Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah
Intelijen AS: Israel Mungkin Serang Situs Nuklir Iran Tahun Ini

Situs nuklir Natanz di Iran. Laporan intelijen AS sebut Israel mungkin serang fasilitas nuklir Iran pada pertengahan tahun ini. Foto/Maxar Technologies via New York Times
- Laporan intelijen Amerika Serikat (AS) memperingatkan bahwa
Israelkemungkinan akan melancarkan serangan
pre-emptiveterhadap fasilitas nuklir
Iranpada pertengahan tahun ini.
Menurut laporan tersebut, yang dikutip The Washington Post, tujuan serangan adalah untuk mengeksploitasi kelemahan Teheran.
Penilaian intelijen dari pemerintahan Joe Biden sebelumnya dan pemerintahan Trump saat ini menunjukkan bahwa serangan semacam itu akan menunda program nuklir Iran hanya beberapa minggu atau bulan, namun akan sangat meningkatkan ketegangan regional dan meningkatkan risiko konflik yang lebih luas.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Brian Hughes mengatakan kepada The Washington Post bahwa Presiden Donald Trump tidak akan mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir.
Dia menekankan bahwa meskipun Trump lebih suka penyelesaian damai dengan Iran, dia tidak akan menunggu negosiasi tanpa batas waktu.
Penilaian intelijen paling terperinci, yang dikeluarkan pada awal Januari oleh direktorat intelijen Kepala Staf Gabungan dan Badan Intelijen Pertahanan, memperingatkan bahwa Israel kemungkinan merencanakan serangan terhadap situs nuklir Fordow dan Natanz milik Iran, imbuh laporan The Washington Post yang dilansir Kamis (13/2/2025).
Pejabat AS saat ini dan mantan pejabat yang mengetahui laporan intelijen tersebut mengatakan Israel yakin pengeboman terhadap Iran pada bulan Oktober telah melemahkan pertahanan udara negara itu, sehingga rentan terhadap serangan berikutnya.
Dalam wawancara dengan Fox News yang ditayangkan pada hari Senin, Trump mengatakan dia lebih suka mencapai kesepakatan dengan Iran untuk mencegahnya memperoleh senjata nuklir.
"Semua orang berasumsi bahwa Israel, dengan dukungan atau persetujuan kita, akan masuk dan mengebom mereka habis-habisan. Saya lebih suka itu tidak terjadi," ujar Trump.
Di bawah mantan Presiden AS Barack Obama, Amerika dan sekutu Eropa mencapai kesepakatan untuk mengekang program nuklir Iran, tetapi Trump, dengan dukungan dari Perdana Menteri Israel Netanyahu, menarik Amerika keluar dari perjanjian tersebut pada tahun 2018 dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.
Sejak itu, Iran telah melanjutkan aktivitas nuklirnya, termasuk pengayaan uranium, menurut badan nuklir PBB.
Pada bulan Januari, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengumumkan bahwa Iran, Inggris, Prancis, dan Jerman bertemu di Jenewa untuk membahas menghidupkan kembali negosiasi nuklir.
(mas)
Komentar
Posting Komentar