Kementan kembangkan varietas padi adaptif perubahan iklim di Merauke
24 Juli 2024 13:06 WIB
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) mengembangkan varietas unggul padi Cakrabuana Agritan di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, guna menjadikan daerah itu sebagai lumbung pangan Indonesia bagian timur.
"Varietas ini disebut adaptif perubahan iklim dan memiliki produktivitas tinggi, sehingga penggunaannya diyakini mampu meningkatkan hasil produksi petani," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Dia menyampaikan bahwa hal itu sejalan dengan upaya pemerintah yang saat ini fokus melakukan akselerasi produksi beras untuk menghindari ancaman krisis pangan yang melanda banyak negara di dunia.
“Ini bagus sekali, subur sekali, ini luar biasa, potensinya. Kita uji coba varietas Cakrabuana, potensi produksinya hingga 9-10 ton per hektar. Ini kita kembangkan di Merauke, nantinya untuk 1 juta hektar,” ungkap Amran.
Mentan menjelaskan bahwa penanaman varietas tersebut di Merauke telah melalui uji coba dan menunjukkan hasil yang maksimal meskipun diimplementasikan di lahan rawa.
Varietas Cakrabuana memiliki kemampuan adaptasi yang baik, menjadikannya pilihan ideal bagi petani, terutama saat pemerintah tengah membidik Merauke sebagai lumbung pangan di Indonesia timur.
Sebelumnya, Mentan mendampingi Presiden Joko Widodo mengunjungi lahan pertanian modern di Distrik Kurik, Merauke, Selasa (23/7).
“Bapak Presiden mendukung penuh pengembangan padi di Merauke dengan teknologi, full mekanisasi, dan benih unggul. Varietas ini bisa menghasilkan hingga 10 ton per hektare,” tambah Mentan.
Sekretaris Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Haris Syahbuddin menambahkan bahwa selain produktivitas tinggi, umur tanaman yang cepat merupakan keunggulan lain dari varietas ini, sehingga cocok untuk peningkatan indeks pertanaman.
“Varietas Cakrabuana Agritan, milik Kementerian Pertanian, memiliki potensi 10,2 ton per hektar. Di Merauke, bisa mencapai 8 ton lebih per hektar. Varietas ini juga lebih genjah 10 hari dibandingkan dengan varietas lain,” jelas Haris.
Haris juga mengungkapkan bahwa varietas itu tahan terhadap hama dan penyakit, serta mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan, seperti kekeringan dan banjir. Petani di sekitar Merauke sangat antusias dengan varietas ini.
“Varietas ini terbukti tahan terhadap penyakit blas, sehingga petani memiliki cukup waktu untuk mengelola ketersediaan air, terutama saat musim kering. Banyak petani yang meminta Cakrabuana,” ungkap Haris.
Implementasi varietas Cakrabuana di berbagai daerah, termasuk Merauke, telah menunjukkan hasil yang positif. Petani yang menanam varietas ini melaporkan peningkatan hasil panen yang signifikan.
Selain berkontribusi pada peningkatan produksi padi nasional, pengembangan varietas ini diharapkan dapat berdampak langsung pada peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraannya.
Baca juga: Presiden tanam tebu perdana di Merauke untuk ketahanan pangan
Baca juga: Pelindo: Operasional pelabuhan Merauke normal meski ada mogok kerja
Baca juga: Mentan sebut progres lahan pertanian di Merauke berjalan baik
"Varietas ini disebut adaptif perubahan iklim dan memiliki produktivitas tinggi, sehingga penggunaannya diyakini mampu meningkatkan hasil produksi petani," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Dia menyampaikan bahwa hal itu sejalan dengan upaya pemerintah yang saat ini fokus melakukan akselerasi produksi beras untuk menghindari ancaman krisis pangan yang melanda banyak negara di dunia.
“Ini bagus sekali, subur sekali, ini luar biasa, potensinya. Kita uji coba varietas Cakrabuana, potensi produksinya hingga 9-10 ton per hektar. Ini kita kembangkan di Merauke, nantinya untuk 1 juta hektar,” ungkap Amran.
Mentan menjelaskan bahwa penanaman varietas tersebut di Merauke telah melalui uji coba dan menunjukkan hasil yang maksimal meskipun diimplementasikan di lahan rawa.
Varietas Cakrabuana memiliki kemampuan adaptasi yang baik, menjadikannya pilihan ideal bagi petani, terutama saat pemerintah tengah membidik Merauke sebagai lumbung pangan di Indonesia timur.
Sebelumnya, Mentan mendampingi Presiden Joko Widodo mengunjungi lahan pertanian modern di Distrik Kurik, Merauke, Selasa (23/7).
“Bapak Presiden mendukung penuh pengembangan padi di Merauke dengan teknologi, full mekanisasi, dan benih unggul. Varietas ini bisa menghasilkan hingga 10 ton per hektare,” tambah Mentan.
Sekretaris Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Haris Syahbuddin menambahkan bahwa selain produktivitas tinggi, umur tanaman yang cepat merupakan keunggulan lain dari varietas ini, sehingga cocok untuk peningkatan indeks pertanaman.
“Varietas Cakrabuana Agritan, milik Kementerian Pertanian, memiliki potensi 10,2 ton per hektar. Di Merauke, bisa mencapai 8 ton lebih per hektar. Varietas ini juga lebih genjah 10 hari dibandingkan dengan varietas lain,” jelas Haris.
Haris juga mengungkapkan bahwa varietas itu tahan terhadap hama dan penyakit, serta mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan, seperti kekeringan dan banjir. Petani di sekitar Merauke sangat antusias dengan varietas ini.
“Varietas ini terbukti tahan terhadap penyakit blas, sehingga petani memiliki cukup waktu untuk mengelola ketersediaan air, terutama saat musim kering. Banyak petani yang meminta Cakrabuana,” ungkap Haris.
Implementasi varietas Cakrabuana di berbagai daerah, termasuk Merauke, telah menunjukkan hasil yang positif. Petani yang menanam varietas ini melaporkan peningkatan hasil panen yang signifikan.
Selain berkontribusi pada peningkatan produksi padi nasional, pengembangan varietas ini diharapkan dapat berdampak langsung pada peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraannya.
Baca juga: Presiden tanam tebu perdana di Merauke untuk ketahanan pangan
Baca juga: Pelindo: Operasional pelabuhan Merauke normal meski ada mogok kerja
Baca juga: Mentan sebut progres lahan pertanian di Merauke berjalan baik
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags:
Komentar
Posting Komentar