Macan Tutul di TNBTS Kini Predator Terbesar Usai Harimau Jawa Punah - detik - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Macan Tutul di TNBTS Kini Predator Terbesar Usai Harimau Jawa Punah - detik

Share This

 

Macan Tutul di TNBTS Kini Predator Terbesar Usai Harimau Jawa Punah

Malang 

-

Macan Tutul Jawa yang tertangkap camera trap di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tengah diteliti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Disebutkan bahwa Macan Tutul di TNBTS adalah predator terbesar yang tersisa di pulau Jawa.

Penelitian bertajuk Java Wide Leopard Survey (JWLS) itu dilaksanakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sejak Februari 2024 untuk memastikan keberadaan populasi Macan Tutul Jawa di alam liar.

Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha mengungkapkan bahwa Macan Tutul adalah salah satu predator terbesar yang masih tersisa di Pulau Jawa setelah punahnya Harimau Jawa pada 1980-an.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Macan tutul ini menjadi predator terbesar yang tersisa di Pulau Jawa setelah Harimau Jawa dinyatakan punah tahun 80-an," kata Rudijanta kepada wartawan, Jumat (24/1/2025).

Menurut Rudijanta, dari 9 jenis subspesies yang ada di Afrika maupun Asia, Macan Tutul di Indonesia hanya ditemukan di Pulau Jawa. Ada jenis macan lain yang ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan, namun jenis mereka adalah macan dahan, bukan Macan Tutul.

Ini bisa diketahui dari pola totol dan fisik yang berbeda. Apalagi dari kajian ilmiah, Macan Tutul memang hanya ditemukan di Pulau Jawa. Salah satunya yang tersisa berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

"Memang Macan Tutul itu hanya ada di ujung timur Pulau Jawa, semua sudah ditemukan. Kalau identifikasi pegiat konservasi, Macan Tutul itu ada di 21 naskah yang diketahui terdapat zona di dalam kawasan konservasi dan di luar," ungkapnya.

Sementara untuk memastikan keberadaan populasi Macan Tutul di wilayah TNBTS, Balai Besar TNBTS bekerja sama dengan Yayasan Sintas meneliti secara ilmiah tentang keberadaan Macan Tutul di kawasan taman nasional. Salah satunya dengan memasang 40 camera trap di areal 2x2 kilometer.

"Dipasang 40 camera trap di 40 titik lokasi selama 4 bulan. Di mana cover area sampling berukuran 4 kilometer persegi, atau setiap 2x2 kilometer selama minimal 90 hari," jelasnya.

Rudijanta juga menyebutkan petugas tidak asal memasang kamera trap. Sebab sebelumnya petugas telah melakukan identifikasi dan penelitian mengenai habitat Macan Tutul Jawa.

Ini dilihat dari berbagai hal di antaranya jejak kaki dan jejak cakaran. Meski demikian Rudijanta tak menyebut detil pemasangan kamera itu di mana saja dengan alasan keamanan satwa liar langka yang dilindungi.

"Pemasangan camera trap dilakukan di lokasi habitat yang cocok. Tentu ini tidak akan dipasang di lautan pasir. Saya tidak bisa menyebutkan detail, memastikannya itu susah juga titiknya, tapi yang pasti lokasi itu habitatnya," bebernya.

Dari hasil pemasangan kamera trap itu, sempat terekam kamera 2 ekor diduga Macan Tutul pada pertengahan Desember 2024. Namun untuk kepastian satwa yang terekam kamera ini, Rudijanta masih menunggu penelitian menyeluruh dari tim. Termasuk memastikan apakah itu benar Macan Tutul Jawa.

"Sekarang itu melakukan analisa panjang, di pasang 40 lokasi selama 4 bulan, kamera trap, jumlah jepretannya akan banyak, proses analisa juga cukup panjang termasuk mengetahui populasinya. Perlu bersabar lebih dahulu," pungkasnya.

(dpe/hil)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages