Nasib Tak Jelas, Begini Kondisi Astronot NASA yang Terjebak di Orbit - inews

 

Nasib Tak Jelas, Begini Kondisi Astronot NASA yang Terjebak di Orbit

JAKARTA, iNews.id - Astronot NASA Sunita Williams dan Barry Wilmore terjebak di orbit. Keduanya berjuang keras di International Space Station (ISS) untuk bertahan tanpa tahu kapan akan pulang.

Starliner milik Boeing rusak dan memperpanjang misi Williams dan Wilmore di luar angkasa. Laporan menunjukkan, para astronot hidup dalam kondisi kurang ideal. Para astronot mempunyai pengaturan tidur kurang layak, meningkatnya stres psikologis, dan risiko kesehatan. Terlepas dari semua ini, pejabat NASA dengan berani mengklaim, para astronot menikmatinya.

"Saya tahu jika saya berada di posisi mereka, saya akan sangat senang berada di sana. Saya akan senang jika diberi waktu tambahan," kata Administrator asosiasi di Direktorat Misi Operasi Luar Angkasa NASA sebagaimana dikutip dari Daily Mail, Selasa (20/8/2024)

Williams dan Wilmore seharusnya hanya berada di ISS selama delapan hari saat mereka diluncurkan dengan Starliner milik Boeing pada Juni. Tapi, masalah sistem pendorong membuat pesawat tidak aman melepas dock dan membawa astronot pulang.

NASA dan Boeing telah menyusun rencana memulangkan para astronot dengan selamat ke Bumi. Tapi, belum mengambil keputusan hingga akhir bulan.

Para pejabat saat ini sedang mempertimbangkan risiko mengirim Williams dan Wilmore pulang menggunakan Starliner yang rusak dibanding kendaraan antariksa Crew Dragon SpaceX yang baru diluncurkan pada September.

Jika SpaceX menempuh rute tersebut, astronot akan tetap berada di ISS hingga Februari 2025, sehingga memperpanjang misi menjadi delapan bulan. Tinggal dalam kondisi sempit di ISS dalam waktu yang tak terduga lama pasti akan menguji kesabaran para astronaut, terutama dalam hal pengaturan tidur.

ISS hanya dilengkapi enam kamar tidur pribadi, tapi sudah ada tujuh astronot di dalamnya saat Williams dan Wilmore tiba. Artinyatiga dari mereka tidak memiliki tempat tidur yang layak.

Williams dan salah satu astronot yang sudah berada di stasiun tersebut tidur di kamar tidur kurang canggih disebut Crew Alternate Sleep Accommodations (CASA). Namun Wilmore terpaksa berkemah di dalam kantong tidur di dalam modul Kibo milik Badan Antariksa Jepang.

Selama wawancara dengan Society of Women Engineer pada 18 Agustus, Williams juga mengungkapkan ketidaknyamanannya karena kurangnya pancuran di ISS.

"Tentu saja, kami tidak punya pancuran di sini. Mungkin saya akan lebih siap untuk itu." katanya.

Gangguan kecil seperti ini dapat membebani astronot yang menghabiskan waktu lama di ISS, dan bahkan dapat menimbulkan tantangan psikologis.
Dalam misi simulasi luar angkasa, beberapa orang mengalami 'fenomena kuartal ketiga' yakni penurunan motivasi.

Kondisi yang dialami para astronot dapat membuat mereka merasa mudah tersinggung, tegang, dan tidak termotivasi. Terlepas dari semua tantangan ini, pejabat NASA mengatakan Williams dan Wilmore bersenang-senang di sana.

Meskipun para astronot berusaha tegar, tubuh mereka menderita akibat kondisi penerbangan antariksa yang keras. Banyak penelitian telah menemukan perjalanan panjang di luar angkasa menyebabkan hilangnya kepadatan tulang, atrofi otot, paparan radiasi yang intens, masalah penglihatan, dan masalah kesehatan serius lainnya.

Delapan bulan bukanlah waktu terlama yang pernah dihabiskan seorang astronot di ISS. Namun, seiring berjalannya waktu, Williams dan Wilmore menghadapi risiko lebih besar terkena kanker, osteoporosis, dan penyakit yang mungkin diakibatkan oleh penerbangan luar angkasa jangka panjang.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya