Staf Khusus Erick Thohir Klarifikasi soal Whoosh jadi Penyebab WIKA Merugi, Ini Penjelasannya - inews

 

Staf Khusus Erick Thohir Klarifikasi soal Whoosh jadi Penyebab WIKA Merugi, Ini Penjelasannya

JAKARTA, iNews.id - Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga buka suara soal tudingan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh disebut membuat PT Wijaya Karya (Persero) Tbk merugi. Ia menilai hal itu karena investasi WIKA masih di tahap awal. 

Kata Arya, perusahaan bisa disebut merugi apabila proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung batal atau tak jalan sehingga tidak mendatangkan pendapatan.

“Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana orang ada invest dulu, misalnya kau bikin rumah, rugi apa nggak? Kalau tahun pertama, gimana? Dia kan untuk bisnis, kalau misalnya bikin rugi, kalau misalnya perusahaannya kereta cepat-nya nggak jalan,” ujar dia saat ditemui di gedung Perum Perhutani, Jakarta Selatan, Senin (15/7/2024). 

Justru, bisnis Whoosh dinilai semakin baik karena frekuensi perjalan kereta terus bertambah menjadi 40 perjalanan setiap hari. Selain itu, okupansi penumpang juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan hingga di posisi 21.000 orang per penumpang. 

“Kalau sekarang masih menuju ya, kan target kita 60-an tuh (frekuensi perjalanan), sekarang masih 40-an, bertahap kan. Nggak mungkin tiba-tiba, ya orang jualan masa langsung tercapai, ya dia bertahap, tapi kan sekarang suda bagus,” tutur dia.

Sebagai informasi, dana pembangunan Kereta Cepat Whoosh diperoleh dari dana pinjaman China Development Bank sebesar 75 persen. Sedangkan 25 persen merupakan setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) senilai 60 persen dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. 40 persen. 

Adapun, bisnis Whoosh dikelola oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), sebuah perusahaan patungan yang dibentuk oleh PSBI dan konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd.
Di sisi komposisi pemegang saham PSBI, yaitu PT Kereta Api Indonesia (KAI) 51,37 persen, Wijaya Karya 39,12 persen, PT Perkebunan Nusantara I 1,21 persen, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk 8,30 persen.

Adapun komposisi pemegang saham Beijing Yawan HSR Co. Ltd yaitu CREC 42,88 persen, Sinohydro 30 persen, CRRC 12 persen, CRSC 10,12 persen, dan CRIC 5 persen.

Sebelumnya, Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito mengakui beban bunga utang proyek Kereta Cepat Whoosh sangat tinggi dan membebani kinerja keuangan perusahaan. Akibatnya, perusahaan mencatatkan kerugian Rp56 triliun pada tahun buku 2023.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya