Bos Badan Pangan Klaim Harga Beras-Telur RI Lebih Murah dari Malaysia
Rabu, 06 Nov 2024 19:22 WIB
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengklaim harga pangan di Indonesia lebih murah dibandingkan negara lain, termasuk Malaysia. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Abraham Utama).
Jakarta, CNN Indonesia --
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengklaim harga pangan di Indonesia lebih murah dibandingkan negara lain, termasuk Malaysia. Ia mengatakan sudah mengecek sendiri harga pangan di Negeri Jiran.
"Kalau harga pangan kita dibilang paling tinggi sebenarnya tidak juga. Saya kemarin cek sendiri di Singapura, Malaysia, Korea, dan beberapa tempat saat kita sedang visit, harga di rak itu semua kalau kita konversi (ke rupiah), lebih tinggi dari kita," kata Arief dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR, Rabu (6/11).
Berdasarkan temuan Arief di salah satu supermarket di Malaysia pada 10 Oktober lalu, beras dibanderol setara Rp14.104-Rp17.272 per kg. Kemudian, telur ayam Rp28.080-Rp30.600 per 10 butir, bawang putih Rp55.450 per kg, dan bawang merah Rp46.285 per kg.
Angka itu memang lebih mahal dibandingkan harga pangan di Indonesia.
Berdasarkan Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional, beras premium dibanderol Rp15.480 per kg, telur ayam Rp28.570 per kg. Selanjutnya, bawang putih Ro40.370 per kg dan bawang merah Rp34.020 per kg.
Namun, Arief mengatakan ada juga harga pangan yang lebih mahal di Malaysia dibandingkan Indonesia, yakni gula.
"Kalau gula mereka memang lebih murah karena mereka menggunakan refined sugar (gula rafinasi). Kita gula konsumsi kita pakai gula kristal putih, kita tidak gunakan gula rafinasi," imbuhnya.
Bank Dunia sebelumnya menyebut harga pangan khususnya beras di Indonesia lebih mahal dibandingkan negara AEAN lain. Namun, kesejahteraan petani justru masih rendah.
Berdasarkan Survei Terpadu Pertanian 2021, kesejahteraan petani Indonesia masih di bawah rata-rata, bahkan pendapatannya kurang dari US$1 per hari atau senilai Rp15.207 dan setahun di bawah US$341 dolar AS atau Rp5 juta.
Pendapatan ini dinilai tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani. Oleh karenanya, masyarakat Indonesia disebut harus membayar harga beras yang tinggi.
(fby/sfr)
Komentar
Posting Komentar