Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah
Turki Blokir Latihan Militer Israel-NATO hingga Gencatan Senjata Permanen di Gaza | Halaman Lengkap

Warga Palestina terlihat di sekolah yang rusak di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, 8 Maret 2025. Foto/Mahmoud Zaki/Xinhua
- Turki akan memblokir kerja sama baru, termasuk latihan militer, antara Israel dan NATO hingga gencatan senjata permanen tercapai di Gaza.
Langkah itu diungkap sumber resmi Turki kepada Middle East Eye pada hari Senin (10/3/2025).
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan pada akhir pekan bahwa Turki telah memblokir Israel untuk ikut serta dalam latihan tahunan NATO tentang "ketahanan dan kesiapsiagaan darurat" di Bulgaria, yang akan diadakan pada bulan September.
Dua sumber Israel mengonfirmasi kepada MEE bahwa Ankara telah memblokir partisipasi negara mereka dalam latihan tersebut.
Satu sumber berspekulasi langkah baru-baru ini dapat dikaitkan dengan pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang berjanji melindungi komunitas Druze dan Kurdi di Suriah.
Pernyataan-pernyataan ini dan kehadiran militer Israel di Suriah telah membuat marah Ankara, yang yakin Netanyahu bertujuan memisahkan negara itu.
Sumber resmi Turki membantah langkah itu ada hubungannya dengan Suriah. "Kami telah memblokir keterlibatan baru Israel dengan NATO selama lebih dari setahun," ujar sumber itu.
Dia menjelaskan, "Namun, aktivitas yang berasal dari status Israel di NATO terus berlanjut."
Sumber tersebut menambahkan selain dari keterlibatan yang telah disepakati sebelum perang, Ankara memiliki hak veto di NATO, yang bekerja melalui keputusan bulat.
"Sampai gencatan senjata permanen tercapai di Gaza dan hambatan terhadap bantuan kemanusiaan disingkirkan, kami tidak mengizinkan keputusan baru atau tambahan dibuat atau aktivitas baru diselenggarakan di NATO terkait Israel," tegas sumber tersebut.
Ankara sebelumnya telah memblokir Israel memperoleh status pengamat di NATO, sikap yang diambilnya selama proses rekonsiliasi antara kedua negara pada tahun 2023.
Hubungan Turki-Israel memburuk tajam sejak pertemuan antara Erdogan dan Netanyahu di New York pada bulan September 2023, yang dimaksudkan melambangkan rekonsiliasi.
Namun, setelah serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 dan perang Israel berikutnya di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, Ankara telah mengintensifkan kritiknya terhadap pemerintah Netanyahu.
Hal ini menyebabkan serangkaian tindakan, termasuk tindakan hukum dan sanksi perdagangan, terutama setelah pemilihan umum lokal di Turki, di mana Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa di bawah Erdogan kehilangan dukungan, sebagian karena tanggapannya yang dianggap lemah terhadap perang di Gaza.
Sejak September, perdagangan Turki yang sedang berlangsung dengan Israel melalui negara ketiga dan Palestina telah memicu kampanye tekanan publik oleh pihak oposisi, yang menuduh Erdogan gagal menutup celah hukum.
Ankara juga bergabung dalam kasus terhadap Israel di Mahkamah Internasional yang menuduh negara tersebut melakukan genosida di Gaza.
(sya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar