Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah
Jubir IDF Serukan Evakuasi Besar-Besaran, Perintahkan Warga Palestina Tinggalkan Wilayah Al Rimal - Halaman all - TribunNews

TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel gelar evakuasi masal, perintahkan warga Palestina untuk mengungsi dari kawasan Al Rimal Gaza, jelang serangan besar-besaran yang akan di gelar di daerah itu.
Perintah tersebut diungkap Juru bicara militer Israel Avichay Adraee di media sosial X, Rabu (14/5/2025).
Dalam cuitannya Adraee mendesak warga untuk segera mengungsi dari lingkungan Gaza lantaran pasukan Israel bakal menyerang wilayah itu dengan kekuatan besar.
"Kepada penduduk Jalur Gaza yang berada di (bagian) wilayah lingkungan Al-Rimal Karena eksploitasi Hamas terhadap wilayah sipil untuk kegiatan mereka, (militer) Israel akan menyerang wilayah tersebut dengan kekuatan yang besar," kata Adraee mengutip dari BBC International.
"Demi keselamatan Anda, Anda disarankan untuk mengungsi dari wilayah tersebut,” imbuhnya.
Peringatan evakuasi dilontarkan di tengah meningkatnya ketegangan dan eskalasi militer di wilayah tersebut.
Bahkan sebelum peringatan ini dirilis, Israel telah berjanji akan mengintensifkan serangannya, termasuk dengan menguasai seluruh Gaza.
Meski upaya ini dikecam karena memperdalam krisis kemanusiaan dan memicu peringatan tentang risiko kelaparan yang makin memburuk di Gaza.
Namun Israel berdalih langkah itu dimaksudkan untuk menekan Hamas agar menerima perjanjian gencatan senjata berdasarkan persyaratan Israel.
Imbas penyerangan tersebut sebagian wilayah kini dinyatakan tidak aman, termasuk Universitas Islam, Rumah Sakit Al-Shifa, dan tiga bekas sekolah.
Sementara Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan jumlah warga yang tewas akibat gempuran dan bom Israel di wilayah Palestina sejak fajar pada Rabu (14/5/2025) telah meningkat menjadi 80 jiwa.
Baca juga: China Desak Israel Segera Setop Serangan Militer ke Gaza dan Mengakhiri Tragedi Kemanusiaan di Gaza
"Jumlah warga yang tewas dalam pemboman Israel yang berlangsung di Jalur Gaza sejak fajar hari ini telah meningkat menjadi 80, termasuk 59 di Jalur Gaza utara," kata pejabat pertahanan sipil Mohammed al-Mughayyir.
Mantan PM Israel Kecam Netanyahu
Merespon usulan Netanyahu terkait perluasan operasi militer di Gaza Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert dengan etgas mengecam rencana itu.
Dalam wawancara dengan BBC International, Olmert mengatakan bahwa sebagian besar warga Israel dan banyak komandan militer menentang perluasan operasi dan ingin segera mengakhiri perang.
Ia juga menyoroti dampak kemanusiaan yang parah di Gaza, menyebut situasi tersebut sebagai "tidak dapat ditoleransi, tidak dapat diterima”.
"Ini benar-benar tidak dapat ditoleransi, tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan. Ini harus segera dihentikan," kata mantan pejabat tinggi tersebut, yang telah dituduh oleh media pro-pemerintah karena melobi untuk Palestina.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat Israel dan sejumlah komandan militer sebenarnya tidak lagi mendukung perluasan perang dan ingin segera mengakhirinya.
Dia menilai bahwa penyelesaian damai dan diplomasi harus diutamakan dibandingkan eskalasi militer yang terus-menerus memperburuk krisis kemanusiaan dan isolasi internasional terhadap Israel.
Blokade Pangan Jadi Alat Perang
Tak hanya melakukan serangan, belakangan Israel turut menggunakan blokade pangan sebagai strategi militer dalam konflik bersenjata.
Netanyahu berdalih taktik ini bertujuan melemahkan Hamas dengan cara menghentikan pasokan makanan, air bersih, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya.
Namun imbas aksi blokade ini, Integrated Food Security Phase Classification (IPC) melaporkan bahwa seluruh penduduk Gaza kini mengalami kekurangan pangan akut.
Bahkan, sekitar 244.000 jiwa atau 12 persen dari total populasi saat ini berada dalam kondisi “bencana”, kategori tertinggi dalam skala kelaparan.
Situasi ini disebut sebagai krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya
“Sebanyak 1,95 juta orang, atau 93 persen dari populasi Gaza, menghadapi kekurangan pangan akut,” tulis IPC.
Pejabat PBB memperingatkan bahwa jika situasi ini terus berlanjut, maka warga sipil bisa saja mati bukan karena pengeboman, namun akibat kelaparan.
Menanggapi kondisi tersebut, Lazzarini mendesak komunitas internasional agar segera bertindak guna memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan tiba di Gaza.
Memperingatkan bahwa blokade yang berkelanjutan mengarah pada bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi.
(Tribunnews.com / Namira)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar