Garuda Indonesia (GIAA) Rugi Rp1,2 Triliun di 2024, Efek Beban Operasional dan Utang - IDXCHANNEL - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image

Post Top Ad

demo-image

Garuda Indonesia (GIAA) Rugi Rp1,2 Triliun di 2024, Efek Beban Operasional dan Utang - IDXCHANNEL

Share This
Responsive Ads Here

 

Garuda Indonesia (GIAA) Rugi Rp1,2 Triliun di 2024, Efek Beban Operasional dan Utang

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membukukan kerugian bersih USD72 juta atau Rp1,17 triliun sepanjang 2024.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membukukan kerugian bersih USD72 juta atau Rp1,17 triliun sepanjang 2024. (Foto: Dok. Garuda)

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membukukan kerugian bersih USD72 juta atau Rp1,17 triliun sepanjang 2024. (Foto: Dok. Garuda)

IDXChannel - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membukukan kerugian bersih USD72 juta atau Rp1,17 triliun sepanjang 2024. Angka tersebut berbanding terbalik dibandingkan 2023 saat Garuda mencetak laba bersih USD250,6 juta.

Dalam laporan keuangan konsolidasi auditan, Kamis (27/3/2025), maskapai full-service tersebut mencatatkan pendapatan usaha USD2,74 miliar atau Rp55 triliun pada tahun lalu. 

Pendapatan usaha perseroan tersebut didominasi segmen penerbangan berjadwal sebesar USD2,74 miliar atau 80 persen dari total pendapatan. Sisanya dari penerbangan tak berjadwal USD334 juta dan pendapatan lainnya USD340 juta.

Kinerja keuangan Garuda terbebani oleh tingginya beban usaha, terutama beban operasi penerbangan yang mencapai USD1,67 miliar, naik 9,6 persen dibandingkan 2023 sebesar USD1,52 miliar. 

Beban operasional ini terutama berasal dari bahan bakar yang mencapai USD1,08 miliar atau 65 persen dari total beban operasi. Sisanya berasal dari beban penyusutan USD331 juta, dan gaji tunjangan USD158 juta.

Di samping beban operasional, beban pemeliharaan dan perbaikan juga melesat 39 persen menjadi USD537 juta. Lonjakan berbagai beban itu membuat total beban usaha Garuda mencapai USD3,11 miliar, naik 18 persen, melebihi laju pertumbuhan pendapatan.

Garuda juga terbebani juga dengan biaya keuangan yang mencapai USD480 juta, naik dibandingkan 2023 sebesar USD457 juta. Tingginya beban bunga ini disebabkan utang Garuda yang menembus USD3,8 miliar atau Rp61 triliun.

Akan tetapi, pos pendapatan lain-lain yang menopang kinerja Garuda pada 2023 turun 84 persen menjadi USD55 juta. Begitu juga dengan absennya keuntungan dari restrukturisasi yang pada 2023 menimbulkan tambahan USD48 juta.

Dengan demikian, rugi bersih GIAA yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai USD72,7 juta dengan rugi per saham dasar sebesar USD0,00079.

Kerugian yang dialami Garuda pada tahun lalu juga semakin membuat saldo defisit ikut membengkak. Pada akhir Desember 2024, akumulasi rugi perseroan setelah kuasi organisasi pada 2012 mencapai USD3,5 miliar atau Rp56 triliun.

(Rahmat Fiansyah)

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages