Ragam Respons Warga Lokal Sikapi Ketiadaan Pilgub di DIY - CNN Indonesia

 

Ragam Respons Warga Lokal Sikapi Ketiadaan Pilgub di DIY

Sabtu, 30 Nov 2024 15:50 WIB

Ilustrasi. Suasana di depan Keraton Yogyakarta beberapa waktu lalu. (Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko)

Yogyakarta, CNN Indonesia 

--

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang tak melaksanakan pemilihan gubernur (Pilgub) pada gelaran Pilkada serentak 2024.

Hal itu merupakan konsekuensi atas otonomi khusus yang dipegang Jogja, sebagaimana diatur dalam UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DI Yogyakarta.

Pasal 18 huruf c UU tersebut menyatakan syarat menjadi Cagub DI Yogyakarta adalah yang bertakhta sebagai Sultan Hamengku Buwono atau Raja Keraton Jogja.

Di balik aturan menyangkut keistimewaan DIY, ini sejumlah warga mengutarakan segelintir perasaan mengganjal melihat provinsi lain melaksanakan Pilgub.

Salah satunya adalah, Baharuddin (43), warga Sleman. Sejak menjadi warga DIY pada 1998 silam, dirinya tak sekalipun pernah menyalurkan hak pilihnya untuk Pilgub.

"Iri pasti iya. Ibaratnya sudah lima kali pilihan gubernur enggak ikut, padahal di tanah kelahiran saya saja ada di semua provinsi Sulawesi, meskipun ada kerajaan juga di sana, Kerajaan Bone," kata Baharuddin saat dihubungi, Jumat.

Meskipun sadar itu buah dari aturan dalam UU Keistimewaan, namun baginya demi memenuhi asas demokratis ia berharap undang-undang tersebut bisa direvisi di masa mendatang.

Sementara itu Lukas N (32), warga asli Kalasan, Sleman, DIY mengaku menghargai kedudukan hukum provinsi tempat dia tinggal yang didasarkan pada hak asal-usul dan sejarah.

"Kita sangat menghargai keotonomian Yogyakarta, bahwa kita dipimpin sultan. Tapi, menurut saya, tantangan di era Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan putranya yang sekarang jadi gubernur, Sri Sultan Hamengku X sudah pasti beda," katanya.

Pengajar di salah satu perguruan tinggi di Sleman itu tak menyangkal keinginan hati kecilnya untuk adanya pergantian otoritas DIY, khususnya di era demokrasi ini demi kesiapan lebih menghadapi warna-warni tantangan zaman kiwari.

Kendati, keinginan hati kecilnya itu juga dibarengi dengan kekhawatiran bahwa memang tak ada yang lebih layak memimpin DIY kecuali 'trah Sri Sultan Hamengku Buwono'.

"Kalau dilihat lagi dari politik di Indonesia, saya juga sangsi apakah ada kandidat yang lebih baik. Maksudnya, karena kalau kita lihat sejarah panjang keraton, mereka (keluarga Sultan) kaum terdidik, tahu benar seluk-beluk Yogya, termasuk dari sisi historis," ungkapnya.

"Pingin juga sebenarnya pergantian suasana, tapi khawatir juga kalau ada warga non-Yogya yang enggak paham (DIY), tapi maksain nyalon," sambung dia.

Sedangkan sosok yang ingin disapa Babeh (53), warga asli Kalibawang, Kulon Progo justru mengaku cuek dengan fakta sudah setengah abad lebih ia hidup di DIY, tapi tak pernah merasakan Pilgub sekalipun.

Perhatiannya cuma mentok sampai di pemilihan dukuh, menimbang masih dalam lingkup sosialisasinya.

"Biarin aja yang lain ada Pilgub, saya ngikut aturan aja. Saya yang ngikutin cuma pemilihan dukuh karena masih dekat, tapi kalau lurah, camat ke atas sampai bupati, gubernur, presiden enggak ada pengaruhnya buat saya. Saya tetap rakyat kecil yang berjuang sendiri kayak gini," kata penjaga kantin di salah satu kampus itu

(kum/kid)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita