Pengamat: Fenomena Calon Tunggal di Pilkada adalah Kecelakaan Sejarah, Harus Dilawan
Kompas.tv - 11 Agustus 2024, 09:45 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV- Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow menilai fenomena calon tunggal adalah kecelakaan sejarah. Sebab dibolehkannya calon tunggal dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) membuka ruang bagi partai politik dan elite politik untuk mengatur siasat agar calon kepala daerah bisa mereka tentukan, bukan lagi ditentukan oleh rakyat melalui Pilkada.
Demikian Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow merespons isu calon tunggal atau kotak kosong pada Pilkada Jakarta, Sabtu (10/8/2024).
“Artinya dukungan partai terhadap Paslon dibuat dalam koalisi gemuk sehingga yang muncul hanya bisa satu Paslon,” ucap Jeirry.
Menurut Jeirry, fenomena calon tunggal ditunjang dengan syarat rekomendasi partai politik harus dari Pimpinan Pusat. Akibatnya proses penjaringan dan pencalonan dari bawah yang dilakukan di daerah, tak lagi bermakna.
Baca Juga: PKB Nyatakan Bersinergi dengan Gerindra di Pilkada Jakarta, Bagaimana Nasib Dukungan ke Anies?
“Sebab semua ditentukan oleh pusat. Pimpinan Pusat bahkan bisa mendrop calon dari pusat yang tak mengakar dan tak dikenal rakyat di daerah itu untuk menjadi calon tunggal dengan dukungan koalisi parpol mayoritas yang ditentukan oleh Pusat,” kata Jeirry.
Oleh karena itu, Jeirry menilai calon tunggal bertentangan dengan prinsip demokrasi. Sebab menurutnya, lewat calon tunggal ini, para elit kekuasaan mengebiri kehendak rakyat untuk kepentingan kekuasaan mereka saja.
“Mereka ingin mendapatkan kekuasaan dengan jalan demokrasi yang cacat. Mereka ingin menduduki jabatan dengan memanipulasi suara rakyat tanpa rakyat menyadarinya. Jadi seolah-olah demokratis padahal demokrasi yang dikebiri oleh mereka. Rakyat memang memilih, tapi memilih yang sudah mereka tentukan lewat prosedur yang dibajak,” ujarnya.
Baca Juga: Respons Anies soal Akan Berhadapan dengan Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta: Sederhana Itu
“Karena itu, maka calon tunggal dalam Pilkada harus dilawan. Rakyat harus bangkit untuk melawan pemilu yang dikebiri oleh para elit tersebut,” tambah Jeirry.
Sumber : Kompas TV
Komentar
Posting Komentar