Kisah Kampung TKW di Majalengka, Warga Kuasai 8 Bahasa Asing untuk Komunikasi
Kisah Kampung TKW di Majalengka, Warga Kuasai 8 Bahasa Asing untuk KomunikasiK
ampung Kaputren yang berada di Majalengka, Jawa Barat sangat menarik untuk dikunjungi. Bila singgah ke kampung ini, jangan kaget karena warganya mempunyai kemampuan menggunakan bahasa asing.
Dimuat dari ANTARA, Kampung Kaputren merupakan tempat tinggal dari para tenaga kerja wanita (TKW). Karena itu tidak heran warga di desa ini menguasai delapan bahasa, yaitu Taiwan, Hong Kong, Jepang, Korea, Arab, Brunei, Singapura, dan Malaysia.
Lin, salah satu warga di sana menjelaskan bahwa warga di Kampung Kaputren memang sebagian besar lancar bertutur bahasa asing. Beberapa bahasa negara yang mereka kuasai di antaranya Timur Tengah, Hongkong, Taiwan sampai Mandarin.
Kisah Kejayaan Bioskop di Majalengka, Ada yang Milik Kakek Erick Thohir
Percakapan antara bahasa asing ini, jelas Lin akan muncul bila kedua orang atau lebih, memulai dahulu berkomunikasi menggunakan bahasa dari salah satu negara tersebut.
“Banyak yang bisa bahasa Hongkong, Taiwan, tapi kalau bahasa Inggris mah bisanya hanya sedikit” kata Iin, mengutip ANTARA.
Tetap dilatih
Kemampuan bahasa asing dari warga Desa Keputren karena mayoritas merupakan mantan pekerja migran Indonesia (PMI). Mereka banyak mengadu nasib di negara-negara seputar Asia sampai Eropa dengan durasi yang lama.
Karena itu hampir seluruh warga di sana, mulai dari penjual makanan, pelaku usaha jasa sampai anggota keluarga di sana dipastikan bisa menuturkan salah satu bahasa asing.
Selain itu, warga juga tetap fasih menggunakan asing karena tetap diasah
mengasah kemampuan agar tidak hilang. Sehingga tidak hanya menjadi
penyumbang devisa negara, sepulangnya warga ke kampung ini juga menjadi kebanggaan tersendiri karena keahlian mereka tersebut.
Keberadaan warga yang menguasai bahasa asing ini ternyata berdampak positif bagi warga sekitar. Sebab, jika ada turis yang singgah ke kampung ini bisa berbicara langsung dengan warga.
"Bahasa yang dikuasainya itu, yang tadinya (kerja) ke Timur Tengah ya, bahasa Arab. Tapi kan bahasa itu (Arab) beda-beda, walaupun di timur tengah juga. Kebetulan yang tadi di depan itu Ibu Uun, mahir banget bahasa Arabnya," kata Lurah Kampung Kaputren Yahya yang dimuat Detik.
60 persen pekerja migran
Yahya menjelaskan mayoritas perempuan di kampung tersebut adalah para pekerja migran. Data yang dinukil dari Detik, sejak tahun 1990-an hingga sekarang, hampir 60 persen perempuan di kampung tersebut menjadi TKW.
"Kalau dihitung dari pertama tahun 90-an (sampai sekarang) itu, hampir 60 persen. Cuma kan sekarang, (sebagian) sudah ada yang pulang dan sudah ada yang menetap lagi di sini nggak berangkat lagi ke sana," katanya.
Yahya mengungkapkan warga Kaputren yang menjadi TKW saat ini rata-rata menjadi pembantu rumah tangga (PRT). Namun awalnya, warga setempat banyak yang menjadi penjahit di luar negeri.
"Dulu, pertama kali itu ke Saudi Arabia. Di tahun 90-an itu belum ada yang namanya PRT (Pekerjaan Rumah Tangga), waktu itu kan yang dibutuhkannya yang bisa menjahit awalnya," ujar dia.
Wajib Dicoba! Inilah 7 Rekomendasi Kuliner Malam di Majalengka
Faktor ekonomi hingga upah yang besar jadi alasan warga di kampung tersebut memilih bekerja di luar negeri dibanding di tanah kelahirannya sendiri. Warga yang menjadi TKW, rata-rata berusia 18-35 tahun.
Pertama kali warga tertarik menjadi pekerja migran adalah saat krisis moneter mengguncang Indonesia di tahun 1998. Memanfaatkan momentum tersebut warga Kaputren berbondong-bondong bekerja di luar negeri.
"Pas moneter banyak yang kerja ke sana. Karena dolar gede kan. Nah itu juga yang menjadikan TKW sukses mah," kata dia.
Sumber:
- Ada Kampung Unik di Majalengka, Warganya Sehari-hari Pakai Bahasa Asing
- Kampung TKW di Majalengka, Bahasa Sedunia Kumpul Jadi Satu
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar