Gempa Besar di Jateng dan Jatim Pernah Terjadi Pada 1916 dan 1994, Masih Ada Potensi Magnitudo 8,9 - Halaman all - Tribunbanyumas
Gempa Besar di Jateng dan Jatim Pernah Terjadi Pada 1916 dan 1994, Masih Ada Potensi Magnitudo 8,9 - Halaman all - Tribunbanyumas
TRIBUNBANYUMAS.COM - Empat di antara 16 zona megathrust di Indonesia yang berpotensi memicu gempa bumi mengepung Pulaua Jawa, termasuk Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di kedua pulau ini, gempa beras yang mungkin terjadi diperkirakan mencapai magnitudo 8,9.
Dari catatan BMKG, gempa besar di pulau ini terjadi pada tahun 1916 dan 1994.
Gempa magnitudo 5,5 yang mengguncang Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (26/8/2024) malam, merupakan bagian dari gempa megathrust itu.
Hal ini dikonfirmasi Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi batuan di bidang kontak antar lempang (megathrust)," ujarnya, Seini, dikutip dari Kompas.com.
2 Megathrust Diwaspadai
Daryono mengatakan, gempa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut mendapat sorotan.
Zona megathrust segmen Selat Sunda sebagian terbentang di Selatan Jawa-Bali.
Sementara, zona megathrust Mentawai-Siberut di barat Sumatera.
Menurutnya, gempa di dua kawasan ini tinggal menunggu waktu.
Pasalnya, keberadaan zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut dinilai sebagai sebuah potensi gempa.
Baca juga: Benda di Atas TV Sampai Jatuh, Kesaksian Warga Cilacap Rasakan Gempa Bumi M 5.8 Gunungkidul
Para ahli menduga, saat ini sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Dikutip dari Antara, seismic gap tersebut harus diwaspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Selain itu, data BMKG juga menunjukkan bahwa sudah lama tidak terjadi gempa besar di megathrust Selat Sunda dan megathrust Mentawai-Siberut.
Meskipun BMKG bisa memprediksi potensi magnitudonya namun mereka tidak bisa memperkirakan kapan gempa megathrust tersebut akan terjadi.
Kondisi itulah kemudian yang menjadi kekhawatiran akan gempa megathrust di masa mendatang.
3 Kondisi Wilayah Masuk Kawasan Megathrust
Hal ini senada dengan pernyataan Guru Besar Bidang Geodesi Gempa Bumi Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano.
Irwan mengatakan, belum ada catatan gempa besar terjadi di dua zona tersebut.
"Sesudah gempa Aceh 2004, Nias 2005, kemudian gempa Padang 2009, gempa 2010 di bagian bawah dari Mentawai," ujarnya, Kamis (15/8/2024).
"Nah, bagian tengah kok enggak, itu kemudian menimbulkan banyak diskusi di kalangan ahli. Kenapa itu perlu menjadi perhatian? Karena itu paling tidak dalam catatan sejarah pada 1797 dan 1833, pernah terjadi," imbuhnya.
Menurut Irwan, terdapat tiga kondisi yang dapat digunakan untuk memastikan suatu daerah berpotensi mengalami gempa megathrust.
Kondisi pertama, potensi gempa dapat dilihat dari data historis atau sejarah suatu wilayah.
Ini karena gempa akan terjadi secara berulang.
"Jadi, kalau di masa lalu pernah terjadi (gempa), kemungkinan di masa depan akan terulang."
"Nah, di Mentawai, kondisi itu terpenuhi, di masa lalu pernah terjadi 1797 dan 1833," jelas dia.
Baca juga: Gempa Megathrust Intai Empat Kabupaten di Jawa Tengah, Cilacap dan Kebumen Siap-siap
Sementara, gempa besar di zona megathrust Selat Sunda pernah terjadi pada 1699 dan 1780 dengan magnitudo 8,6.
Irwan mengatakan, kondisi kedua bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sepi.
Jadi, ada daerah yang kiri dan kanannya gempa terus namun bagian tengahnya sepi, dan kondisi ini juga terpenuhi.
Kemudian, kondisi ketiga, yakni zona tersebut sedang mengumpulkan atau mengakumulasikan energi.
Untuk mengetahui suatu zona sedang mengakumulasikan energi, hal itu bisa dilihat melalui pengamatan geodetik.
"Jadi, kami mengolah data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan kami membuktikan bahwa akumulasi regangan sedang terjadi," kata dia.
"Jadi, ibarat orang nabung, ini sedang numpuk tabungannya. Yang jadi pertanyaan, itu akan dikeluarkan tiba-tiba atau tidak," tambahnya.
Pasalnya, secara teori, suatu zona yang sedang mengalami strain accumulation, pasti akan ada release, dalam hal ini gempa bumi.
"Itulah kemudian yang menjadi perhatian dan alasan mengapa Zona Mentawai dan Selat Sunda lebih diwaspadai," tuturnya.
Zona Megathrust di Pulau Jawa
Tak hanya dua zona megathrust tersebut, BMKG menyebut, total ada 16 zona megathrust yang mengepung Indonesia.
Dari 16 zona megathrust tersebut, setidaknya, ada 4 zona megathrust yang mengepung Pulau Jawa.
Berikut 4 zona megathrust yang berada di sekitar Pulau Jawa dan potensi gempa bumi yang dihasilkannya:
1. Megathrust Bali
- Potensi magnitudo maksimum: M 9,0.
- Sejarah gempa yang terjadi: belum ada catatan.
2. Megathrust Jawa Tengah-Jawa Timur
- Potensi magnitudo maksimum: 8,9 M.
- Sejarah gempa yang terjadi: M 7,2 pada 1916 dan M7,8 pada 1994.
3. Megathrust Selat Sunda-Banten
- Potensi magnitudo maksimum: M 8,8.
- Sejarah gempa yang terjadi: M 8,5 pada 1699 dan 1780.
4. Megathrust Jawa Barat
- Potensi magnitudo maksimum: M 8,8.
- Sejarah gempa yang terjadi: M 8,1 pada 1903 dan M 7,8 pada 2006.
Baca juga: Gempa Bumi Megathrust Mengintai Indonesia, Bisa Picu Tsunami Lebih Dahsyat dari Tragedi Aceh
Selain 4 zona megathrust di Pulau Jawa, ada 12 zona megathrust lain yang tersebar di Indonesia.
Berikut daftarnya:
- Megathrust Aceh-Andaman (M 9,2).
- Megathrust Nias-Simelue (M 8,9).
- Megathrust Batu (M 8,2).
- Megathrust Mentawai-Siberut (M 8,7).
- Megathrust Mentawai-Pagai (M 8,9).
- Megathrust Enggano (M 8,8).
- Megathrust NTB (M 8,9).
- Megathrust NTT (M 8,7).
- Megathrust Laut Banda Selatan (M 7,4).
- Megathrust Laut Banda Utara (M 7,9).
- Megathrust Utara Sulawesi (M 8,5).
- Megathrust Lempeng Laut Filipina (M 8,2). (Kompas.com/Alicia Diahwahyuningtyas)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ada 4 Zona Megathrust yang Kepung Pulau Jawa, Potensi Gempa Maksimum hingga M 9,0".
Komentar
Posting Komentar