel dan gerakan Hizbullah Lebanon.
Hochstein, yang memainkan peran penting dalam perjanjian batas laut antara Israel dan Lebanon pada Oktober 2022, berkunjung di tengah bentrokan perbatasan yang intens.
Sejak perang Gaza dimulai Oktober lalu, baku tembak setiap hari telah menyebabkan ribuan orang mengungsi di kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon.
Amerika Cs prihatin dengan eskalasi yang serius menyusul pembunuhan seorang komandan senior Hizbullah baru-baru ini, yang menyebabkan Hizbullah meluncurkan ratusan roket dan drone ke Israel utara.
Potensi eskalasi yang meluas sangatlah besar dan mempunyai konsekuensi serius bagi Lebanon dan seluruh kawasan.
“Apa yang saya khawatirkan setiap hari adalah kesalahan perhitungan atau kecelakaan, sebuah rudal yang ditujukan untuk mencapai sasaran meleset dari sasaran, mengenai hal lain,” kata Hochstein, menurut Foreign Policy.
“Hal ini dapat memaksa sistem politik di kedua negara untuk membalas dengan cara yang dapat membawa kita ke dalam perang.”
Ketegangan yang Meningkat
Sejak dimulainya perang Israel di Gaza, pada tanggal 7 Oktober, gerakan Hizbullah Lebanon telah terlibat secara langsung, namun secara relatif terbatas, dalam perang melawan pendudukan Israel.
Menurut sumber Hizbullah, gerakan tersebut telah melakukan 1.194 operasi militer dalam 250 hari pertama perang, menewaskan dan melukai lebih dari 2.000 tentara Israel.
Israel telah menduduki sebagian wilayah Lebanon selama beberapa dekade dan baru meninggalkan negara itu pada tahun 2000, menyusul perlawanan keras Lebanon di bawah kepemimpinan Hizbullah.
Mereka berusaha untuk menduduki kembali Lebanon pada tahun 2006 namun gagal dalam apa yang dianggap Lebanon sebagai kemenangan besar melawan Israel.
Namun Israel tetap menduduki sebagian wilayah Lebanon, yakni wilayah Peternakan Sheeba.
Hizbullah telah berjanji untuk memulihkan setiap inci wilayah Lebanon yang telah diduduki Israel bertentangan dengan hukum internasional.
Mengenal Sekelumit soal Hizbullah
Hizbullah adalah milisi yang berbasis di Lebanon selatan.
Pasukannya dibentuk tahun 1982 oleh militer Iran.
Milisi ini terbentuk karena meprotes pendudukan Israel di wilayah itu.
Selama ini pasokan senjata Hizbullah diperoleh dari Iran.
Tak hanya sebagai milisi, Hizbullah kemudian terbentuk menjadi kubu politik paling berpengaruh di Lebanon apalagi setelah mendapatkan dukungan dari warga syi'ah mayoritas di negara itu.
Saban tiap tahun persenjataan Hizbullah selalu upgrade dan canggih.
(oln/memo/*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar