Sejarah dan Filosofi Kolak, Bukan Sekadar Takjil di Bulan Ramadhan - Kompas

 Romadhon, Kuliner 

Sejarah dan Filosofi Kolak, Bukan Sekadar Takjil di Bulan Ramadhan

KOMPAS.com - Kolak dikenal sebagai salah satu jenis makanan berbuka atau takjil yang kerap dihidangkan di bulan Ramadhan.

Takjil yang kerap dimaknai masyarakat sebagai hidangan berbuka puasa memang didominasi oleh jenis makanan manis.

Baca juga: Ikhwal Kolak Menjadi Takjil Wajib, Ini Sejarahnya

Begitu juga kolak yang menjadi hidangan favorit dan selalu dicari saat waktu berbuka puasa tiba.

Trump Usir Zelensky Usai Debat Sengit di Gedung Putih

Kolak sederhana terbuat dari paduan dari kolang kaling, irisan pisang atau ubi, gula aren, dan santan.

Baca juga: Filosofi Ketan Kolak Apem, Sajian Khas dalam Tradisi Ruwahan

Tidak hanya menjadi minuman pelepas dahaga yang menyegarkan, kolak juga mengenyangkan karena memiliki berbagai isian.

Saat ini terdapat berbagai jenis kolak yang lain seperti kolak kolak nangka dan kolak biji salak.

Baca juga: Cara Tepat Hangatkan Kolak agar Isian Tidak Lembek dan Basi

Sejarah Kolak

Dilansir dari laman Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, banyak yang mengira bahwa kolak merupakan kudapan yang berasal dari Timur Tengah.

Nyatanya, penganan manis satu ini berasal dari Indonesia dan menjadi salah satu media penyebaran agama Islam, khususnya di Pulau Jawa.

Konon, sajian kolak saat berbuka puasa ini pertama kali diperkenalkan oleh para Wali.

Filosofi Kolak

Dikutip dari laman TribunTravel.com, kata kolak berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu 'Khala' yang bermakna 'kosong'.

Dengan kata lain, kolak memiliki pesan atau flosofi bagi manusia untuk selalu mengosongkan diri dari dosa.

Sementara dilansir dari laman Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, kolak juga mempunyai filosofi mendasar yang diambil dari bahasa Arab yaitu ‘khalik’ yang berarti Sang Pencipta atau Allah SWT.

Maksud dari filosofi tersebut adalah agar masyarakat yang mengkonsumsinya bisa lebih dekat kepada sang pencipta.

Selain itu, diharapkan orang yang memakannya memiliki rasa syukur sehingga menambah kedekatan diri kepada Allah SWT.

Selain dari namanya, filosofi kolak ternyata juga berasal dari bahan pembuatnya yaitu pisang kepok, ubi, dan santan.

Penggunaan pisang kepok memiliki makna agar masyarakat ‘kapok’ atau merasa jera dengan dosa yang telah dilakukan selama hidupnya.

Penggunaan ubi atau dikenal masyarakat Jawa dengan nama telo pendem memiliki makna aga masyarakat harus mengubur kesalahan yang pernah diperbuat sehingga bisa melanjutkan hidup dengan jalan penuh ridho Allah SWT.

Sementara santan yang dalam bahasa Jawa disebut ‘santen’ yang merupakan kependekan dari kata ‘pangapunten’ yang berarti permohonan maaf.

Sumber: pariwisata.jogjakota.go.idtravel.tribunnews.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Polisi Temui Pedagang Pasar Induk, Cek Harga Selama Ramadhan

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita