Mantan Menteri Israel Ben-Gvir Kecam Kepulangan Warga Palestina ke Gaza Utara, Serukan Perang Lagi - Halaman all - TribunNews

 Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah 

Mantan Menteri Israel Ben-Gvir Kecam Kepulangan Warga Palestina ke Gaza Utara, Serukan Perang Lagi - Halaman all - TribunNews

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Menteri Keamanan Nasional IsraelItamar Ben-Gvir, mengecam kepulangan warga Palestina ke Gaza Utara pada Senin (27/1/2025), Middle East Eye melaporkan.

Lebih dari 300.000 warga Palestina yang telah mengungsi akhirnya kembali ke rumah mereka di Gaza utara, setelah Israel membuka jalur untuk mereka.

Ben-Gvir mengkritik keputusan untuk membuka Koridor Netzarim, yang membuka jalan bagi warga Palestina kembali ke rumah mereka di Gaza Utara.

Katanya, pembukaan Koridor Netzarim dan kembalinya puluhan ribu warga Palestina ke Gaza utara merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang ia anggap buruk.

Ben-Gvir yang dikenal sebagai tokoh sayap kanan ekstrem di politik Israel, merasa bahwa langkah ini memberikan kemenangan bagi Hamas, kelompok yang menguasai Gaza.

Ia percaya ini bukan kemenangan yang seharusnya diraih oleh Israel.

Sebaliknya, Ben-Gvir merasa bahwa ini adalah tanda kekalahan besar.

"Ini bukanlah kemenangan penuh – ini adalah penyerahan diri sepenuhnya," kata Ben-Gvir dalam postingan di media sosial.

Menurutnya, tentara Israel yang telah bertempur dengan gigih dan mengorbankan nyawa mereka di Jalur Gaza tidak pantas melihat kenyataan ini.

Ben-Gvir dengan tegas menyerukan Israel harus kembali berperang dan menghancurkan Hamas, Anadolu Ajansi melaporkan.

Kembalinya warga Palestina ini terjadi setelah Israel membuka koridor ke wilayah utara Gaza, meskipun terlambat selama 48 jam dari rencana awal.

Baca juga: Protes Gencatan Senjata, Ben-Gvir Mundur dari Pemerintahan, Bujuk Smotrich Tempuh Jalan yang Sama

Keterlambatan ini disebabkan oleh ketidakpatuhan Hamas terhadap kesepakatan gencatan senjata yang sudah disepakati.

Koridor yang dibuka oleh Israel, yang dikenal dengan nama Netzarim, akhirnya memberi kesempatan bagi warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka.

Meskipun jalan terbuka, sebagian besar pengungsi harus berjalan kaki, membawa barang-barang yang tersisa, setelah tinggal selama berbulan-bulan di kamp pengungsian sementara.

Perasaan Para Pengungsi yang Kembali

Mereka yang kembali ke Gaza utara ini merasa campur aduk.

Beberapa merasa gembira karena akhirnya bisa pulang.

Meski demikian, banyak juga yang merasa cemas karena rumah mereka hancur dan keluarga mereka hilang dalam kekerasan yang terjadi.

Seorang wanita yang berbicara dengan CNN mengatakan bahwa putranya akan melihat rumahnya di Gaza untuk pertama kalinya setelah lahir di Khan Younis.

"Saya akan mencium tembok dan tanah saat kembali," katanya.

Seorang wanita bernama Saadiya AbdulAl, yang melakukan perjalanan ke utara dengan menggunakan kereta keledai yang penuh sesak, mengungkapkan kesedihannya.

"Tidak ada satu pun anggota keluarga saya yang tersisa; mereka semua menjadi martir di Kota Gaza. Kepada siapa saya harus kembali?" ujarnya.

Gaza utara, tempat banyak pengungsi Palestina kembali, merupakan salah satu wilayah yang paling hancur akibat perang.

Kota Gaza sendiri, yang merupakan salah satu daerah yang paling padat penduduknya, terperosok dalam kehancuran parah.

Rumah-rumah, fasilitas kesehatan, sekolah, dan infrastruktur penting lainnya hancur total.

Kebutuhan dasar seperti air bersih, listrik, dan akses ke layanan kesehatan sangat terbatas.

Meskipun bantuan internasional mulai mengalir setelah gencatan senjata, akses ke barang-barang dasar tetap sangat terbatas.

Kemenangan Besar Palestina

Di sisi lain, Hamas menyambut kembalinya para pengungsi sebagai sebuah "kemenangan besar" bagi rakyat Palestina.

Mereka menganggap kembalinya warga Palestina ke Gaza utara adalah sebuah bukti bahwa pendudukan Israel telah gagal dan bahwa perjuangan mereka untuk kembali ke tanah air mereka telah berhasil.

Hamas juga memandang ini sebagai bagian dari deklarasi kekalahan bagi Israel dan menganggap gencatan senjata ini merupakan kemenangan moral bagi rakyat Palestina.

Ketegangan Pascagencatan Senjata

Ketegangan tetap tinggi di wilayah tersebut meski ada gencatan senjata.

Ben-Gvir yang sangat menentang gencatan senjata ini, merasa kesepakatan gencatan senjata hanya memberikan kemenangan bagi Hamas dan merugikan posisi Israel.

Pada saat yang sama, pernyataan dari Presiden AS Donald Trump turut memperburuk situasi.

Trump menyarankan agar negara-negara seperti Yordania dan Mesir menerima ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi dari Gaza.

Hal ini semakin memicu ketegangan, terutama di kalangan pihak yang mendukung Israel.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita