Daftar Panjang Pemimpin Palestina yang (Diduga) Dibunuh Israel Halaman all - Kompas

 

Daftar Panjang Pemimpin Palestina yang (Diduga) Dibunuh Israel Halaman all - Kompas

PEMIMPIN politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas di sebuah penginapan di Teheran, Iran, pada 31 Juli 2024. Alat peledak yang telah diselundupkan dan ditanam di kamar penginapannya meledak. Ledakan itu mengakibatkan Haniyeh dan seorang pengawalnya meninggal dunia di lokasi kejadian.

Kelompok Hamas dan Iran menuding Israel sebagai pelaku pembunuhan itu.

Haniyeh berada di Teheran untuk mengikuti acara pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

Baca juga: Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, Tewas karena Bom yang Diselundupkan ke Penginapannya 2 Bulan Lalu

Pembunuhan Haniyeh terjadi di tengah perang di Gaza antara Israel dengan Hamas. Perang itu telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina, berdasarkan data Departemen Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. Perang tersebut berlangsung sejak 7 Oktober 2023 ketika sejumlah anggota kelompok Hamas menyerang wilayah Israel selatan dalam sebuah serangan yang menewaskan 1.139 orang Israel dan 250 orang lainnya ditawan. 

Israel tidak secara terbuka mengakui telah membunuh Haniyeh. Namun setelah tanggal 7 Oktober 2023 itu, para pejabat Israel secara terbuka mengancam akan membunuh sejumlah pemimpin senior Hamas.

Dalam rekaman yang dipublikasikan pada 4 Desember 2023, Kepala Shin Bet (badan intelijen untuk Urusan dalam negeri Israel), Ronen Bar, mengatakan bahwa negaranya akan membunuh para pemimpin Hamas “di setiap lokasi, di Gaza, di Tepi Barat, di Lebanon, di Turki, di Qatar, semuanya”.

Pembunuhan Haniyeh di Teheran mengikuti pola panjang pembunuhan para pemimpin Palestina oleh Isrel, mulai dari Roma hingga Paris, Beirut hingga Athena, dan dari Gaza hingga Tunis. Israel jarang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan-pembunuhan tersebut, meskipun Israel juga tidak menyangkal perannya.

Berikut adalah daftar para pemimpin Palestina lainnya, selain Haniyeh, yang telah dibunuh (atau diduga telah dibunuh) Israel dalam sekitar 50 tahun terakhir:

Saleh al-Arouri

Saleh al-Arouri, 57 tahun, merupakan wakil kepala biro politik Hamas dan salah satu pendiri sayap bersenjata kelompok itu, Brigade Qassam. Dia dibunuh dalam serangan pesawat tak berawak pada Januari lalu di pinggiran kota Beirut, Lebanon.

Dia tinggal di pengasingan di Lebanon setelah menghabiskan waktu 15 tahun di penjara Israel. Sebelum perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat mengancam akan membunuhnya.

Baca juga: Siapa Saleh Al Arouri, Wakil Pemimpin Hamas yang Tewas di Lebanon?

Israel menyatakan tidak bertanggung jawab atas kematiannya. Namun, Danny Danon, mantan utusan Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memuji serangan yang menewaskan Arouri dan mengucapkan selamat kepada tentara Israel, Shin Bet, dan Mossad, badan intelijen Israel, karena telah membunuh Arouri.

Mahmoud al-Mabhouh

Mahmoud al-Mabhouh seorang komandan militer Brigade Qassam. Dia bertanggung jawab atas urusan logistik dan pengadaan senjata.

Ia mendirikan Unit 101, yang didedikasikan untuk menculik tentara Israel.

Mabhouh dibunuh di Hotel Al Bustan Rotana, sebuah hotel bintang lima di Dubai pada Januari 2010. Serangan itu diyakini secara luas telah dilakukan Mossad. Menurut polisi, al-Mabhouh dibius, disetrum, dan kemudian dicekik dengan bantal.

Mahmoud al-Majzoub

Mahmoud Al-Majzoub merupakan pemimpin senior kelompok Jihad Islam Palestina (Palestinian Islamic Jihad/PIJ) dan sekutu dekat kelompok Hezbollah Lebanon.

Dia dibunuh di kota Sidon, Lebanon pada Mei 2006 saat sebuah bom mobil yang ditempel di pintu mobilnya meledak begitu dia membuka pintu mobilnya itu.

