Rudal C-705 China Gagal Meluncur dari Kapal Perang Indonesia, Misil Atmaca Turki jadi Solusi Jakarta ke Depannya - Zona Jakarta - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image
demo-image

Rudal C-705 China Gagal Meluncur dari Kapal Perang Indonesia, Misil Atmaca Turki jadi Solusi Jakarta ke Depannya - Zona Jakarta

Share This
Responsive Ads Here

Rudal C-705 China Gagal Meluncur dari Kapal Perang Indonesia, Misil Atmaca Turki jadi Solusi Jakarta ke Depannya - Zona Jakarta

ZONAJAKARTA.com - Pada tahun 2012, Indonesia dan China menyepakati penjualan rudal anti-kapal C-705.

"Atase Pertahanan Indonesia di Beijing pada 2012, Kolonel Lek Suryomargono mengatakan pembelian C-705 merupakan bagian dari kesepakatan industri pertahanan kedua negara yang dituangkan dalam nota kesepahaman yang ditandatangani oleh Wakil Menteri Pertahanan Indonesia dan Kepala Badan Pengembangan Industri dan Teknologi Pertahanan Nasional Tiongkok", tulis Antara (10/4/12) dalam artikel "RI-Tiongkok perkuat mekanisme alih teknologi rudal C-705".

"Ya, Indonesia telah membeli rudal antikapal C-705 dari China. Pembelian ini merupakan bagian dari kerja sama pertahanan kedua negara," kata Kolonel Lek.

Semenjak itu, beberapa kali TNI AL menggunakan rudal C-705 dalam sebuah latihan.

Salah satunya pada tahun 2016, yaitu latihan militer gabungan XXIV/2016 antara TNI dan Polri.

Pada saat itu, kapal perang KRI Clurit 641 berkesempatan untuk menembak rudal C-705 Tiongkok.

Tapi yang menjadi sorotan adalah gagalnya rudal C-705 itu meluncur dari kapal perang Indonesia.

"Kekecewaan Presiden Jokowi terhadap kualitas rudal C-705 pada acara gabungan TNI-Polri XXIV/2016. Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi bahkan menyebut hal itu sebagai kejadian memalukan," tulis Kemhan RI (22/12/16) dalam artikel berjudul "Rudal China Gagal Meluncur, TNI AL Diminta Batalkan Pembelian".

Baca Juga:

Anggota Komisi I DPR Bobby mengatakan bahwa kejadian itu tidak bisa diterima, dan meminta TNI AL untuk segera mengevaluasi kerja samanya dengan China.

"Itu mesti ditelusuri dan juga dievaluasi, apakah rudal itu memang rusak sebelum diterima atau memang alat komunikasi datanya yang bermasalah. Saya mendukung TNI AL untuk menunda kerja sama militer dengan China terkait kontrak rudal C-705, dan membatalkan niat untuk membeli lebih banyak lagi," kata Bobby di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (16/9/16).

Karena memang, Indonesia hampir menjajaki kerja sama dengan China soal rudal C-705.

Kerja sama yang dimaksud adalah alih teknologi rudal itu, bahkan sampai membangun pabrik di Indonesia.

(ilustrasi) rudal C-705 gagal meluncur dari KRI di hadapan pejabat-pejabat tinggi negara

"Melihat keunggulan rudal tersebut, Kemhan RI dan China Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMEIC) sepakat membeli C-705 disertai transfer teknologi, untuk membangun pabrik manufaktur di Indonesia", tulis Antara (15/1/14) dalam artikel "Upaya alih teknologi pertahanan Indonesia-China".

Baca Juga:

Meski begitu, kesepakatan ini belum menemukan titik terang termasuk pendirian pabrik di Indonesia.

Salah satu alasan terbesarnya adalah masalah ahli teknologi.

Pasalnya, China mematok harga tersendiri untuk Indonesia jika ingin mendapatkan teknologi rudal C-705.

Karena pada dasarnya, Indonesia dan China memang memiliki dasar hukum yang berbeda soal ahli teknologi.

"Indonesia memiliki landasan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan yang antara lain mengatur tentang alih teknologi, trade off, atau pembelian lisensi dalam setiap pembelian alat utama sistem senjata teknologi menengah dan tinggi.

Sedangkan China berlandaskan pada hukum hak kekayaan intelektual, di mana ada biaya tertentu yang mesti kita bayar terkait dengan itu. Hal ini dikarenakan kedua belah pihak belum sepakat dalam persepsinya terkait transfer teknologi", kata Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemhan Pos Hutabarat.

Hal senada juga disampaikan pihak China, bahwa kesepakatan memang terhalang oleh faktor harga.

"Indonesia dan China belum sepakat soal harga, terkait industri pertahanan, terutama dalam hal transfer teknologi", kata Wakil Komandan Universitas Pertahanan Nasional China, Brigadir Jenderal Xu Hui.

Padahal, alih teknologi sangat penting bagi Indonesia agar bisa lebih mandiri dalam pemenuhan alutsista.

Indonesia tidak ingin hanya sekedar membeli selamanya, tetapi juga ingin terlibat dalam pengembangan teknologi alat utama sistem persenjataan hingga akhirnya bisa secara mandiri memasok produk ke dalam negeri.

Baca Juga:

Seperti kesepakatan antara Indonesia dan Turki soal pengadaan 45 unit rudal anti-kapal Atmaca pada awal 2024 lalu.  

“Pemerintah Indonesia telah menandatangani kontrak untuk mendapat 45 rudal anti-kapal Atmaca”, tulis Janes (25/1/24) dalam artikel “Indonesia awards contract for 45 Atmaca anti-ship missile rounds”.

Halaman:
user-author
(ilustrasi) rudal C-705 gagal meluncur dari KRI di hadapan pejabat-pejabat tinggi negara

Namun tidak hanya membeli, Indonesia akan dilibatkan dalam pembuatan rudal itu.

Hal itu diungkap langsung oleh pejabat Roketsan selaku pabrikan pengembang rudal Atmaca.

General Manager Roketsan, Murat İkinci memberi pernyataan soal kerja sama industri pertahanan dengan Indonesia.

Di Forum Diplomasi Antalya 2025, Ikinci menyatakan bahwa perjanjian produksi bersama dengan Indonesia terus berlanjut dan direncanakan akan dibangun fasilitas produksi dalam lingkup tersebut.

“Kami telah menandatangani perjanjian produksi bersama dengan Indonesia. Dalam lingkup perjanjian ini, proyek kami untuk membangun fasilitas produksi bersama terus berlanjut”, tulis media pertahanan Turki, Savunmasanayist (12/4/25) dalam artikel “Roketsan Genel Müdürü Murat İkinci’den Endonezya Açıklaması”.

Baca Juga:

Beberapa sistem akan dibangun di Indonesia, salah satunya adalah rudal anti-kapal Atmaca.

“Dalam lingkup perjanjian yang kami tandatangani dengan perusahaan industri pertahanan yang berbasis di Indonesia; kami akan memproduksi rudal anti-kapal Atmaca, rudal jelajah, dan berbagai sistem amunisi pintar.

Tujuan prioritas kami meliputi transfer teknologi, penguatan infrastruktur industri pertahanan Indonesia, dan program pelatihan”, kata General Manager Roketsan, Murat İkinci.

***

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opsi lain

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages