Kasus mpox di Afrika melonjak lebih 500 persen, 19 negara terdampak
3 November 2024 12:12 WIB
Addis Ababa (ANTARA) - Kasus terkonfirmasi mpox di Afrika tahun ini melonjak lebih dari 500 persen dibandingkan dengan total keseluruhan pada 2023, dengan 19 negara terdampak, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika.
Dalam konferensi pers daring pada Kamis (31/10) malam waktu setempat, Ngashi Ngongo, kepala staf sekaligus kepala kantor eksekutif di CDC Afrika, mengatakan sejak awal tahun ini, Afrika telah melaporkan 48.093 kasus mpox, dengan 10.372 kasus terkonfirmasi dan lebih dari 1.048 kasus kematian.
"Ketika kami membandingkan (kasus terkonfirmasi yang dilaporkan tahun ini) dengan keseluruhan 2023, itu adalah peningkatan lebih dari 500 persen," ujar Ngongo, seraya menambahkan bahwa "situasinya belum terkendali. Secara umum, kami masih berada dalam tren kenaikan."
Mauritius menjadi negara Afrika terbaru yang melaporkan kasus mpox, sehingga total negara yang terdampak menjadi 19.
Data dari CDC Afrika juga menunjukkan bahwa wilayah Afrika Tengah merupakan wilayah yang paling terdampak wabah ini, dengan menyumbang 85,7 persen dari total kasus yang dilaporkan dan 99,5 persen dari total kasus kematian.
Dalam konferensi pers daring pada Kamis (31/10) malam waktu setempat, Ngashi Ngongo, kepala staf sekaligus kepala kantor eksekutif di CDC Afrika, mengatakan sejak awal tahun ini, Afrika telah melaporkan 48.093 kasus mpox, dengan 10.372 kasus terkonfirmasi dan lebih dari 1.048 kasus kematian.
"Ketika kami membandingkan (kasus terkonfirmasi yang dilaporkan tahun ini) dengan keseluruhan 2023, itu adalah peningkatan lebih dari 500 persen," ujar Ngongo, seraya menambahkan bahwa "situasinya belum terkendali. Secara umum, kami masih berada dalam tren kenaikan."
Mauritius menjadi negara Afrika terbaru yang melaporkan kasus mpox, sehingga total negara yang terdampak menjadi 19.
Data dari CDC Afrika juga menunjukkan bahwa wilayah Afrika Tengah merupakan wilayah yang paling terdampak wabah ini, dengan menyumbang 85,7 persen dari total kasus yang dilaporkan dan 99,5 persen dari total kasus kematian.
Pada pekan lalu, Benua Afrika melaporkan 2.766 kasus baru, dengan 1.254 kasus terkonfirmasi, serta 34 kasus kematian baru. Dia mengatakan Republik Demokratik (RD) Kongo dan Burundi menyumbang 94 persen dari semua kasus terkonfirmasi baru.
Badan kesehatan khusus Uni Afrika (UA) juga menyatakan kekhawatiran atas peningkatan kasus mpox di Liberia dan Uganda baru-baru ini. Menurut Ngongo, beberapa faktor risiko yang berkontribusi terhadap penyebaran mpox yang cepat di Uganda terkait dengan penularan lintas batas dan seksual virus tersebut.
Mpox, yang dikenal sebagai cacar monyet, kali pertama terdeteksi pada monyet laboratorium pada 1958. Mpox merupakan penyakit virus langka yang biasanya menular melalui cairan tubuh, percikan pernapasan, dan benda yang terkontaminasi lainnya. Infeksi mpox biasanya menyebabkan demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Pada pertengahan Agustus, CDC Afrika menyatakan wabah mpox yang sedang merebak di Afrika tersebut sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Mengancam Keamanan Benua (Public Health Emergency of Continental Security/PHECS).
Tak lama setelah itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan mpox sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC), mengaktifkan peringatan global level tertinggi untuk mpox, kali kedua dalam dua tahun.
Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2024
Tags:
Komentar
Posting Komentar