Israel membantah bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun PIJ dan Hezbollah menuding Israel melakukan serangan tersebut.

Adnan al-Ghul

Adnan Al-Ghul merupakan salah satu anggota berpangkat tinggi di Brigade Qassam. Dia dikenal sebagai “Bapak Qassam” karena karyanya dalam membangun sistem pengiriman roket Hamas yang ekstensif.

DIa diidentifikasi oleh militer Israel sebagai pembuat bom yang mumpuni. Ghul dibunuh dalam pembunuhan yang masuk kategori targeted killing, ketika sebuah helikopter Angkatan Udara Israel menembakkan rudal ke mobilnya di Jalur Gaza pada Oktober 2004.

Baca juga: Apakah Targeted Killings Israel terhadap Para Pemimpin Hamas Legal?

Abdel Aziz al-Rantisi

Abdel al-Rantisi adalah salah satu dari tujuh pendiri kelompok Hamas, selain Sheikh Ahmed Yassin, di hari-hari awal Intifada pertama.

Dia ditunjuk sebagai pemimpin baru Hamas setelah pembunuhan Ahmed Yassin pada Maret 2004.

Dia terbunuh dalam serangan rudal helikopter Israel di Kota Gaza pada April 2004, kurang dari sebulan setelah pembunuhan Yassin. Angkatan Udara Israel menembakkan rudal Hellfire dari helikopter Apache AH-64 ke mobilnya.

Syekh Ahmed Yassin

Syekh Ahmed Yassin dianggap sebagai pemimpin spiritual Hamas. Yassin, seorang lumpuh dan hampir buta, bergantung pada kursi roda karena kecelakaan saat berolahraga ketika dia berusia 16 tahun.

Dia terbunuh dalam sebuah serangan rudal oleh helikopter Israel ketika dia tengah didorong keluar dari sebuah masjid di Kota Gaza usai shalat subuh pada Maret 2004.

Sumber keamanan Israel mengatakan pada saat itu bahwa Perdana Menteri Ariel Sharon secara pribadi telah memerintahkan dan memantau serangan helikopter terhadap ulama yang lumpuh itu.

Salah Shehadeh

Salah Shehadeh adalah salah satu pendiri cabang militer Hamas, Brigade Qassam. Dia menghabiskan waktu satu dekade di penjara-penjara Israel.

Dia terbunuh setelah Angkatan Udara Israel mengebom rumahnya di Kota Gaza pada Juli 2002.

Dalam sebuah pernyataan, militer Israel mengonfirmasi bahwa Shehadeh merupakan sasaran serangan itu. Israel mengatakan, dia berada di balik “ratusan serangan teror dalam dua tahun terakhir terhadap tentara dan warga sipil Israel”.

Yahya Ayyash

Yahya Ayyash, yang dijuluki “Sang Insinyur”, dikenal karena karyanya sebagai pembuat bom dan komandan batalion Brigade Qassam di Tepi Barat.

Dia dianggap bertanggung jawab melakukan bom bunuh diri sebagai strategi melawan Israel.

Ayyash dibunuh di Beit Lahiya di Gaza pada Januari 1996 oleh agen Shin Bet yang memasang alat peledak di teleponnya. Alat peledak itu diledakan dari jarak jauh setelah dia menerima telepon dari ayahnya.

Imad Akel

Imad Akel adalah komandan Brigade Qassam. Di situ dia menjabat sebagai mentor komandan Brigade Qassam saat ini, Mohammed Deif. Israel awal bulan ini klaim telah membunuh Deif.

Baca juga: Mohammed Deif, Panglima Militer Hamas yang Lolos dari 7 Upaya Pembunuhan Israel

Dia dijuluki “Hantu” karena sejumlah aksi penyamarannya untuk melancarkan penyergapan terhadap pasukan Israel.

Pada November 1993, Akel bersembunyi di rumahnya di Shujayea, yang saat itu sedang dikepung. Setelah beberapa jam, dia mencoba melarikan diri tetapi ditembak oleh pasukan khusus Israel.

Abu Jihad

Khalil al-Wazir, yang dikenal sebagai Abu Jihad, adalah tokoh penting dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Da membantu mendirikan Fatah pada akhir tahun 1950-an. Selama bertahun-tahun, ia menjabat sebagai wakil Ketua PLO, Yasser Arafat.

Dia ditembak mati oleh agen Israel dalam sebuah serangan komando yang berani pada April tahun 1988 di Tunis, Tunisia.

