Soal Bullying PPDS Undip, Menkes Akui Sudah Kantongi Rekaman-Chat WA - detik

 

Soal Bullying PPDS Undip, Menkes Akui Sudah Kantongi Rekaman-Chat WA

Jakarta 

-

Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengaku sudah mendapatkan bukti terkait dugaan bullying di balik meninggalnya 'dr ARL', residen PPDS anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip). Bukti-bukti tersebut didapatkan Menkes Budi dari hasil investigasi internal yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Menkes Budi mengatakan pihaknya telah mengantongi bukti berupa percakapan WhatsApp, catatan, hingga rekaman suara. Dirinya meyakini adanya bentuk intimidasi hingga perundungan kepada residen selama PPDS.

"Kita sudah dapat semua WA-nya, catatannya, semua rekamannya. Itu kan para PPDS itu dipanggil, kemudian diarahkan, diintimidasi, harus begini-begini," ujar Menkes Budi di RSUP Dr Sardjito, dikutip dari detikJogja, Kamis (29/8/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait rekaman suara, Budi mengatakan jika bukti tersebut sudah cukup gamblang untuk menguak kasus ini. Bukti-bukti tersebut saat ini sudah dilimpahkan ke pihak kepolisian.

"Kan dapat juga kita rekamannya itu sudah ada semua. Jadi udah gamblang," ujar Menkes Budi.

"(Hasil investigasi) Sudah kita berikan ke polisi," sambungnya.

Bentuk-bentuk Bullying di PPDS

Melalui investigasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI, berhasil ditemukan bentuk-bentuk perundungan yang terjadi di lingkaran PPDS.

"Saya sudah tahu semua kok berapa harus bayarnya, mereka praktiknya seperti apa, yang kerja di rumah sakit pendidikan itu sebenarnya hanya dokter-dokter PPDS saja, yang lain nggak pernah kerja di sana," ujar Menkes Budi.

"Kalau misalnya di ruang operasi PPDS yang juga ngerjain, dokternya hanya lima menit pertama, (setelahnya) ditinggalkan," lanjutnya.

Menkes Budi menambahkan dirinya akan terus berusaha untuk menghilangkan praktik perundungan yang ada di lingkaran PPDS.

"Mudah-mudahan, mimpi kedua, saya bisa berhasil hilangkan praktik bullying yang sangat tidak manusiawi ini dalam pendidikan dokter spesialis di kita. Secepatnya," pungkas dia.

(dpy/naf)

Baca Juga

Komentar