Dunia Internasional, Konflik India Pakistan
Tuding India Terlibat Teror Khuzdar, Pakistan Bersumpah Akan Balas Dendam | Halaman Lengkap


Pakistan bersumpah akan balas dendam atas keterlibatan india dalam teror di Khuzdar. Foto/X/@MiddleEast01
- Direktur Jenderal Hubungan Masyarakat Antar-Layanan (ISPR) Letjen Ahmed Sharif Chaudhry dan Menteri Dalam Negeri Khurram Agha mengutuk keras gelombang serangan teroris baru-baru ini di Balochistan.
Pakistanmenuduh India mensponsori terorisme di Pakistan selama lebih dari dua dekade.
Dirjen ISPR, saat berbicara di media, mengatakan India telah menjalankan kebijakan terorisme yang disponsori negara secara konsisten yang bertujuan untuk mengganggu stabilitas Pakistan dan menyabotase perdamaian regional. "Selama 20 tahun, India telah aktif mendanai dan memfasilitasi kegiatan teroris di Pakistan," katanya, dilansir Samaa TV.
Ia mengingat bahwa pada tahun 2009, Pakistan telah menyerahkan berkas terperinci yang mengungkap keterlibatan India dalam kegiatan teroris di Balochistan. Bukti serupa kembali diajukan pada tahun 2016, yang mencakup bukti dukungan India terhadap kelompok terlarang dan jaringan teroris yang beroperasi di Pakistan.
DG ISPR mencantumkan serangkaian insiden teroris terkini di Balochistan, yang semuanya diduga terkait dengan kelompok teroris yang didukung India bernama Fitna-ul-Hindustan. Ia mengatakan kelompok tersebut berada di balik serangan tragis di Khuzdar yang mengakibatkan kematian anak-anak sekolah. "Ini bukan sekadar serangan terhadap anak-anak, tetapi serangan terhadap nilai-nilai kita," tambah menteri dalam negeri.
"Delapan orang, termasuk enam anak-anak, tewas, dan 51 orang terluka dalam serangan Khuzdar. Banyak yang masih menjalani perawatan di rumah sakit," kata juru bicara militer.
"Bahkan orang Baloch bertanya apa hubungan Balochisme dengan terorisme. Fitna-ul-Hindustan tidak ada hubungannya dengan Balochisme," kata juru bicara militer tersebut, seraya menambahkan bahwa dunia bertanya siapa warga Pakistan yang terlibat dalam serangan Pahalgam.
DG ISPR menyebutkan bahwa beberapa teroris yang ditangkap telah mengaku menerima dukungan finansial dan logistik dari India. Ia merujuk pada pernyataan pengakuan mata-mata India Kulbhushan Jadhav sebagai bukti yang tidak dapat disangkal tentang campur tangan India dalam urusan internal Pakistan.
Ia juga mengungkapkan bahwa teroris yang ditangkap oleh pasukan keamanan dilengkapi dengan senjata buatan Amerika dan perangkat penglihatan malam, yang sering diselundupkan melalui Afghanistan.
DG ISPR mengkritik standar ganda internasional, dengan mengatakan, "Sementara Pakistan disalahkan atas terorisme, dunia bungkam terhadap kebiadaban yang didanai India di Balochistan." Ia juga menunjuk pada platform media sosial India yang merayakan serangan seperti yang terjadi di Jaffar Express yang dikutuk dunia, mempertanyakan negara beradab mana yang bersukacita dalam aksi teror. Ia menambahkan bahwa pasukan keamanan menyelamatkan ratusan orang dalam serangan itu.
Merujuk pada serangan 6 Oktober 2024 terhadap warga negara Tiongkok di Karachi, juru bicara tersebut menyoroti bagaimana insiden semacam itu bertujuan untuk merusak kemitraan asing dan proyek pembangunan Pakistan.
Baca Juga: Pakistan dan India Berperang, Kenapa China yang Menang?
“Musuh menggunakan rudal dan pesawat nirawak, tetapi moral bangsa Pakistan tetap tak tergoyahkan. Pasukan keamanan kami tetap teguh,” tegas DG ISPR. Ia mengatakan 71 teroris dari kelompok yang beranggotakan lebih dari 100 orang baru-baru ini dinetralisir oleh pasukan Pakistan.
Menteri dalam negeri menyuarakan sentimen serupa, bersumpah bahwa semua yang terlibat dalam serangan Khuzdar dan insiden serupa lainnya akan diadili. “Ini bukan sekadar perang melawan teroris, tetapi perang demi nilai-nilai dan masa depan nasional kita.”
Kedua pejabat itu menekankan bahwa Fitna-ul-Hindustan yang didukung India tidak memiliki hubungan dengan Kabul dan semata-mata berupaya menyabotase perdamaian di Pakistan. “Dunia sedang menyaksikan, tetapi drama menyalahkan Pakistan atas terorisme tidak lagi berbobot,” simpul DG ISPR.
Letjen Chaudhry menegaskan bahwa media India sepenuhnya berada di bawah kendali negara dan tidak memiliki independensi. Ia menekankan bahwa dunia semakin menyadari keterlibatan India dalam terorisme di Pakistan.
Kepala ISPR mengungkapkan bahwa India memberikan visa dan izin masuk kepada teroris terkenal seperti Bashir Zeb dan Aslam Achu. “Ada hubungan yang jelas antara Fitna-ul-Hindustan dan Fitna-ul-Kharij,” katanya.
“Teroris yang terluka dalam operasi sering dirawat di India,” imbuhnya, menyoroti fasilitasi militan lintas batas. Juru bicara itu juga mengungkapkan bahwa Adila Baloch diperas dan dipaksa menjadi pelaku bom bunuh diri.
Selama konferensi pers, Dirjen memutar rekaman audio yang disadap dari seorang perwira Angkatan Darat India, Mayor Sandeep, sebagai bukti lebih lanjut keterlibatan India dalam mensponsori kerusuhan di Pakistan.
Juru bicara tersebut menyimpulkan dengan mengatakan bahwa baik pemerintah Pakistan maupun pemerintahan Balochistan berfokus pada promosi perdamaian dan kemakmuran, tidak hanya di Balochistan tetapi juga dalam keterlibatan mereka dengan wilayah tetangga seperti Kabul. “Pemerintah Balochistan memiliki saham besar dalam pendapatan pertambangan,” kata juru bicara tersebut.
(ahm)
0 Komentar