Israel menyangkal bertanggung jawab selama hampir 25 tahun hingga tahun 2012, ketika sebuah surat kabar Israel menerbitkan wawancara dengan tentara Israel, Nahum Lev, yang membunuh Abu Jihad. Hal itu akhirnya mengungkapkan kebenaran terkait pembunuhan Abu Jihad.

Khalid Nazzal

Khalid Nazzal adalah sekretaris komite pusat Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (DFLP) dan pemimpin PLO.

Israel menganggapnya bertanggung jawab atas serangan Ma'alot tahun 1974 di mana sejumlah pejuang Palestina membunuh 22 anak sekolah dan empat orang dewasa.

Dia dibunuh oleh agen Mossad di Athena, Yunani, pada Juni 1986.

Ali Hassan Salamah

Ali Salameh mendirikan kelompok bersenjata Black September yang menyerang tim Israel di Olimpiade Munich, Jerman, 1972. Serangan itu menewaskan 11 atlet Israel dan satu petugas polisi Jerman. Lima penyerang juga tewas.

Sejumlah agen Mossad mendaftar di gym Salameh untuk berteman dengannya beberapa minggu sebelum pembunuhannya. Seorang agen Inggris-Israel menyewa sebuah apartemen dekat rumah Salameh untuk memantau pergerakannya.

Dia tewas dalam mobilnya ketika melintas di dekat mobil Volkswagen yang dipasangi jebakan bom di Beirut, Lebanon, pada Januari 1979.

Mohamed Boudia

Mohamed Boudia, seorang penyair dan penulis drama Aljazair, merupakan anggota senior Front Populer untuk Pembebasan Palestina, yang juga berjuang untuk pembebasan Aljazair.

Dia terbunuh dalam ledakan bom mobil di Paris, Prancis pada Januari 1973. Bom ditempatkan di bawah jok mobilnya oleh agen Mossad menyusul serangan kelompok bersenjata Black September di Olimpiade Munich 1972.

Abdel Wael Zwaiter

Abdel Zwaiter, seorang penerjemah Palestina, adalah perwakilan PLO di Roma.

Israel menuduhnya sebagai komandan kelompok bersenjata Black September yang menyerang tim Israel di Olimpiade Munich 1972.

Para pendukungnya mengatakan dia seorang intelektual yang tidak memiliki hubungan konklusif dengan kelompok tersebut.

Zwaiter ditembak mati oleh agen Mosad di lobi gedung apartemennya di Roma pada Oktober 1972.

Ghassan Kanafani

Ghassan Kanafani seorang penulis dan penyair Palestina terkemuka. Dia menjadi juru bicara Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP).

Dia dibunuh di Beirut bersama keponakannya yang berusia 17 tahun pada Juli 1972. Sebuah granat telah dihubungkan ke kunci kontak mobilnya. Dengan menyalakan mobil, dia menyalakan bom plastik yang ditanam di belakang bemper.

Israel mengatakan pembunuhannya merupakan respons terhadap penembakan massal di Bandara Lod (sekarang Bandara Internasional Ben Gurion) tahun 1972 yang menewaskan 26 orang dan puluhan lainnya luka-luka.

Namun beberapa analis yakin pembunuhan itu sudah direncanakan jauh sebelumnya.

Upaya Pembunuhan 

Pada tahun 1960-an, Israel melakukan sejumlah upaya untuk membunuh Yasser Arafat, ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) saat itu. Upaya-upaya tersebut termasuk kemungkinan menjatuhkan pesawat penumpang yang ia tumpangi dan mencoba memengaruhi seorang tahanan Palestina untuk membunuhnya.

Arafat meninggal di Prancis tahun 2004, dalam usia 75 tahun. Penyebab resmi kematiannya adalah stroke. Belakangan, beredar rumor bahwa dia sebenarnya telah diracuni Israel tetapi rumor itu tidak pernah dapat terkonfirmasi, bahkan setelah jenazah Arafat diautopsi.

Pada tahun 1997, agen dinas rahasia Israel menyuntikkan racun ke telinga Khaled Meshal, kepala sayap politik Hamas, saat dia berada di Amman, Yordania. Raja Yordania mengancam akan mengadili para agen Israel dan membatalkan perjanjian perdamaian kecuali ada obat penawar untuk Meshal. Israel memberikan obat penawar, Meshal pun selamat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca Juga

Komentar