Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah,
Kisah Warga Gaza Tempuh Puluhan Km demi Makanan, Bisa Dibom Israel Kapan Saja - Bagian Hal

GAZA, iNews.id - Warga Jalur Gaza dilanda kelaparan akut. Mereka melakukan apa pun yang bisa demi mendapat sesuap gandum. Semua ini karena Israel memblokade Gaza sejak awal Maret atau 2 bulan lalu sehingga bantuan kemanusiaan tak bisa masuk.
Mereka bahkan harus berjalan belasan bahkan puluhan kilometer untuk mendapatkan sesuatu yang bisa dimakan. Bukan hanya itu, mereka berjalan dengan mempertaruhkan nyawa karena bisa saja menjadi target tembakan atau pengeboman udara pasukan Israel.
Anadolu melaporkan, warga Gaza Utara harus menyeberang ke selatan melalui rute pinggir pantai, Jalan Al Rasheed. Rute itu merupakan satu-satunya akses dari utara ke selatan dan sebaliknya, setelah jalur utama Jalan Salah Al Din diblokade Israel.
Warga Gaza Utara mencari makanan untuk diri sendiri serta keluarga ke selatan tanpa ada jaminan bisa mendapatkannya. Bahkan meski gencatan senjata tahap pertama berlaku pada 19 Januari hingga akhir Februari, sangat sedikit bantuan kemanusiaan yang menembus Gaza Utara.
Selain berjalan kaki, sebagian warga menggunakan kereta kuda atau becak bermotor menempuh perjalanan penuh tantangan.
Majeed Dabbour, warga Gaza Utara, mengatakan dia menghabiskan waktu 2 jam menuju rumah salah satu kerabat di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza Tengah, untuk mendapatkan tepung gandum. Dia beruntung bisa menggunakan becak motor.
Bahaya selalu mengintai siapa pun yang berpindah dari utara ke selatan sehingga warga menghindari penggunaan mobil atau truk.
“Rute pesisir adalah satu-satunya jalan terbuka, tapi kendaraan apa pun yang melaju di jalan itu bisa menjadi sasaran penembakan tentara Israel. Itulah sebabnya kami terpaksa menggunakan kendaraan primitif,” kata Dabbour.
Abdul Hamid, warga lainnya, menyebut perjalanannya dari Gaza Utara ke Gaza Tengah sebagai risiko penuh bahaya.
"Kami mengucapkan syahadat sebelum berangkat. Kapal-kapal Israel berada di laut, di belakang kami, dan tank-tank berada di depan. Di atas kami, pesawat-pesawat Israel berterbangan. Kami mungkin bisa dibom kapan saja," kata Abdul Hamid.
"Kami memohon pertolongan Allah, lalu berangkat," ujarnya, lagi.
Warga Gaza lainnya, Umm Eyad Al Lehaam, mengatakan perjalanan dari Gaza Utara menuju Khan Younis, Gaza Selatan, sebagai aktivitas sangat melelahkan baginya karena sudah berusia lanjut.
Meski menggunakan becak motor, perjalanan tersebut sangat tidak nyaman karena kendaraan dibuat bukan untuk penumpang, apalagi jaraknya cukup jauh.
"Kami biasanya harus berhenti lebih dari sekali untuk beristirahat," kata pengemudi becak, Ahmed Al Banna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar