Pantas Haji Endang Kesal Jembatan Rp5 M Miliknya Terancam Ditutup, Ngaku Punya Izin, Warga: Membantu - Halaman all - Tribunjatim - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image
demo-image

Pantas Haji Endang Kesal Jembatan Rp5 M Miliknya Terancam Ditutup, Ngaku Punya Izin, Warga: Membantu - Halaman all - Tribunjatim

Share This
Responsive Ads Here

 

Pantas Haji Endang Kesal Jembatan Rp5 M Miliknya Terancam Ditutup, Ngaku Punya Izin, Warga: Membantu - Halaman all - Tribunjatim

Pantas-Haji-Endang-Kesal-Jembatan-Rp5-M-Miliknya-Terancam-Ditutup-Ngaku-Punya-Izin-Warga-Membantu

TRIBUNJATIM.COM - Haji Endang begitu kesal karena jembatan perahu yang dibuatnya terancam ditutup Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum.

Jembatan perahu yang berada di Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Karawang, Jawa Barat ini bahkan sangat bermanfaat bagi warga.

Haji Endang pun memiliki alasan tersendiri.

Ia menilai aksi BBWS Citarum memasang spanduk peringatan di jembatan miliknya sebagai tindakan yang tidak produktif.

"Itu gak ada kerjaan. BBWS kan punya pemerintah, kita kan masyarakat, yang penting gak merusak lingkungan," ujar Endang, Selasa (29/4/2025), melansir dari Kompas.com.

Sebelumnya, BBWS Citarum memasang spanduk bertuliskan bahwa jembatan perahu tersebut tidak memiliki izin resmi.

Mereka menyebutkan, berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, keberadaan jembatan itu melanggar aturan.

Tanpa adanya izin tersebut, pembangunan dan pengoperasian jembatan perahu di atas sungai dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum.

Namun, Haji Endang menyatakan bahwa jembatan perahunya sudah memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB), meski ia tidak mempermasalahkan jika keberadaan jembatan itu dianggap ilegal.

"Walaupun saya izin sebenarnya ada yah, boleh lah anggap saya ilegal, tapi manfaatnya banyak, dibilang dia berbayar, saya kan bukan baru sekarang udah 15 tahun berjalan," katanya.

Baca juga: Alasan Haji Endang Bangun Jembatan untuk Kampung 15 Tahun Lalu, Modal Rp 5 M, Kini Dipermasalahkan

Ia juga menegaskan bahwa pungutan sebesar Rp 2.000 bagi pengendara yang melintas tidak hanya untuk keuntungan pribadi, tapi digunakan untuk kebutuhan operasional dan pemeliharaan.

"Itu untuk maintenace atau perawatan jembatan, jalan, penerangan, hingga gaji karyawan," jelasnya.

Endang bahkan menyarankan agar BBWS melihat langsung manfaat jembatan bagi masyarakat sekitar ketimbang sekadar mengkritisi aspek legalitas. Ia juga siap menandatangani pernyataan jika terjadi hal di luar tanggung jawab BBWS.

Pernyatan Haji Endang serupa dengan pendapat sejumlah pengendara, di mana mereka mengaku diuntungkan dengan adanya jembatan perahu milik Haji Endang.

Jembatan yang konstruksi utamanya dari perahu ponton itu berada di atas Sungai Citarum. Jembatan itu menghubungkan Desa Anggadita, Kecamatan Klari, dengan Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel.

Saban hari, ribuan kendaraan roda dua pekerja pabrik di kawasan industri di Klari dan Ciampel melintasi jembatan itu, termasuk juga masyarakat sekitar.

Kebermanfaatan itu disampaikan salah seorang pengendara, Nugraha.

"Membantu, tidak apa-apa bayar Rp 2.000," kata Nugraha, Selasa (29/4/2025).

Baca juga: Pendapatannya Rp20 Juta Sehari, Haji Endang Bingung Jembatan Miliknya Terancam Tutup, Sudah 15 Tahun

Sebab, jika tidak melintasi jembatan itu, kata Nugraha, ia harus berkendara memutar dan jarak tempuhnya menjadi lebih lama.

"Bisa jadi jalan pintas, kalau memutar lumayan lama," kata Nugraha.

Muhammad, pekerja di kawasan Surya Cipta, mengaku kerap melintasi jembatan itu lantaran mengejar waktu.

Sebab, jika jam berangkat kerja dan harus memutar, membutuhkan waktu yang tidak sedikit, apalagi biasanya jalanan macet.

"Kalau telat takut kena sanksi," kata Muhammad.

Ia juga mengaku mendengar kabar soal peringatan oleh BBWS Citarum. Ia berharap persoalan itu diselesaikan secara bijak.

"Kalau bisa jangan ditutup, diselesaikan antara kedua pihak bagaimana baiknya," kata dia.

Modal Rp 5 Miliar untuk Buat Jembatan

Di sisi lain, Haji Endang menyampaikan, pembangunan jembatan tersebut bermula di tahun 2010.

Saat itu seorang tokoh Dusun Rumambe menyampaikan keluhan kepada Haji Endang mengenai desanya yang terisolasi.

"Karena jalan buntu, agar kampungnya enggak terisolasi maka perlu dibangun penyeberangan. Dulu ini tempat menyeberang kerbau," kata Haji Endang.

Saat itu, Haji Endang meminta izin kepada Dadang S Muchtar selaku Bupati Karawang masa itu.

Namun karena beberapa alasan, termasuk risiko, Dadang menyarankan agar Endang menjalankan sendiri.

Singkat cerita, jembatan yang membelah Sungai CItarum itu pun kemudian dibuat.

Jembatan awalnya berbahan kayu, namun pada 2014 jembatan itu pernah karam.

Ia kemudian memutar otak guna memikirkan konsep jembatan penyeberangan yang aman.

Pada akhirnya, tercetuslah ide untuk membuatan jembatan menggunakan besi atau perahu ponton.

"Kita otodidak aja. Kita pikirkan juga safety-nya," Endang menatakan, jembatan itu dibuat dengan modal mencapai Rp 5 miliar.

Menurut dia, ia harus beberapa kali meminjam ke bank untuk membangun jembatan itu.

Jembatan Haji Endang kini menjadi akses mobilitas warga, dengan tarif Rp 2.000.

Haji Endang mengatakan, pendapatan dari jembatan itu yakni Rp 20 juta per hari.

Hasil pendapatan ini digunakan untuk biaya operasional sebesar Rp 8 juta per hari.

Biaya operasional ini termasuk perawatan, penerangan, hingga upah pekerja.

Selain itu juga dipakai untuk perawatan termasuk untuk jalan akses menuju jembatan.

Tarif itu menurut dia juga bukan tarif yang kaku, karena kadang ada warga yang membayar Rp 1.000, bahkan kadang tak membayar karena lupa membawa uang.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opsi lain

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages