Internasional,
Donald Trump Buka Suara soal 'Gerbang PD 3 Makin Lebar', Sebut Gila
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengkritik penggunaan rudal yang dipasok Washington oleh Ukraina untuk melakukan serangan jauh ke wilayah Rusia. Ini dikatakannya dalam sebuah wawancara dengan majalah Time yang diterbitkan pada hari Kamis, menunjukkan bahwa dia dapat mengubah kebijakan AS terhadap Ukraina.
"Apa yang terjadi sungguh gila. Gila," ujarnya merujuk permasalahan yang telah membuka makin lebar "gerbang" ancaman perang dunia 3 (PD 3) dengan Rusia tersebut, dikutip dari Reuters, Jumat (13/12/2024).
"Saya sangat tidak setuju dengan pengiriman rudal ratusan mil ke Rusia. Mengapa kita melakukan itu? Kita hanya meningkatkan perang ini dan memperburuknya. Itu seharusnya tidak boleh dilakukan," tambahnya menandai penobatannya sebagai Tokoh Tahun Ini terbaru versi Time 2024.
Perlu diketahui, Presiden saat ini Joe Biden bulan lalu mencabut larangan Paman Sam terhadap Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh yang dipasok AS untuk melakukan serangan jauh ke dalam wilayah Rusia, upaya terbarunya untuk meningkatkan Kyiv dalam pertempurannya untuk mengusir pasukan invasi Rusia dari negaranya. Keputusan itu diambil setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memohon.
Ukraina sendiri kini mengalami kemunduran dalam perang di medan utama seperti Donbass. Gedung Putih pun mengutip pengerahan 15.000 tentara Korea Utara (Korut) oleh Rusia di sepanjang garis depan sebagai alasan utama mengapa Biden berubah pikiran.
Trump, lebih lanjut mengatakan, bahwa ia ingin segera mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun itu. Ia mengatakan kepada Time bahwa ia memiliki "rencana yang sangat bagus" untuk membantu, tetapi jika ia mengungkapkannya sekarang, "rencana itu akan menjadi sia-sia".
"Saya ingin mencapai kesepakatan, dan satu-satunya cara untuk mencapai kesepakatan adalah dengan tidak meninggalkannya," jelasnya.
"Masuknya pasukan Korea Utara ke dalam situasi itu merupakan faktor yang sangat rumit," ujarnya lagi.
Trump, yang akan menjabat pada 20 Januari, telah bertemu dengan Zelenskiy dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris akhir pekan lalu. Janji Trump untuk segera mengakhiri konflik telah menimbulkan kekhawatiran di Kyiv bahwa hal itu sebagian besar dapat dilakukan berdasarkan ketentuan Moskow.
Sumber-sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Zelenskiy menggunakan pertemuan tersebut untuk menjelaskan kebutuhan Ukraina akan jaminan keamanan dalam setiap negosiasi untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Ia telah lama berupaya menjadi anggota NATO.
"Saya berbicara dari kedua belah pihak. Sungguh menguntungkan kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah ini," kata Trump mengaku terkejut dengan banyaknya korban.
"Saya pikir saya punya rencana yang sangat bagus untuk membantu, tetapi ketika saya mulai mengungkap rencana itu, rencana itu menjadi hampir tidak berguna," tegasnya lagi.
Perang memasuki apa yang menurut beberapa pejabat Rusia dan Barat dapat menjadi fase terakhir dan paling berbahaya karena pasukan Moskow bergerak maju dengan kecepatan tercepat sejak minggu-minggu awal konflik. Rusia menembakkan rudal balistik hipersonik yang dikenal sebagai Oreshnik ke kota Dnipro, Ukraina, pada 21 November.
Presiden Vladimir Putin menyatakan tindakan tersebut sebagai respons atas penggunaan pertama rudal balistik ATACM AS dan Storm Shadows Inggris oleh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia dengan izin dari Barat. Washington mengatakan lebih banyak pengiriman ekspor pertahanan udara AS ke Ukraina sedang dalam perjalanan ke negara tersebut.
AS Sabtu lalu telah meluncurkan paket bantuan senilai US$988 juta (Rp 15 triliun) berupa senjata dan peralatan baru untuk Ukraina. Ketika ditanya apakah ia telah berbicara dengan Putin sejak terpilih, Trump menolak menjawab, dengan mengatakan, "Saya tidak bisa memberi tahu Anda. Saya tidak bisa memberi tahu Anda. Itu tidak pantas".
(sef/sef)
Komentar
Posting Komentar