Cerita Lengkap 44 Prajurit TNI Serang Warga Deli Serdang hingga Tewas Halaman all - Kompas

 

Cerita Lengkap 44 Prajurit TNI Serang Warga Deli Serdang hingga Tewas Halaman all - Kompas

MEDAN, KOMPAS.com - Masyarakat Desa Selamat, Kabupaten Deli Serdang, masih teringat jelas peristiwa penyerangan brutal yang dilakukan sejumlah prajurit TNI dari Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 pada Jumat (9/11/2024) malam. 

Insiden tersebut mengakibatkan satu warga tewas dan belasan lainnya terluka.

Sekitar pukul 21.30 WIB, sekelompok prajurit Armed yang berjumlah 30 orang datang ke desa dengan membawa senjata tajam, benda tumpul, dan pistol.

Baca juga: Sahroni Sebut Warga Arogan dalam Kasus Penyerangan TNI di Deli Serdang, LBH: Melukai Hati Masyarakat

Mereka tiba menggunakan sepeda motor dan sebagian berjalan kaki.

Tony Seno Aji, seorang warga Dusun IV Desa Selamat, mengungkapkan bahwa penyerangan dimulai ketika mereka mencari seorang pemuda bernama Dewa.

“Kita tak tahu masalahnya apa. Nanya aja langsung kena pukul. Mereka membawa samurai, pentungan, banyak lah,” ungkap Tony saat diwawancarai di sebuah warung pada Selasa, 12 November 2024.

Baca juga: Kasus Serangan Brutal Anggota TNI ke Warga di Deli Serdang, Ada yang Diseret, Dihajar hingga Ditodong Pistol

Aksi tersebut memicu emosi pemuda setempat untuk melawan, namun mereka kalah jumlah.

Akibatnya, para prajurit Armed melarikan diri ke arah asrama, meninggalkan sekitar lima unit sepeda motor.

Penyerangan kedua terjadi setelah prajurit Armed mendapati dua anggota mereka yang tidak kembali ke asrama.

Tony menjelaskan bahwa prajurit Armed berprasangka bahwa masyarakat menyekap kedua prajurit tersebut.

“Datanglah rombongan kedua, ada sekitar ratusan orang, nyariin kawannya. Mana si Ginting, kalian sembunyikan ya, kata mereka,” ucap Tony.

Kepala Desa Selamat, Bahrun menjelaskan, sebelum penyerangan terjadi, pemuda setempat sempat berseteru dengan prajurit Armed saat berpapasan di jalan.

“Tapi ada cerita, pemuda sini sempat cekcok dengan prajurit itu saat berpapasan di jalan. Setelah itu, malamnya terjadi penyerangan,” ujarnya.

Akibat penyerangan tersebut, satu warga, Raden Barus (61), tewas, dan sekitar 13 orang lainnya luka-luka. Beberapa di antara mereka dirawat di Rumah Sakit Putri Hijau.

Kepala Dusun III, Binawati menyatakan, Raden ditemukan tergeletak di pinggir jalan dengan luka parah.

“Ada keluar darah dari telinga sebelah kanan. Kepala di bagian kirinya lembek. Mata di kirinya dicolok sesuatu, sama dengan dagunya. Luka sayat di punggung kanan dan bahu kirinya memar,” kata Binawati.

Raden keluar dari rumahnya karena khawatir cucunya terlibat bentrok, namun ia justru menjadi korban penyerangan.

Dampak psikologis dari insiden ini sangat terasa di kalangan warga, terutama anak-anak

“Banyak anak sekolah bilang ‘Mak, kayak mana ini, aku takut sekolah,’” ujarnya.

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menyebutkan bahwa penyerangan itu bermula dari konflik antara kelompok geng motor dan prajurit Armed.

“Jadi memang diawali oleh ya anak-anak muda kebut-kebutan pakai motor ditegur sama anggota,” jelas Panglima TNI.

Sebanyak 45 prajurit yang diduga terlibat dalam penyerangan telah diamankan oleh Polisi Militer Daerah Militer (Pomdam) I Bukit Barisan.

“Panglima juga sudah menyampaikan perkara tersebut sudah ditangani oleh Pomdam I/Bukit Barisan,” kata Komandan Pusat Polisi Militer TNI, Mayjen TNI Yusri Nuryanto.

Anggota DPR RI Ahmad Sahroni menanggapi peristiwa tersebut dengan menyarankan agar proses penegakan hukum diserahkan kepada TNI.

Namun, ia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak bersikap arogan.

“Rakyat kita ini, kadang arogansinya muncul, karena apa? Narkoba, minum, yang disalahin sekarang ini kebanyakan ya TNI, polisi, dan para pejabatnya,” ujarnya.

Direktur LBH Medan, Irvan Syahputra, mengkritik pernyataan Sahroni yang dinilai tidak berperspektif korban.

Ia meminta agar Pangdam/BB mengusut dan menindak tegas oknum anggota TNI yang terlibat.

“LBH Medan menyesalkan pernyataan dan sikap Ahmad Sahroni, di mana sikap dan pernyataan tersebut tidak berperspektif korban dan cenderung menyalahkan masyarakat,” kata Irvan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya