Perang Arab Kian Ngeri! Setelah Hizbullah-Houthi, Kini Turki VS Israel

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuat heboh. Pernyataan keras kembali dilancarkan ke Israel.
Mengutip Al-Jazeera, Selasa (30/7/2024), ia menyampaikan usulan mengintervensi pendudukan yang dilakukan Israel di tanah Palestina dengan mengirimkan pasukan, Minggu. Ini ditegaskannya di hadapan massa partainya, Partai Keadilan dan Pembangunan (AK).
Pilihan Redaksi
"Kita harus sangat kuat agar Israel tidak dapat melakukan hal-hal konyol ini kepada Palestina," tegasnya.
"Sama seperti kita memasuki Karabakh, sama seperti kita memasuki Libya, kita dapat melakukan sesuatu yang serupa kepada mereka," tambahnya.
Saddam Hussein hingga Adolf Hitler
Hal ini kemudian membuat perang kata-kata muncul antara para pejabat kedua negara. Para pejabat Turki dan Israel saling melontarkan sindiran pada hari Minggu dan Senin setelah Erdogan berpidato.
Salah satunya Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz. Ia mengatakan dalam sebuah posting di X bahwa presiden Turki mengikuti jejak mantan diktator Irak Saddam Hussein dengan mengancam akan menyerang Israel.
"Biarkan dia mengingat apa yang terjadi di sana dan bagaimana itu berakhir," tulisnya mengacu pada penangkapan pemimpin Irak di tahun 2003 oleh pasukan Amerika Serikat (AS) saat bersembunyi di sebuah lubang di tanah dekat sebuah rumah pertanian di Tikrit, kemudian dieksekusi.
Ini pun dibalas Kementerian Luar Negeri Turki. Di mana Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pun disamakan dengan pemimpin Nazi, Adolf Hitler.
"Seperti halnya Hitler yang melakukan genosida berakhir, demikian pula Netanyahu yang melakukan genosida," kata Kementerian Luar Negeri Turki.
"Seperti halnya Nazi yang melakukan genosida dimintai pertanggungjawaban, demikian pula mereka yang mencoba menghancurkan Palestina," lanjut postingan tersebut.
"Umat manusia akan mendukung Palestina. Anda tidak akan dapat menghancurkan Palestina," tegasnya.
Putus Hubungan Dagang
Perlu diketahui Erdogan secara konsisten mengeluarkan retorika yang kuat selama perang 10 bulan Israel di Gaza. Selain pernyataan, Turki juga melakukan sejumlah tindakan "sanksi" ke Tel Aviv.
Pada April, Turki membatasi beberapa ekspor ke Israel. Pada Mei, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel sepenuhnya.
Israel sendiri mengatakan akan membatalkan perjanjian perdagangan bebas negara itu dengan Turki sebagai balasan. Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengisyaratkan bahwa tindakan tersebut dapat dibatalkan bila Erdogan digantikan oleh seorang pemimpin yang ia sebut "waras dan tidak membenci Israel".
Dalam sejarahnya, Turki pernah mengirimkan pasukan ke sejumlah negara konflik. Di Libya pada 2020, Turki, yang mendukung pemerintahan PM Abdul Hamid Dbeibah, mengirim tentara ke negara Afrika Utara yang terpecah belah itu untuk mendukung pemerintahan Tipoli yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Di wilayah Nagorno-Karabakh yang selama beberapa dekade telah diperebutkan oleh Azerbaijan dan Armenia, Turki menjanjikan dukungan militer ke Baku. Turki melatih dan memodernisasi militer Azerbaijan termasuk memasok drone tempur canggih.
Dalam sebuah posting di X Senin, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan membanggakan Erdogan. Ia menyebut sosok itu "telah menjadi suara hati nurani umat manusia".
"Lingkaran Zionis internasional, terutama Israel, yang ingin membungkam suara yang benar ini, sangat khawatir," tulisnya.
"Sejarah berakhir dengan cara yang sama untuk semua pelaku genosida dan pendukungnya," tegasnya.
(sef/sef)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar