Geomorfologi Gurun Pasir antara Jeddah dan Mekkah
/data/photo/2022/03/07/6225ac8b7f7bd.jpg)
CALON jamaah haji ilegal asal Indonesia dikabarkan meninggal dunia di tengah gurun pasir antara Jeddah dan Mekkah.
Tiga orang calon jamaah haji tidak resmi memaksa memasuki Mekkah dari Jeddah melalui jalur gurun pasir dengan menaiki taksi.
Namun, di tengah jalan mereka dipaksa turun oleh sopir taksi, karena takut bertemu patroli keamanan.
Di tengah teriknya gurun pasir, salah satu calon jamaah haji tersebut meninggal dunia karena kelelahan dan dehidrasi yang luar biasa.
Secara geomorfologi, wilayah antara Jeddah dan Mekkah didominasi oleh bentang alam gurun pasir dan perbukitan batuan beku yang kering dan panas, khas penciri lingkungan arid dan semi-arid.
Secara geografis, jarak antara Jeddah dan Mekkah sekitar 85 km ke arah timur. Wilayah ini merupakan bagian dari Gurun Hejaz, salah satu sub-bagian dari Gurun Arab yang lebih luas.
Baca juga: Kronologi WNI Tewas di Gurun Pasir Saat Paksa Masuk Mekkah
Dari citra satelit atau dari google earth terlihat bentang lahan di antara kedua kota tersebut sangat kontras, dari dataran pesisir Laut Merah hingga dataran tinggi batuan kristalin yang mendekati kota suci Mekkah.
Daerah ini dibentuk oleh kombinasi proses tektonik dan pelapukan di lingkungan kering. Terdiri dari batuan beku dan metamorf tua yang mengalami pengangkatan tektonik.
Aktivitas tektonik telah menyebabkan retakan dan patahan, membentuk wadi (lembah kering) serta perbukitan yang terpotong-potong.
Energi geomorfik utama di kawasan ini adalah energi angin (eolian). Angin berperan penting dalam transportasi dan deposisi sedimen pasir hasil pelapukan, membentuk kenampakan seperti bukit pasir (dune) di jalur Jeddah–Mekkah, serta permukaan hamada (dataran batu) dan reg (kerikil gurun).
Tentu temperatur berperan penting. Dengan temperatur tinggi, kandungan air pada partikel pasir (lengas air) menjadi sangat rendah, dan menjadikan pasir lebih ringan untuk diterbangkan angin, membentuk gumuk/gundukan pasir.
Citra satelit wilayah ini menunjukkan pola permukaan berwarna coklat hingga kehitaman, dengan vegetasi yang sangat minim.
Wadi-wadi besar seperti Wadi Fatimah dapat terlihat sebagai jalur kering yang memanjang, sering kali digunakan sebagai koridor transportasi alami.
Baca juga: Ibadah Haji dan Permainan Kotor Global
Citra satelit juga memperlihatkan struktur perbukitan batuan keras yang tampak membentuk relief kasar, kontras dengan lahan datar yang dipenuhi sedimen eolian.
Jalur jalan bebas hambatan modern yang menghubungkan Jeddah dan Mekkah membelah gurun ini dan tampak sebagai garis buatan manusia yang kontras di tengah bentang alam alami.
Iklim di kawasan ini tergolong arid ekstrem. Suhu siang hari di musim panas dapat mencapai 45–50 derajat celcius, sementara malam hari bisa turun hingga 25 derajat celcius.
Kelembaban relatif sangat rendah, berkisar antara 10–20 persen di siang hari. Curah hujan tahunan rata-rata hanya sekitar 50–100 mm, sangat minim, termasuk hiperarid.
Tubuh manusia memiliki batas toleransi terhadap panas ekstrem dan dehidrasi. Di gurun antara Jeddah dan Mekkah, suhu permukaan tanah bisa jauh lebih tinggi dari suhu udara, mencapai lebih dari 60 derajat celcius.
Baca juga: Visa Furoda Tidak Terbit, Kerugian Travel Haji Terbesar dari Hotel dan Tiket Pesawat
Dalam kondisi seperti ini, kehilangan cairan tubuh melalui keringat dapat terjadi sangat cepat. Tanpa rehidrasi yang memadai, risiko heat exhaustion dan heatstroke sangat tinggi, terutama jika berjalan di siang hari.
Zaman dulu kala, sebagian calon jemaah haji kadang mampu melakukan perjalanan kaki menembus gurun. Perjalanan ditempuh dalam beberapa malam, menghindari perjalanan siang hari. Berjalan saat fajar, malam, atau dini hari, saat suhu lebih bersahabat.
Namun, perjalanan menembus gurun yang ilegal, tanpa persiapan, tanpa perencanaan dan tanpa bekal air, elektrolit, pakaian dan pelindung yang memadai serta tanpa rute dan pemetaan yang tepat tentu suatu kesalahan besar.
Seyogyanya hal ini tidak dilakukan oleh para calon jamaah haji, para tamu Allah yang mulia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar