Keringat Dingin, Kemenhan Israel sampai Rapat di Bawah Tanah Jelang Serangan Lebanon dan Iran - Halaman all - Serambinews
SERAMBINEWS.COM - Keringat dingin, Kabinet Kementerian Keamanan (Kemenhan) Israel sampai rapat di bawah tanah jelang serangan Lebanon dan Iran yang dikabarkan dalam waktu dekat.
Laporan Channel 12 sebagaimana dilansir dari Times of Israel pada Jumat (9/8/2024), Kabinet melakukan rapat di Lubang, sebutan ruang komando bawah tanah sebagai latihan menghadapi kemungkinan situasi darurat, Kamis malam.
Rapat yang diadakan secara terus-terusan dalam beberapa hari terakhir ini membahas kesiapan Israel menghadapi potensi serangan oleh kelompok pejuang Islam Hizbullah di Lebanon, Kamis malam.
Israel tengah mempersiapkan diri menghadapi serangan yang dijanjikan oleh Iran dan para kelompok proksinya yang terlibat dalam beberapa pembunuhan besar baru-baru ini.
Baca juga: Kabinet Kementerian Israel Rapat Terus-terusan, Bersiap Hadapi Serangan Dahsyat Lebanon dan Iran
Baca juga: Israel Siapkan Dokumen ke Diplomatnya Seluruh Dunia, Bahan Bila Iran dan Lebanon Menyerang
Media Ibrani melaporkan, kabinet bertemu di ruang komando bawah tanah markas besar militer Kirya itu pertama kalinya pada malam 13-14 April 2024.
Rapat kala itu membahas serangan Iran yang meluncurkan sekitar 300 rudal dan pesawat tak berawak ke Israel, hampir semuanya dicegat.
Menurut Channel 13, penilaian Israel pada Kamis malam kemarin, Hizbullah akan mencoba menargetkan pejabat senior Israel.
Hal ini sebagai pembalasan atas pembunuhan Komandan Hizbullah, Fuad Shukr oleh Israel pada 30 Juli 2024, setelah serangan roket Hizbullah menewaskan dua belas anak di Dataran Tinggi Golan beberapa hari sebelumnya.
Sementara Menteri Pertahanan, Yoav Gallant mengeluarkan surat yang tidak biasa kepada rakyat Lebanon.
Dia memperingatkan dalam bahasa Arab bahwa Israel akan memerangi Hizbullah “dengan sekuat tenaga” jika kelompok itu terus meningkatkan ketegangan.
"Negara Israel menginginkan perdamaian, kemakmuran, dan stabilitas di kedua sisi perbatasan utara dan karena itu tidak akan membiarkan milisi Hizbullah mengganggu stabilitas perbatasan dan wilayah tersebut," tulis Gallant.
"Jika Hizbullah melanjutkan agresinya, Israel akan melawannya dengan sekuat tenaga," sambungnya.
Baca juga: Israel Ketar-ketir Jelang Serangan Besar-besaran Iran
Dia mengingatkan penyesalan [pemimpin Hizbullah Hassan] Nasrallah atas petualangan berbahaya dan tak terduga pada Agustus 2006 lalu.
Hal itu mengacu pada Perang Lebanon Kedua, konflik selama 34 hari yang meletus ketika pasukan Hizbullah menangkap dua tentara Israel dan membunuh beberapa lainnya.
“Mereka yang bermain api harus siap menghadapi kehancuran,” kata Gallant.
Wali Kota Haifa, Yona Yahav, juga merujuk pada Perang Lebanon Kedua pada hari Kamis, dengan mengatakan kepada lembaga penyiaran publik, Kan bahwa persenjataan Hizbullah jauh lebih canggih dibandingkan 18 tahun yang lalu.
"Rudal-rudal itu sangat presisi, dan mereka diperkirakan akan menembakkan 4.000 rudal ke arah kita setiap hari," kata Yahav.
"Itulah yang kami persiapkan [warga negara kami]. Bagaimanapun, kami meminta mereka untuk menyiapkan cukup makanan, cukup air, karena kami perkirakan mereka harus tinggal di sana [di tempat perlindungan dan daerah aman] selama empat hingga enam hari" jika Hizbullah menyerang, tambahnya.
Dalam penilaian di Komando Front Dalam Negeri IDF, Gallant mengatakan Israel berupaya memberikan peringatan yang memadai terhadap setiap serangan yang diharapkan.
Namun menyarankan warga untuk melanjutkan kehidupan seperti biasa jika tidak ada arahan khusus.
"Ketahanan masyarakat memungkinkan kita untuk membuat keputusan operasional yang tepat," kara Gallant.
"Dalam menghadapi upaya musuh untuk menebar ketakutan, kita harus melanjutkan kehidupan sehari-hari yang normal," tambahnya.
Israel telah bersiap menghadapi serangan sejak militer membunuh Shukr minggu lalu, beberapa jam sebelum Ismail Haniyeh, pemimpin politik kelompok Hamas yang juga tewas dalam ledakan di Teheran.
Kematian Haniyeh tidak diklaim atau disangkal oleh Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab hingga saat ini.
Iran, yang mendukung Hizbullah dan Hamas, bersumpah untuk membalas pembunuhan tersebut.
Laporan The Wall Street Journal pada Kamis kemarin, Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan Iran.
Negara Paman Sam itu mengingatkan, pemerintahan dan ekonomi Iran bisa mengalami pukulan yang menghancurkan jika melancarkan serangan besar terhadap Israel.
Pesan tersebut disampaikan secara langsung kepada Teheran maupun melalui perantara.
“Amerika Serikat telah mengirim pesan yang jelas kepada Iran. risiko eskalasi besar jika mereka melakukan serangan balasan yang signifikan terhadap Israel sangat tinggi,” kata seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya dalam laporan tersebut.
Teheran telah diberi tahu "bahwa ada risiko serius yang akan berdampak pada ekonomi Iran dan stabilitas pemerintahan yang baru terpilih jika negara itu terus menempuh jalan itu," pejabat itu menambahkan.
Peringatan itu tidak dimaksudkan untuk mengkomunikasikan bahwa AS akan menyerang Iran secara langsung sebagaimana laporan Journal mengutip pejabat Amerika.
Republik Islam dilaporkan ragu-ragu apakah akan melancarkan serangan. Tetapi pada Rabu kemarin, CNN melaporkan pejabat Israel menilai Hizbullah mungkin menyerang Israel dalam beberapa hari mendatang, terlepas dari Iran sendiri.
Israel telah menyampaikan kepada Hizbullah dan Iran bahwa setiap serangan terhadap warga sipil di Israel akan melewati batas merah dan mengakibatkan respons yang tidak proporsional, menurut Channel 12.
Jaringan yang sama melaporkan pada Kamis kemarin bahwa Israel telah bersiap tidak hanya untuk melawan roket dan rudal, tetapi juga untuk mencegah penetrasi lintas perbatasan melalui darat atau laut.
Israel Siapkan Dokumen ke Diplomatnya Seluruh Dunia
Sementara diberitakan sebelumnya, Israel menyiapkan dokumen sebagai dasar ke diplomatnya seluruh dunia, bahan respon bila Iran dan Lebanon menyerang.
Dilansir dari Times of Israel pada Kamis (8/8/2024), Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Israel telah mendistribusikan dokumen kepada para duta besarnya di seluruh dunia.
Dokumen itu nantinya sebagai dasar yang digunakan untuk mempersiapkan kemungkinan tanggapan Israel bila mendapat serangan besar-besar negara Islam.
Menurut berita Channel 12, teks tersebut dirumuskan pada beberapa pertemuan yang melibatkan Menteri Luar Negeri Israel Katz dan pejabat senior lainnya.
Intinya, menjelaskan bahwa Israel tidak akan membiarkan serangan Iran atau Hizbullah tidak dibalas.
Dokumen tersebut sengaja dibuat untuk menggambarkan Iran sebagai “kepala ular” dan penyebab utama ketidakstabilan regional.
"Meskipun Israel selalu lebih memilih solusi diplomatik, Israel tetap bertekad untuk melindungi warganya dengan cara apa pun," demikian perintah yang ditekankan kepada para diplomat Israel yang bertugas di luar negeri.
"Bertindak sebagaimana negara yang bertanggung jawab, demokratis, dan taat hukum akan bertindak dalam situasi yang sama," sambungnya.
Dalam dokumen tersebut ditekankan, Iran adalah provokator utama ketidakstabilan regional, pembiayaan, pelatihan, persenjataan, dan pengarahan proksinya.
"Termasuk Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ) di Gaza, Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak dan Suriah, dan Houthi di Yaman," demikian pernyataan salinan dokumen berbahasa Inggris yang diperoleh The Times of Israel.
Selama sepuluh bulan terakhir, Iran telah melancarkan serangan tanpa henti terhadap Israel dan warga negaranya.
Meluncurkan ratusan rudal dan pesawat nirawak dari wilayahnya dan mengancam akan melancarkan serangan terkoordinasi lebih lanjut dari proksi-proksi ini.
Pihaknya mencatat, serangan berkelanjutan Hizbullah dari Lebanon terhadap Israel yang melibatkan lebih dari 6.500 roket, lebih dari 100 rudal anti-tank, dan ratusan kendaraan udara nirawak.
"Menyebabkan kematian 44 orang dan melukai puluhan orang, termasuk banyak warga sipil," tulis dalam dokumen tersebut
"Ini termasuk 12 anak yang terbunuh akibat serangan roket Hizbullah di desa Druze, Majdal Shams, yang “mewakili garis merah yang tidak dapat diabaikan Israel," sambungnya.
Sementara kelompok pejuang Islam Hizbullah dan Iran sama-sama bersumpah untuk membalas kematian komandan Hizbullah Fuad Shukr yang tewas dalam serangan Israel di Beirut Selasa malam lalu dan kepala Hamas Ismail Haniyeh di Teheran yang tewas dalam ledakan bom di Teheran beberapa jam kemudian.
Israel belum secara terbuka menyatakan atau menyangkal bertanggung jawab atas kematian Haniyeh.
Iran mengancam akan menghukum Israel atas pembunuhan tersebut, dengan memperingatkan bahwa responnya akan lebih keras daripada serangannya pada 13-14 April.
Ketika itu, Iran menembakkan 300 pesawat nirawak dan rudal yang hampir semuanya berhasil dicegat ke Israel sebagai balasan atas dugaan serangan Israel di Suriah yang menewaskan dua jenderal di Korps Garda Revolusi Islam.
Meskipun ada ancaman dari Iran dan Hizbullah, serangan besar lainnya belum juga dilancarkan sampai saat ini.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah menegaskan ketidakpastian mengenai tanggal responnya yang merupakan “bagian dari hukuman” bagi Israel.
Di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan pada minggu lalu bahwa Israel "berada pada tingkat kesiapan yang sangat tinggi untuk skenario apa pun, baik secara defensif maupun ofensif."
“Menuntut harga yang sangat mahal untuk setiap tindakan agresi terhadap kami dari front mana pun,” kata Netanyahu.
Sementara Amerika Serikat telah terlibat dalam upaya intensif untuk meredakan konflik, dengan sejumlah pejabat Gedung Putih mengatakan kepada Washington Post bahwa upaya diplomatik untuk meredakan serangan balasan Iran mungkin berhasil.
Hal itu setelah AS segera mengerahkan pasukannya ke wilayah tersebut, dan menyampaikan pesan kepada Iran yang memperingatkan konsekuensi serius bagi pemerintahan baru Presiden Masoud Pezeshkian.
(Serambinews.com/Sara Masroni)
BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar