Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Thulaashi Dikenal sebagai Bayi Ajaib, "Dikembalikan" Ombak ke Pantai Halaman all - Kompas

 

Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Thulaashi Dikenal sebagai Bayi Ajaib, "Dikembalikan" Ombak ke Pantai Halaman all - Kompas

KOMPAS.com - Hari ini, 20 tahun lalu, gempa dan tsunami Aceh terjadi.

Fenomena alam yang terjadi pada 26 Desember 2004 tersebut nyatanya bukan hanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia.

Gempa berkekuatan magnitudo 9,1 yang melanda lepas pantai barat Sumatra kala itu salah satunya mengirim getaran dan gelombang tsunami hingga ke Penang, Malaysia.

Bencana itu turut merenggut puluhan nyawa dengan banyak di antaranya sedang menikmati pantai di sepanjang Pearl of the Orient, seperti di Batu Ferringhi, Ba;ik Pulau, dan Kuala Muda.

Nah, di balik bencana dahsyat tersebut, ada peristiwa haru yang melibatkan keluarga A. Suppiah (75) dan Annalamary (62) di Pantau Miami, Tanjung Bungah, Malaysia.

Bayi mereka yang baru berusia 22 hari kala itu, yakni S. Thulaashi, sempat terbawa ombak ke laut, tetapi kemudian secara tidak disangka-sangka "dikembalikan" hingga berhasil ditemukan di pantai.

Kisah hidup Thulaashi yang secara tak terduga selamat dari tsunami telah membuat orang-orang menjulukinya sebagai "Bayi Ajaib Tsunami".

Baca juga: 20 Tahun Tsunami Aceh, Saat Kapal Seberat 2.600 Ton Terseret Ombak dan Terdampar di Sebuah Desa

Kisah Thulaashi tersapu Tsunami Aceh

Ibu dari Thulaashi, L. Annalamary, mengaku masih ingat betul kejadian yang pernah menimpa sang buah hati 20 tahun lalu.

Thulaashi saat itu sedang tidur dan berada di sebuah kafe yang dikelolanya bersama sang suami, A. Suppiah.

Annalamary bercerita, dirinya sedang berada di ruangan terpisah ketika ombak yang melaju sejauh 600 km dari Sumatra ke Penang dengan kecepatan 800 km per jam menyapu Penang dan membawa Thulaashi ke laut.

Ketika ombak pertama menghantam, air di kamar Thulaashi sudah setinggi leher. Annalamary pun kemudian berusaha keras untuk bisa melewati terpaan air dan menuju kamar tempat tidur bayinya.

Sementara itu, sang suami terlempar beberapa meter tapi untungnya berhasil selamat karena berpegangan pada tiang.

Setelah kejadian tersebut, Annalamary dan A. Suppiah berusaha keras mencari bayi mereka sambil terus berdoa untuk keselamatan Thulaashi.

“Saya dan suami terus mencari bayi kami selama sekitar 40 menit setelah tsunami melanda. Tapi kami tidak dapat menemukannya,” ungkap Annalamary, sebagaimana dilansir Kantor berita Malaysia, Bernama, Rabu (25/12/2024).

Harapan itu muncul saat seorang pekerja konstruksi asal Indonesia mendatangi mereka dan mengatakan Thulaashi selamat. Gelombang kedua tampaknya telah ”mengembalikan” Thulaashi ke pantai.

Dilansir dari ABC News, kasur Thulaashi kecil sempat terapung di atas air laut dan kemudian terdampar di pantai.

Selain anak bungsunya, Annalamary dan A. Suppiah sempat khawatir juga dengan kondisi kakak Thulaashi, yakni S. Kanchana.

Kanchana juga sempat hilang terseret ombak besar ketika tsunami Aceh sampai hingga ke Penang.

Saat itu, Kanchana turut tersapu arus. Namun ia berhasil berpegangan pada pohon pisang sekitar 10 meter dari kafe mereka.

A. Suppiah menggambarkan pengalaman itu sebagai mukjizat yang tidak akan pernah dilupakannya.

”Tsunami adalah peristiwa yang mengerikan. Kami hampir kehilangan dua anak kami, Tetapi berkat rahmat Tuhan, mereka dikembalikan kepada kami dengan selamat,” katanya kepada Bernama.

Pensiunan Oemerintah Malaysia itu mengatakan, kejadian tersebut terjadi dalam sekejap mata dan situasi kala itu sangat riuh dengan keluarga berteriak dan menangis karena kehilangan orang yang dicintai.

Baca juga: Apa Itu Smong yang Berhasil Selamatkan Penduduk Pulau Simeulue dari Tsunami Aceh 2004?

Thulaashi 20 tahun kemudian

Usai tragedi tersebut, A. Suppiah mengatakan, ia dan keluarga selalu menggelar doa bersama untuk mengenang korban meninggal setiap 26 Desember.

Mereka juga berdoa kepada Tuhan untuk memohon berkah dan perlindungan dari segala marabahaya.

Sementara itu, Thulaashi kini telah tumbuh menjadi seorang mahasiswi Akuntansi di Universiti Sains Malaysia (USM).

Diberitakan The Borneo Post, Thulaashi mengaku tak mengingat kejadian nahas 20 tahun lalu.

Ia pertama kali mengetahui cerita tsunami dari ayahnya saat ia berusia sekitar empat atau lima tahun.

Semenjak mendengar kisah itu, ia selalu bersyukur kepada Tuhan dan berdoa kepada korban yang kehilangan nyawanya.

Gadis berusia 24 tahun tersebut terus berkomitmen untuk melakukan upacara doa tahunan sepanjang hidupnya.

Baca juga: Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Seperti Apa Kondisi yang Terjadi Saat itu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita