3 Fakta Point Nemo, Titik di Samudra Pasifik yang Lebih Dekat ke Stasiun Luar Angkasa daripada ke Daratan Halaman all - Kompas
/data/photo/2024/05/20/664aa21438e63.png)
KOMPAS.com - Di bagian tengah dan terdalam dari Samudra Pasifik, terdapat "kuburan" bagi satelit-satelit luar angkasa yang sengaja dijatuhkan ke Bumi.
Kuburan dari satelit-satelit luar angkasa itu dijuluki sebagai Point Nemo, yang juga dikenal sebagai tempat paling sepi di muka Bumi yang tidak dapat diakses.
Point Nemo berada sangat jauh dari daratan di dunia bagian mana pun, bahkan lokasinya lebih dekat dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dengan jarak hanya 415 km (258 mil) saat melintas di atas kepala.
Lokasinya sangat terpencil, sehingga membutuhkan waktu berhari-hari untuk melintasi lautan sepanjang 2.700 kilometer (km) dari sebidang tanah terdekat yang berupa pulau kecil yang dihuni oleh burung-burung.
Kondisi yang ekstrem itu kemudian membuat Point Nemo menjadi target menarik bagi industri luar angkasa, dilansir dari Live Science (2/12/2023).
Berikut ini sejumlah fakta dari Point Nemo:
Baca juga: Mengenal Point Nemo, Lokasi Kuburan Roket dan Sampah Luar Angkasa
Kuburan satelit luar angkasa
Sejak tahun 1970-an, program luar angkasa global telah menjatuhkan hampir 300 pesawat luar angkasa yang sudah tidak digunakan lagi, termasuk stasiun luar angkasa dan satelit, ke dalam laut, tepat di Point Nemo.
Baru-baru ini, NASA mengumumkan akan melakukan hal yang sama dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang telah mengorbit selama 25 tahun dan yang akan resmi pensiun pada tahun 2031.
Baca juga: Dijual Cuma Rp 1.550 Per Meter Persegi, Baru 3 Bidang Tanah di Gotene Swedia yang Laku
Stasiun luar angkasa yang memiliki panjang 109 meter dan berat 419.725 kg itu menjadi tambahan terbesar ke kuburan luar angkasa di Point Nemo.
Analis puing-puing antariksa di Badan Antariksa Eropa, Stijn Lemmens mengatakan, menenggelamkan wahana antariksa ke dalam lautan mungkin tampak seperti langkah yang ekstrem.
Namun, tetap membiarkannya terus beredar di luar angkasa juga bukan solusi yang baik.
Pasalnya, saat ini ini ada 40.000 obyek buatan manusia yang diketahui mengorbit planet kita, mulai dari yang berukuran 5 cm hingga pesawat raksasa seperti ISS.
Baca juga: [HOAKS] Ada Gua Raksasa di Bawah Kuala Lumpur, Malaysia
Stijn mengatakan, semakin padat puing-puing antariksa, semakin besar pula risiko tabrakan antarpuing tersebut.
Hal itu menyebabkan tabrakan semakin cepat, sehingga berpotensi memicu serangkaian tabrakan yang akan menghancurkan puing-puing antariksa menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.
Jadi, kedalaman laut yang paling terpencil ini telah menjadi pilihan terbaik untuk meminimalkan risiko saat wahana antariksa jatuh.
Baca juga: Ilmuwan Temukan “Oksigen Gelap” di Dasar Samudra Pasifik, Bukan Hasil Fotosintesis
Point Nemo adalah zona mati laut
Namun, apakah menenggelamkan wahana antariksa di Point Nemo menjadi pilihan yang tepat? Hal ini mengingat kehidupan yang ada di dalam lautan.
Menurut penelitian, ada alasan lain mengapa Point Nemo merupakan kuburan satelit yang ideal, dikutip dari BBC (9/10/2023).
Pasalnya, arus laut yang lemah di wilayah tersebut dan keterpencilannya dari daratan membatasi aliran nutrisi ke bagian laut tersebut.
Selain itu, ditambah dengan sinar UV yang sangat kuat, menjadikannya tempat yang menantang bagi kehidupan untuk bertahan hidup dan berkembang.
Penelitian telah menemukan biomassa yang sangat rendah di wilayah tersebut, dan diyakini mengandung sangat sedikit keanekaragaman hayati.
Baca juga: Aksi Nekat Bajak Laut Somalia Serang 2 Kapal Perang AS Pakai Peluncur Roket
Orang pertama yang sampai di Point Nemo
Meskipun menjadi tempat terpencil di Bumi, namun penjelajah asal Inggris, Chris Brown dan anaknya telah membuat sejarah dengan menjadi orang pertama yang mencapai Point Nemo.
Dalam sebuah unggahannya di media sosial, pengusaha 61 tahun itu mengungkapkan kepuasannya karena berhasil menaklukkan titik tersepi di muka Bumi itu.
"Point Nemo, kutub samudra yang tidak dapat diakses, berhasil diselesaikan pada hari Rabu 20 Maret 2024," tulisnya dikutip dari Times of India (22/4/024).
Baca juga: Ini Kondisi Cuaca yang Bisa Batalkan atau Tunda Penerbangan
"Setelah berdiri dengan bendera di Polandia lainnya, saya pikir itu akan menjadi ide yang bagus untuk masuk ke dalam air dan menjadi orang pertama yang pernah berenang di Point Nemo," tambahnya.
Perjalanan Brown ke Point Nemo adalah bagian dari ambisinya yang lebih besar untuk mengunjungi delapan kutub Bumi yang tidak dapat diakses.
Sejak memulai pencariannya pada 2019, dia berhasil menjangkau lima kutub benua, masing-masing mewakili titik terjauh dari laut atau daratan di peta.
Baca juga: Giliran Papua Nugini Siap Sambut Antusias Kehadiran Paus Fransiskus...
Pada Desember 2021, Brown berhasil menjadi orang pertama yang mencapai Kutub Afrika yang tidak dapat diakses selama ekspedisi yang berani ke Republik Afrika Tengah.
Dengan pencapaiannya baru-baru ini di Point Nemo, Brown sekarang telah mengunjungi kutub yang tidak dapat diakses di Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia.
Adapun hanya kutub Eurasia dan Arktik yang tersisa, masing-masing menghadirkan serangkaian risiko dan tantangan uniknya sendiri
Baca juga: Kisah Pasangan Suami Istri di Kanada, Meninggal Usai Mencoba Menyeberangi Samudra Atlantik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar