Haji Akbar Berapa Tahun Sekali? Ini Penjelasannya

tirto.id - Haji Akbar adalah istilah yang digunakan ketika pelaksanaan wukuf di Arafah sebagai puncak ibadah haji dan bertepatan dengan hari Jumat. Fenomena ini tergolong langka dan kerap dianggap sebagai momen istimewa. Haji Akbar berapa tahun sekali? Ini penjelasannya.
Secara teknis, Haji Akbar bukan termasuk jenis ibadah haji yang memiliki perbedaan. Namun, hanya merujuk pada perpaduan antara dua hari besar dalam Islam, yakni hari Arafah dan hari Jumat, hingga disebut sebagai penghulu segala hari.
Oleh karena itu, umat Muslim menganggap kesempatan ini sebagai waktu yang mulia untuk menunaikan ibadah haji.
Pada tahun 2025, wukuf di Arafah diperkirakan jatuh pada hari Jumat, 6 Juni, sehingga tahun 2025 disebut sebagai Haji Akbar. Hukum dan rukun pelaksanaannya sama dengan haji biasa pada tahun-tahun lain.
Namun, jemaah kerap merasakan suasana spiritual yang luar biasa selama Haji Akbar. Tidak sedikit umat Islam yang merasa lebih bersyukur dan terhormat dapat melaksanakan haji pada momen ini.
Haji Akbar merupakan istilah populer di kalangan umat Islam yang dimaknai dengan beragam cara. Di Indonesia, sebagian besar memahami Haji Akbar adalah ibadah haji ketika wukuf di Arafah jatuh pada hari Jumat.
Momentum ini dianggap istimewa karena mempertemukan dua hari penting: hari Arafah dan hari Jumat. Konon, Haji Akbar menjanjikan pahala yang berlipat. Sejumlah riwayat menyebutkan setara dengan 70 kali ibadah haji biasa.
Tidak ada pola pasti mengenai seberapa sering Haji Akbar terjadi. Berdasarkan catatan, Haji Akbar berlangsung pada tahun 1987, 1996, 2006, 2014, dan akan kembali terjadi pada 6 Juni 2025.
Setelah itu, diperkirakan akan terulang pada 2031, 2036, dan 2042. Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa Haji Akbar tidak semata-mata terkait hari Jumat, tetapi juga bertepatan dengan hari Nahar (10 Dzulhijjah) atau hari penyembelihan hewan kurban.
Perbedaan pandangan semakin memperkaya pemahaman terhadap makna Haji Akbar. Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i cenderung melihat hari Arafah sebagai Haji Akbar. Sementara Imam Malik, ath-Thabari, dan Imam Bukhari berpendapat Hari Nahar adalah hari Haji Akbar.
Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad saw menyebut Hari Nahar sebagai Haji Akbar. Ulama kontemporer seperti Quraish Shihab juga menegaskan bahwa setiap haji yang mencakup wukuf dan kurban bisa disebut Haji Akbar.
Kendati memiliki definisi yang beragam, para ulama dan otoritas resmi seperti pihak Kementerian Agama RI menekankan persiapan matang untuk pelaksaan haji. Dalam kondisi Haji Akbar, jumlah jemaah bisa jadi semakin melonjak.
Kepadatan menuntut jemaah untuk cermat dalam memilih waktu saat melaksanakan tawaf dan melempar jumrah. Lalu disiplin mengikuti arahan petugas demi menjaga keselamatan dan kekhusyukan ibadah.
Apa Keistimewaan Haji Akbar?
Keistimewaan Haji Akbar terletak pada pertemuan dua momentum besar dalam kalender Islam, yaitu hari Arafah dan hari Jumat, hingga dijuluki sayyidul ayyam (penghulu segala hari). Saat wukuf di Arafah jatuh tepat pada hari Jumat, banyak ulama meyakini hal ini mempunyai keutamaan yang berlipat ganda.
Momentum tersebut dianggap sebagai waktu mustajab untuk berdoa dan memohon ampunan. Dalam Al-Qur-an surah At-Taubah ayat 3 diterangkan:
وَاَذَانٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖٓ اِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْاَكْبَرِ اَنَّ اللّٰهَ بَرِيْۤءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ ەۙ وَرَسُوْلُهٗۗ فَاِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى اللّٰهِۗ وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ ٣
wa adzânum minallâhi wa rasûlihî ilan-nâsi yaumal-ḫajjil-akbari annallâha barî'um minal-musyrikîna wa rasûluh, fa in tubtum fa huwa khairul lakum, wa in tawallaitum fa‘lamû annakum ghairu mu‘jizillâh, wa basysyirilladzîna kafarû bi‘adzâbin alîm
Artinya:"Suatu maklumat dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Jika kamu (kaum musyrik) bertobat, itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah. Berilah kabar ‘gembira’ (Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang kufur (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih,".
Pelaksanaan haji pada hari Jumat dapat dimaknai sebagai simbol perjumpaan besar umat manusia dengan Tuhannya. Hal ini termasuk momentum kepasrahan dan taubat dalam ibadah yang khusyuk.
Hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA turut memperkuat keistimewaan hari Jumat:
"Sebaik-baik hari di mana matahari terbit adalah hari Jumat..."
tirto.id - Edusains
Kontributor: Astam Mulyana
Penulis: Astam Mulyana
Editor: Beni Jo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar