OPEC Prediksi Konsumsi Minyak Dunia Naik 1,9 Juta Barel per Hari pada 2024

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas prospek pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2024, penurunan yang ketiga secara berturut-turut.

OPEC Prediksi Konsumsi Minyak Dunia Naik 1,9 Juta Barel per Hari pada 2024. (Foto: MNC Media)
IDXChannel - Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas prospek pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2024, penurunan yang ketiga secara berturut-turut.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (15/10/2024), OPEC memprediksi konsumsi minyak global akan meningkat sebesar 1,9 juta barel per hari — sekitar dua persen — pada 2024, 106.000 barel per hari lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya,
"Revisi ini sebagian besar didasari oleh data aktual yang diterima dikombinasikan dengan ekspektasi yang sedikit lebih rendah untuk beberapa wilayah," kata OPEC dalam laporannya.
Bahkan setelah pemangkasan ini, prospek pertumbuhan permintaan minyak global yang dirilis OPEC masih jauh lebih tinggi dibandingkan prediksi yang dikeluarkan bank Wall Street dan rumah-rumah dagang.
Angkanya masih dua kali lipat lebih tinggi dari perkiraan yang dirilis Badan Energi Internasional (IEA).
Sejumlah negara anggota OPEC mengindikasikan tidak terlalu mempercayai prospek yang dirilis sekretariat organisasi tersebut. Banyak dari mereka yang menunda rencana untuk memulihkan produksi minyak meski perkiraan OPEC menunjukkan defisit pasokan yang besar.
OPEC dan sekutunya berencana menghentikan pemangkasan produksi sebanyak 2,2 juta barel per hari secara bertahap mulai Desember, dua bulan lebih lambat dari yang direncanakan semula. Pengamat pasar seperti JPMorgan dan Citigroup skeptis rencana tersebut akan dilanjutkan mengingat masih lesunya ekonomi China dan terus melimpahnya stok minyak Amerika Serikat (AS).
Meskipun harga minyak mentah telah didorong oleh konflik di Timur Tengah, pada harga USD77 per barel, harga tersebut masih terlalu rendah untuk beberapa negara anggota OPEC plus. Upaya kartel tersebut untuk mengerek harga terhambat negara anggota yang enggan melakukan pemangkasan produksi, terutama Irak, Kazakhstan, dan Rusia.
Aliansi tersebut dijadwalkan bertemu pada 1 Desember untuk mempertimbangkan kebijakan produksi untuk tahun 2025. (Wahyu Dwi Anggoro)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar