Kisah Moetiah, Anggota Gerwani yang Minta Berdoa dan Qiroah Sebelum Dieksekusi di Tengah Hutan Plumbon Semarang Halaman all - Kompas

 

Kisah Moetiah, Anggota Gerwani yang Minta Berdoa dan Qiroah Sebelum Dieksekusi di Tengah Hutan Plumbon Semarang Halaman all - Kompas

SEMARANG, KOMPAS.com - Sebuah makam di Hutan Plumbon, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang menjadi saksi bisu peristiwa pembantaian G30S PKI.

Bagi orang awam cukup sulit menemukan makam tempat persemayaman terakhir korban pembantaian di hutan tersebut.

Makam itu benar-benar berada di tengah hutan. Lokasinya juga dipenuhi dengan rumput ilalang yang menutupi area jalan menuju lokasi.

Baca juga: Sneevliet, Pembisik Semaoen Ketua PKI Pertama Saat Menghimpun Massa di Semarang

Sepintas, seperti tak ada jalan menuju lokasi tersebut. Pengunjung harus melewati lahan pertanian warga dan jembatan kecil dari kayu yang menghubungkan ke lokasi makam.

Lokasinya juga cukup jauh dengan permukiman warga. Namun, mayoritas warga sekitar sudah mengetahui keberadaan makam korban G30S PKI tersebut.

Sebelum Kota Semarang melakukan pelebaran wilayah, Kawasan Hutan Plumbon masuk Kabupaten Kendal.

Korban yang disemanyamkan di lokasi tersebut mayoritas juga berdomisili dari Kabupaten Kendal.

Aktivis kemanusiaan dan pegiat HAM, Yunantyo Adi mengatakan, kuburan massal itu berupa dia lubang yang menyerupai sumur.

Di lokasi pemakaman tersebut terdapat batu nisan yang tertulis delapan nama yang ikut dimakamkan.

"Memang ada delapan nama tapi yang paling populer hanya dua nama. Yang lainnya bisa dibilang pengurus ranting atau pengurus desa," jelasnya kepada Kompas.com, Kamis (29/8/2022).

Baca juga: Mengintip Rumah Persembunyian Pemimpin Senior PKI DN Aidit di Solo

Ada beberapa nama tokoh yang sering disebut ikut dimakamkan di Hutan Plumbon, seperti Moetiah dan Soesetyo.

Dia menyebut, Moetiah merupakan bangsawan Syar'i yang aktif di Gerwani. Moetiah juga aktif mengajar dan membuat Taman Anak-anak Melati.

"Dia (Moetiah) guru di situ," ujarnya.

Berdasarkan sumber yang ikut mendampingi eksekusi di Hutan Plumbon, sebelum eksekusi Moetiah sempat meminta berdoa dan membaca qiroah di lokasi tersebut.

"Berdasarkan cerita warga yang ikut eksekusi memang korban meminta qiroah dulu," imbuhnya.

Selain Moetiah, ada juga mantan Wakil Bupati Kendal bernama Soesetyo yang juga ikut dieksekusi di Hutan Plumbon.

"Mereka dieksekusi setelah Bulan Ramadhan. Jika dilihat Peristiwa 1965 terjadi pada Desember," ungkapnya.

Moetiah, korban G30S PKI asal Kendal diberi waktu untuk berdoa dan baca qiroah sebelum akhirnya ditembak oleh tentara. Selain pandai qiroah, Moetiah juga dikenal pintar nyinden dan aktif mengajar sebagai guru TK.

Saat ini dia dimakamkan bersama korban yang lain di Hutan Plumbon, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Mangkang, Jawa Tengah.

Selain Moetiah, ada juga toko masyarakat asal Kendal yaitu Soesetyo yang pernah menjadi bupati Kendal pada masa itu. Tempat pemakaman kedua orang tersebut diyakini berisi jenazah orang yang dituduh terlibat gerakan G30S PKI.

Yunantyo Adi mengatakan, kuburan massal itu berupa dua lubang yang menyerupai sumur yang berisi 24 jenazah asal Kendal. Masing-masing mempunyai ukuran sekitar 1,5 meter.

Menurutnya, Hutan Plumbon saat itu masih ikut wilayah Kendal sebelum Kota Semarang melakukan perluasan wilayah.

"Semua jenazah yang dikubur di Hutan Plumbon semuanya orang Kendal," jelasnya.

Baca juga: Viral, Video Pria Rusak Patung Garuda Pancasila Sambil Teriak PKI di Nganjuk

Ia mengatakan, selama tiga tahun dirinya mencari jejak kuburan massal korban tragedi G30S PKI di Kota Semarang, hingga akhirnya dia mampu mengidentifikasi nama-nama jenazah yang dimakamkan di Hutan Plumbon.

Yunantyo menyebutkan, sebelum UNESCO memilih Hutan Plumbon sebagai situs edukasi sejarah persekusi korban perang, dulunya makam tersebut digunakan untuk mencari nomor judi togel.

"Memang dulunya itu dibuat untuk mencari nomor togel. Berdasarkan keterangan warga memang seperti itu. Bahkan, mereka yang membersihkan rumput-rumputnya," ucapnya.

Karena dibuat mencari nomor togel, membuat Yunantyo mudah untuk mendekati warga. Untuk itu, ia dan warga sekitar bersepakat untuk menjadikan Hutan Plumbon sebagai tempat untuk edukasi.

Cara tersebut, menurutnya lebih efektif untuk memberi edukasi kepada warga sekitar. Meski demikian, saat itu ia tak mau menyentuh soal ideologi karena Yunantyo tak mau menciptakan rasa dendam.

"Saat itu kami hanya ingin agar jenazah yang ada di Hutan Plumbon dimakamkan dengan layak," imbuhnya.

Merespon soal wacana pemutaran film G30S PKI yang disutradarai mendiang Arifin C Noer, menurutnya pemerintah harus membuat film lagi yang lebih menonjolkan rekonsiliasi.

"Menurut saya, pemerintah membuat film sendiri dengan kajian yang detail dan mengedepankan aspek rekonsiliasi," ujarnya.

Soal nonton bareng, ia merasa heran. Menurutnya, film G30S PKI bisa ditonton di YouTube kapan saja. Untuk itu, ia merasa tak perlu nonton bareng karena sudah bisa ditonton di YouTube.

"Kan sudah ada di YouTube film tersebut. Melalui YouTube malah leluasa," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya