Dunia Internasional, Konflik Timur tengah
FPN Kutuk Aksi Brutal Israel Bunuh 15 Awak Ambulans di Gaza Selatan: Ini Kejahatan Kemanusiaan - TribunNews


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Free Palestine Network (FPN) mengutuk keras kebiadaban tentara Israel yang mengepung lima ambulans beserta 15 orang awaknya yang terdiri dari tenaga medis, pekerja kemanusiaan, dan petugas PBB di Tal al-Sultan, Rafah, Gaza Selatan pada 23 Maret 2025 lalu.
Disebut, tentara Israel memborgol, mengeksekusi, dan mengubur 15 orang awak ambulans dalam kuburan massal sebelum menghancurkan kendaraannya.
Peristiwa pilu ini juga sudah dikonfirmasi berbagai media seperti Al Jazeera, The Guardian, dan Middle East Eye.
"Ini jelas kejahatan kemanusiaan yang sangat biadab. Kejahatan perang ini menambah daftar panjang kekejaman yang dilakukan teroris Israel terhadap warga sipil di Gaza," kata Furqan AMC dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (4/4/2025).
Menurut Furqan tindakan Israel ini jelas merupakan pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa yang melindungi tenaga medis dalam konflik bersenjata.
Baca juga: Militer Israel Umumkan Serangan Darat Baru di Gaza, Ingin Perluas Zona Keamanan di Wilayah Palestina
"Kejahatan kemanusiaan Israel ini harus diadili. Peradaban dunia akan kacau jika Israel terus dibiarkan berbuat seenaknya dengan mengabaikan hukum internasional yang berlaku," jelas Furqan.
Lebih lanjut Furqan menjelaskan, data bulan Januari 2025 yang dilansir Euro-Med Human Rights Monitor menyebut Israel sudah membunuh 1.105 tenaga kesehatan profesional, 90 di antaranya dokter.
Kemudian 1.390 tenaga kesehatan dilaporkan mengalami luka-luka.
Baca juga: Israel Akan Duduki 25 Persen Wilayah Gaza demi Tekan Hamas, Dimulai 2 Minggu Lagi
Israel juga telah membunuh 99 anggota pekerja pertahanan sipil dan 204 jurnalis.
Merujuk Kementerian Kesehatan Palestina, sudah lebih 47 ribu orang warga Palestina yang terdata gugur.
Di mana 18 ribu (32 persen) adalah anak-anak dan hampir 12 ribu (21 persen) perempuan.
Sementara itu tim riset FPN, Nurlatifah Usman, menjelaskan menurut laporan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) dan Pertahanan Sipil, 15 awak ambulans yang menjadi korban adalah bagian dari tim darurat yang berupaya menyelamatkan warga yang terluka akibat serangan udara Israel.
Mereka terdiri dari 9 tenaga medis PRCS, 5 anggota Pertahanan Sipil, dan seorang pegawai badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).
Namun, alih-alih diberikan akses untuk menjalankan tugas kemanusiaan, mereka justru dijebak, ditahan, dan dibunuh secara brutal oleh tentara Israel.
Setelah eksekusi, tentara Israel menggali kuburan massal dan mengubur para korban secara terburu-buru untuk menghilangkan jejak kejahatan mereka, sementara ambulans yang mereka gunakan dihancurkan.
Rekaman yang bocor ke publik menunjukkan kondisi mengenaskan para korban sebelum dieksekusi serta kuburan massal yang digunakan untuk menyembunyikan jejak kejahatan tersebut.
"Bukti ini semakin menguatkan dugaan bahwa Israel secara sistematis menargetkan tenaga medis, meskipun hukum humaniter internasional melarang serangan terhadap pekerja kemanusiaan," ungkap Nurlatifah.
Saat ini Amnesty International dan Human Rights Watch telah menyerukan penyelidikan independen atas kejahatan perang ini, sementara masyarakat internasional semakin menekan Israel agar bertanggung jawab. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar