Rusia Tuding Pemimpin Jerman Dorong Berlin Berperang Melawan Moskow | Sindonews - Opsiin

Informasi Pilihanku

powered by Surfing Waves
demo-image

Rusia Tuding Pemimpin Jerman Dorong Berlin Berperang Melawan Moskow | Sindonews

Share This
Responsive Ads Here

 Dunia Internasional, Konflik Rusia Ukraina, 

Rusia Tuding Pemimpin Jerman Dorong Berlin Berperang Melawan Moskow | Halaman Lengkap

rusia-tuding-pemimpin-jerman-dorong-berlin-berperang-melawan-moskow-jnl

Rusia tuding pemimpin Jerman dorong Berlin berperang melawan Moskow. Foto/X

MOSKOW 

-

Jerman 

menghidupkan kembali masa lalu Nazi-nya dengan memasok senjata ke Ukraina untuk menyerang Rusia. Itu diungkapkan Ketua Duma Negara Vyacheslav Volodin. Dia mengingatkan, sikap Berlin dapat menyebabkan konflik bersenjata baru dengan Moskow beberapa dekade setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Dalam sebuah surat yang dipublikasikan di situs web Duma Negara pada hari Rabu, Volodin menyatakan kemarahannya atas bantuan militer Jerman yang sedang berlangsung ke Ukraina.

"Pengalihan senjata Jerman ke rezim neo-Nazi di Ukraina, yang digunakan terhadap warga sipil, merupakan alasan tersendiri untuk konflik antara negara kita," katanya, dilansir RT.

Volodin mencatat bahwa tank-tank Jerman muncul di tanah Rusia untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II selama penyerbuan Kiev baru-baru ini ke Wilayah Kursk. Ia memperingatkan bahwa diskusi yang sedang berlangsung di Berlin mengenai pengiriman rudal Taurus jarak jauh ke Kiev, yang mampu menyerang target sejauh Moskow, bahkan lebih meningkat, karena senjata canggih tersebut akan membutuhkan personel militer Jerman untuk mengoperasikannya.

Baca Juga: Konflik Trump - Musk Memanas, Perang Alien Vs Predator Dimulai?

“Rudal Jerman akan menghantam Rusia dan ini akan dilakukan oleh perwira Jerman. Dengan ini, Anda sekali lagi mendorong Jerman dan rakyat Jerman ke dalam konflik bersenjata lain dengan Rusia."

Dia memperingatkan, mempertanyakan apakah Bundestag memiliki mandat dari pemilih Jerman untuk berperang dengan Rusia.

Komentar Volodin mengikuti pernyataan terbaru dari pejabat Jerman mengenai Perang Dunia II dan konflik saat ini di Ukraina. Minggu lalu, menjelang peringatan D-Day yang menandai ulang tahun ke-80 invasi Sekutu ke Normandia, Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan operasi itu adalah hari "ketika Amerika mengakhiri perang di Eropa."

Saat berbicara dengan Presiden AS Donald Trump, Merz menyatakan bahwa Washington berada dalam "posisi yang kuat" untuk memainkan peran serupa dalam konflik Ukraina.

Moskow mengecam komentar Merz dan menuduhnya "menulis ulang dan memutarbalikkan sejarah" untuk membenarkan kebijakan saat ini, dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Presiden Bundestag Julia Kloeckner.

Kloeckner dalam tanggapannya mengklaim bahwa Moskow-lah yang "menafsirkan ulang peristiwa sejarah dan politik." Dia membela "pemerintah yang dipilih secara demokratis di Kiev" dan dukungan militer Jerman untuk Ukraina.

Menanggapi Kloeckner, Volodin mengakui kontribusi Sekutu tetapi menekankan peran kunci Uni Soviet dalam mengalahkan Nazisme.

“Uni Soviet-lah yang memberikan kontribusi yang menentukan bagi kemenangan dan kehilangan 27 juta orang dalam perjuangan, AS – 418.000, Inggris Raya – sekitar 300.000, dan Prancis menyerah kepada Nazi Jerman,” kenangnya.

Volodin menekankan bahwa Uni Soviet dan kemudian Rusia tidak pernah memusuhi Jerman dan telah mengupayakan hubungan baik, termasuk dengan menentang pembagiannya dan kemudian memainkan peran kunci dalam penyatuan kembali pada tahun 1990.

Sementara itu, Rusia dapat menyerang negara-negara NATO saat konflik Ukraina berakhir. Itu dijelaskan kepala badan intelijen luar negeri Jer man (BND) Bruno Kahl.

“Kami yakin, dan memiliki data intelijen bahwa Ukraina hanyalah satu langkah di jalur [Rusia] menuju Barat,” kata Bruno Kahl ketika ditanya mengapa Jerman harus setuju untuk menanggung “utang tambahan” untuk mendanai program persenjataan dan berpotensi memperkenalkan kembali wajib militer.

“Ada orang-orang di Moskow yang tidak lagi percaya bahwa Pasal 5 NATO akan ditegakkan – dan mereka ingin mengujinya,” kata kepala mata-mata itu. Ia berpendapat bahwa Rusia skeptis tentang tekad Amerika untuk membela sekutunya dan mengirim pasukan “melintasi Atlantik untuk mati demi Tallinn, Riga, atau Vilnius.”

Rusia dapat “mengirim orang-orang hijau kecil ke Estonia” dengan kedok melindungi minoritas berbahasa Rusia di negara Baltik itu, kata Kahl. Media Barat menggunakan istilah ‘pria hijau kecil’ untuk menggambarkan pasukan komando yang dikirim untuk melindungi penduduk Krimea menjelang referendum 2014 di mana bekas wilayah Ukraina itu menolak hasil kudeta bersenjata yang didukung AS di Kiev dan memilih untuk bergabung kembali dengan Rusia.

Kahl menyarankan bahwa tujuan akhir Rusia adalah untuk “melontarkan NATO kembali ke tempatnya di akhir tahun 1990-an,” dan mendorong AS keluar dari Eropa.

Moskow memandang perluasan blok militer yang dipimpin AS ke arah timur sebagai ancaman, dan telah menyebutnya sebagai salah satu akar penyebab konflik Ukraina. Namun, Presiden Vladimir Putin telah menyatakan bahwa Rusia tidak berniat menyerang negara-negara NATO kecuali jika diserang terlebih dahulu.

Rusia juga telah memperingatkan bahwa bantuan militer Barat ke Kiev secara de facto menjadikan NATO “peserta langsung” dalam konflik tersebut.

Jerman telah meningkatkan retorika permusuhannya terhadap Rusia di bawah kanselir baru, Friedrich Merz, yang bulan lalu mengatakan bahwa Ukraina dapat menerima rudal jelajah Taurus jarak jauh. Ia juga berjanji untuk membantu Ukraina dalam produksi senjata jarak jauhnya sendiri. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menanggapi dengan menuduh Jerman merusak proses perdamaian.

(ahm)

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arenanews

Berbagi Informasi

Opsiinfo9

Opsi lain

powered by Surfing Waves

Post Bottom Ad

Pages