Malaysia Lirik Perkembangan PTDI Berdiri Sejak 1976 Sebut Pabrikan Dirgantara Indonesia Terkemuka di Asia - Zona Jakarta
Malaysia Lirik Perkembangan PTDI Berdiri Sejak 1976 Sebut Pabrikan Dirgantara Indonesia Terkemuka di Asia - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.com - Salah satu pabrikan dirgantara Indonesia, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kembali mencuri perhatian.
PTDI dikabarkan telah menjalin kerja sama dengan perusahaan asal Brasil, Embraer.
Kedua perusahaan telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk meningkatkan kerja sama di bidang penerbangan komersial.
Hal itulah yang mencuri perhatian media asal Malaysia, Defence Security Asia.
Dalam artikel berjudul “Embraer, PTDI Indonesia Tandatangani MoU untuk Memperkuat Kerjasama di Bidang Penerbangan Komersial”, (22/11/24) media Malaysia itu menyoroti perkembangan PTDI sejak berdiri berpuluh-puluh tahun yang lalu.
PTDI didirikan pada tahun 1976, perusahaan ini terus berkembang dan berhasil menjadi salah satu pemimpin industri dirgantara di kawasan.
Pabrikan pertahanan asal Indonesia ini sudah bisa membuat pesawat sipil, militer, baik itu kelas ringan maupun menengah.
Bahkan, PTDI mampu mengubah konfigurasi sistem, dan mengembangkan struktur pesawat untuk keperluan misi tertentu seperti patroli maritim, pengawasan, dan operasi penjaga pantai.
Oleh sebab itu, Defence Security Asia menyebutnya sebagai salah satu perusahaan terkemuka di Asia.
“PTDI adalah salah satu perusahaan dirgantara pribumi terkemuka di Asia”, ungkapnya.
Baca Juga:
Mengutip TNI AU dalam artikel “Kepak Sayap Dirgantara Indonesia Menjangkau Dunia”, (21/8/23) menjelaskan betapa pentingnya perusahaan pertahanan macam PTDI bagi Indonesia.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar, memiliki 17 ribu lebih pulau di dalamnya.
Saking luasnya wilayah Indonesia dari ujung ke ujung, dibutuhkan teknologi kedirgantaraan yang mampu mewujudkan konektivitas.
Sejalan dengan cita cita dan warisan Bapak Dirgantara dan Teknologi Indonesia BJ Habibie dalam membangun serta mendekatkan jarak antar pulau di Indonesia, maka PTDI pun hadir.
PTDI yang di dalamnya terdapat anak-anak bangsa, mereka berkarya dan mengembangkan berbagai macam pesawat.
Sebut saja CN235, NC212i, N219 Nurtanio hingga Helikopter AS565 MBe menjadi andalan yang terus diproduksi.
CN235 sebagai salah satu produk andalan, dirancang sebagai pesawat yang dapat mengemban berbagai macam misi.
Pesawat yang dapat terbang selama 11 jam, dibuat untuk mencuri daya tarik konsumen domestik hingga internasional.
Tercatat, PTDI telah mengirim puluhan unit dari berbagai model ke berbagai negara.
Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Brunei Darussalam, Vietnam, Nepal dan Senegal adalah beberapa negara yang sudah membeli produk PTDI.
Baca Juga:
Saat ini, PTDI sedang berupaya untuk mendapat ilmu membangun jet tempur.
Proyek bersama Korea Selatan membangun jet tempur KF-21 Boramae lah yang dimanfaatkan oleh PTDI.
Indonesia sebagai satu-satunya mitra mendapat keistimewaan, yaitu dilibatkan dalam proses pengembangan jet tempur itu.
Indonesia yang diwakilkan oleh PTDI telah mengirim 100 insinyur ke Korea Selatan mengembangkan KF-21 Boramae.
Menurut kabar terakhir, PTDI dan Kemhan RI telah menggelar rapat membahas soal kemajuan proyek KF-21 Boramae.
“Kemhan RI dan PTDI membahas kemajuan program pembuatan KF-21 Boramae yang merupakan satu dari sepuluh program prioritas industri pertahanan nasional”, tulis Antara (8/11/24) dalam artikel “Kemenhan dan PT DI bahas kemajuan program jet tempur KFX/IFX”.
Pada kesempatan itu, Dirut PTDI Gita Amperiawan menyampaikan hal penting terkait program ini.
Gita menegaskan bahwa proyek KF-21 Boramae harus memberikan manfaat maksimal bagi Indonesia.
“Intinya dalam program ini, Indonesia khususnya industri pertahanan nasional harus dapat manfaat yang maksimal”, ucap Gita.
Bagi Dirut PTDI, ikut terlibat dalam proyek KF-21 Boramae adalah kesempatan emas bagi Indonesia agar bisa membangun jet tempurnya sendiri.
Baca Juga:
Melalui program transfer teknologi, PTDI ingin memiliki kemampuan untuk membangun jet tempur.
“Harus ada keseriusan ke depan kita punya kemampuan di bidang produksi fighter (jet tempur). Jadi, apapun programnya di berbagai macam ofset (transfer teknologi), tujuannya cuma satu, bagaimana PTDI mampu ke depannya membangun fighter”, pungkas Gita.
***
Komentar
Posting Komentar