Rupanya Korsel Sudah Hubungi Perusahaan Dirgantara di Seluruh Dunia Namun Hanya Indonesia yang Mau Membantunya Bangun KF-21 Boramae - Zona Jakarta

 

Rupanya Korsel Sudah Hubungi Perusahaan Dirgantara di Seluruh Dunia Namun Hanya Indonesia yang Mau Membantunya Bangun KF-21 Boramae - Zona Jakarta

Korsel berencana membangun jet tempur generasi kelima dengan bantuan banyak negara namun hanya Indonesia yang mau menolongnya.
Korsel berencana membangun jet tempur generasi kelima dengan bantuan banyak negara namun hanya Indonesia yang mau menolongnya.

ZONAJAKARTA.com - Pesawat tempur generasi kelima dianggap sebagai jet tempur yang mewakili teknologi penerbangan tingkat tertinggi di dunia saat ini.

Saat ini hanya Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok yang berhasil mengembangkan pesawat tempur generasi kelima di dunia.

Korea Selatan dianggap sebagai negara yang awalnya juga ingin mengembangkan jet tempur generasi kelima dengan proyek KF-X yang kini dikenal dengan KF-21 Boramae.

Menurut The Paper, dalam artikel pada 20 Januari 2016, dalam artikel berjudul "Korea Selatan ingin bekerja sama dengan Indonesia untuk menyelesaikan penelitian dan pengembangan pesawat generasi kelima dalam waktu 9 tahun."

Proyek KF-21 Boramae dianggap sebagai proyek paling ambisius bagi Korea Selatan sejak awal pengembangannya.

Ketika mantan Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung mengumumkan rencana pengembangan KF-X pada upacara wisuda Akademi Angkatan Udara pada tahun 2001.

Jet tempur F-22 Raptor AS baru saja memasuki produksi awal dalam jumlah kecil, dan Rusia serta Tiongkok juga mengusulkan jet tempur generasi kelima pada waktu yang hampir bersamaan.

Saat ini, F-22 telah lama dihentikan produksinya, F-35 telah memasuki produksi massal, dan pesawat tempur generasi kelima Tiongkok dan Rusia akan segera memasuki layanan.

Baca Juga:

Namun, KF-X tidak membuat kemajuan berarti kecuali satu hal model demi model dan gambar imajiner.

Menurut laporan media Tiongkok tersebut, ketika pemerintah Korea Selatan mengusulkan rencana penelitian dan pengembangan KF-X.

Mereka melebih-lebihkan kemampuannya dan meremehkan kesulitan mengembangkan pesawat tempur generasi kelima.

Korsel ingin menciptakan pesawat dengan sistem peperangan elektronik canggih, IRST dan sistem tautan data.

Pada saat yang sama, desainnya juga harus mempertimbangkan kemampuan intersepsi kecepatan tinggi, jelajah supersonik, siluman, dan multiguna.

Korsel berencana membangun jet tempur generasi kelima dengan bantuan banyak negara namun hanya Indonesia yang mau menolongnya.

Persyaratan desain yang tinggi tersebut jauh melebihi kemampuan industri penerbangan Korea, sehingga mereka telah mencari mitra asing sejak awal.

Dalam hal pendanaan, Korea Selatan mengusulkan untuk menginvestasikan 60% dari investasinya sendiri dan mitra asing akan berkontribusi 40% secara teknis.

Korea Selatan optimis bahwa mereka memiliki 63% dari landasan teknis yang diperlukan, dan mitra asing akan bertanggung jawab atas sisanya.

Baca Juga:

Korea Selatan berturut-turut telah menghubungi Perusahaan Dirgantara Indonesia, Industri Dirgantara Turki, Saab, Boeing dan Lockheed Martin dan mengajukan proposal untuk pengembangan bersama KF-X.

Terakhir, pada tahun 2010, pemerintah Indonesia setuju untuk berinvestasi 20% pada proyek KF-X dan memesan 50 pesawat baru untuk angkatan udaranya.

Nantinya, Turki juga diharapkan untuk bergabung, namun Turki mengumumkan bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam proyek KF-X.

Menurut Koreatimes.co.kr, pada 9 Mei 2023, dalam artikel "Komitmen Indonesia dalam proyek KF-21 menghadapi skeptisisme yang berkembang."

Pada tahun 2016, Korea dan Indonesia menandatangani kesepakatan untuk bekerja sama dalam proyek pengembangan bersama.

Di mana Jakarta akan mendanai 20 persen dari total biaya pengembangan sebesar 8,8 triliun won dengan imbalan 48 pesawat yang akan diproduksi di sana untuk Angkatan Udara Indonesia, serta untuk transfer teknologi.

Namun, masalah pembagian biaya muncul karena Indonesia baru membayar 227,2 miliar won hingga 2019, dengan alasan kesulitan keuangan.

Beberapa putaran pembicaraan antara kedua belah pihak diadakan untuk mengatasi masalah keterlambatan pembayaran, yang menghasilkan pembayaran tambahan sebesar 50 miliar won antara tahun 2022 dan 2023.

Baca Juga:

Hingga Oktober lalu, pembayaran yang terlambat diperkirakan hampir 1 triliun won.

Pejabat industri lainnya bersikap sinis bahwa Jakarta akan mampu membayar sisanya dalam jangka waktu yang ditentukan.

Halaman:
Korsel berencana membangun jet tempur generasi kelima dengan bantuan banyak negara namun hanya Indonesia yang mau menolongnya.

Produksi massal jet tempur KF-21 akan dimulai tahun 2025, dengan target mulai beroperasi pada tahun 2026.

"Terus terang, alasan utama Korea bekerja sama dengan Indonesia bukanlah karena mereka membutuhkan uang Indonesia dalam proses pengembangan. Tujuan utama melalui kesepakatan itu adalah untuk memproduksi jet tempur di negara Asia Tenggara itu secara bersamaan, berkontribusi pada ekspor senjata, dan mempromosikan KF-21 di pasar luar negeri," kata pejabat itu.

Hingga akhirnya, Indonesia memutuskan untuk mengurangi jumlah iurannya menjadi 600 miliar won, dari 1,6 triliun won, yang disetujui oleh Korsel pada Agustus 2024.

Hingga saat ini KF-21 Borame sudah menyelesaikan 80 persen dari hasil pengembangannya serta uji coba, namun jet tempur ini diragukan memiliki kemampuan generasi 5.

Banyak spekulasi mengatakan bahwa jet tempur KF-21 Boramae masih membawa teknologi generasi 4,5.

***

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya