Pendiri PT Radar Telekomunikasi Indonesia Menolak Tawaran Puluhan Miliar Arab Saudi Karena Perlu Ganti Kewarganegaraan - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.com – PT Radar Telekomunikasi Indonesia (PT RTI) saat ini sedang mengembangkan radar canggih untuk TNI AD.
Radar ini adalah hasil kerja sama antara PT RTI dengan Pusat Artileri Pertahanan Udara (Pussenarhanud) Angkatan Darat.
Dipantau oleh media asing, Military Leak (26/12/23) dalam artikel “Indonesian Army Deploys New Indigenous Surveillance Radar System”, menyebut bahwa radar ini dapat mendeteksi berbagai objek udara dengan radius 100 kilometer.
“Indonesia telah mencapai tonggak penting dalam kemampuan pertahanannya dengan keberhasilan pengembangan sistem Radar Pengawasan baru yang mampu mendeteksi kendaraan udara nirawak, helikopter, dan jet tempur”, tulis Militer Leak (26/12/23) dalam artikelnya.
Radar ini memiliki radius jangkauan yang mengesankan hingga 100 kilometer dan dapat secara efektif mendeteksi hingga 30 target yang terbang pada ketinggian 8 kilometer”, jelasnya.
TNI AD di laman resminya (7/10/22) mengungkap bahwa pihak mereka dan mitranya PT RTI sebenarnya sudah beberapa kali menguji radar itu.
Salah satunya, pengujian di fasilitas uji track band Laboratorium Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad), Selasa (4/10/22).
Hasil dari pengujian kala itu adalah radar berhasil mendeteksi helikopter yang terbang rendah di kecepatan yang cukup tinggi.
“Hari ini kita berhasil mendeteksi kecepatan helikopter yang terbang rendah dengan kecepatan sekitar 60 knot”, kata Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Kadislitbangad) Kolonel Inf Hery Setiyono.
Baca Juga:
TNI AD pun sedikit membocorkan kemampuan dari radar buatannya ini, seperti dua dapat membedakan mana kawan dan lawan atau Identification Friend or Foe (IFF).
“Kemampuan IFF sangat penting karena dengan adanya alat ini mampu mendeteksi pesawat musuh atau kawan sehingga dengan variasi kecepatan dan ketinggian sasarannya maka satuan Arhanud TNI AD dapat langsung mengidentifikasi, menjejaki dan menetapkan sasaran kepada penggunaannya, yaitu satuan tembak Arhanud yang ada area wilayah pertahanan udara yang jadi tanggung jawabnya”, kata Kepala Laboratorium (Ka Lab) Dislitbangad Kolonel Arh Saptarendra P, S.T., M.M.
Tak kalah menariknya adalah bahwa radar ini ternyata sudah memegang TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) di atas 60 persen.
“Dari capaian tersebut, Kadislitbangad merasa senang dan bangga serta berharap radar buatan anak bangsa dengan TKDN yang di atas 60 persen ini bisa dikembangkan dan kelak bisa digunakan oleh TNI khususnya TNI AD”, pungkas Kolonel Saptarendra.
PT RTI sendiri adalah perusahaan pertahanan dalam negeri yang memfokuskan diri pengembangan radar.
Berada langsung di bawah naungan Kemhan RI, PT RTI mendedikasikan dirinya memperkuat TNI Indonesia.
Namun yang tak kalah menarik adalah sosok pendiri perusahaan tersebut, dia adalah Dr. Ir. Yussi Perdana Saputera, ST., MT., IPM., ASEAN Eng., APEC Eng.
Sejak kecil, beliau memang memiliki ketertarikan pada dunia kreatif dan teknologi.
“Dulu sering ikut lomba menggambar dan mewarnai, juga suka bongkar-pasang mainan dinamo”, ucapnya dalam wawancara di Youtube Al Jihad TV (4/4/25).
Baca Juga:
Yussi adalah anak berprestasi lulusan Universitas Telkom dan ITB lalu mendirikan PT RTI pada tahun 2016.
Menariknya, produk PT RTI ternyata pernah dilirik oleh Arab Saudi, menawari mereka investasi puluhan miliar Rupiah.
“Produk radar yang diciptakan Yussi dan rekan-rekannya tidak hanya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri, tetapi pernah juga dilirik oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi dengan nilai investasi sebesar Rp. 80 miliar”, tulis muhammadiyah.or.id, April 2025.
Namun tak disangka-sangka, tawaran itu ditolak karena Arab Saudi memberi persyaratan yang cukup berat.
Arab Saudi mewajibkan PT RTI untuk membangun pabrik di sana serta meminta Yussi untuk mengganti kewarganegaraannya.
“Tetapi dengan persyaratan yang wajib dipenuhi yaitu mendirikan pabrik di Arab Saudi, mengganti kewarganegaraan menjadi warga negara Arab Saudi dan menetap di Saudi minimal selama 5 tahun, maka penawaran itu ditolak”, sambung muhammadiyah.or.id.
“Saya merasa berat dengan persyaratan yang ditawarkan tersebut”, kata Yussi.
***


ZONAJAKARTA.com – PT Radar Telekomunikasi Indonesia (PT RTI) saat ini sedang mengembangkan radar canggih untuk TNI AD.
Radar ini adalah hasil kerja sama antara PT RTI dengan Pusat Artileri Pertahanan Udara (Pussenarhanud) Angkatan Darat.
Dipantau oleh media asing, Military Leak (26/12/23) dalam artikel “Indonesian Army Deploys New Indigenous Surveillance Radar System”, menyebut bahwa radar ini dapat mendeteksi berbagai objek udara dengan radius 100 kilometer.
“Indonesia telah mencapai tonggak penting dalam kemampuan pertahanannya dengan keberhasilan pengembangan sistem Radar Pengawasan baru yang mampu mendeteksi kendaraan udara nirawak, helikopter, dan jet tempur”, tulis Militer Leak (26/12/23) dalam artikelnya.
Radar ini memiliki radius jangkauan yang mengesankan hingga 100 kilometer dan dapat secara efektif mendeteksi hingga 30 target yang terbang pada ketinggian 8 kilometer”, jelasnya.
TNI AD di laman resminya (7/10/22) mengungkap bahwa pihak mereka dan mitranya PT RTI sebenarnya sudah beberapa kali menguji radar itu.
Salah satunya, pengujian di fasilitas uji track band Laboratorium Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad), Selasa (4/10/22).
Hasil dari pengujian kala itu adalah radar berhasil mendeteksi helikopter yang terbang rendah di kecepatan yang cukup tinggi.
“Hari ini kita berhasil mendeteksi kecepatan helikopter yang terbang rendah dengan kecepatan sekitar 60 knot”, kata Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Kadislitbangad) Kolonel Inf Hery Setiyono.
Baca Juga:
TNI AD pun sedikit membocorkan kemampuan dari radar buatannya ini, seperti dua dapat membedakan mana kawan dan lawan atau Identification Friend or Foe (IFF).
“Kemampuan IFF sangat penting karena dengan adanya alat ini mampu mendeteksi pesawat musuh atau kawan sehingga dengan variasi kecepatan dan ketinggian sasarannya maka satuan Arhanud TNI AD dapat langsung mengidentifikasi, menjejaki dan menetapkan sasaran kepada penggunaannya, yaitu satuan tembak Arhanud yang ada area wilayah pertahanan udara yang jadi tanggung jawabnya”, kata Kepala Laboratorium (Ka Lab) Dislitbangad Kolonel Arh Saptarendra P, S.T., M.M.
Tak kalah menariknya adalah bahwa radar ini ternyata sudah memegang TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) di atas 60 persen.
“Dari capaian tersebut, Kadislitbangad merasa senang dan bangga serta berharap radar buatan anak bangsa dengan TKDN yang di atas 60 persen ini bisa dikembangkan dan kelak bisa digunakan oleh TNI khususnya TNI AD”, pungkas Kolonel Saptarendra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar